Telaga Watu Tempat Angker Peninggalan Kerajaan Majapahit

177 dibaca

▪︎Heboh Penemuan
Prasasti Kuno Telogo Watu Keben di Lamongan (1)

▪︎LAMONGAN-POSMONEWS.COM,-
Desa Keben, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan kini jadi perhatian seiring ditemukannya sebuah prasasti kuno di kawasan sebuah telaga watu (telaga batu) yang oleh warga setempat dianggap angker.

Penemuan benda bersejarah di Lamongan tengah yang selama ini memang jarang ditemukan, karena biasanya peninggalan benda dan bangunan kuno itu lebih banyak di kawasan kota soto bagian selatan. Karena kawasan Lamongan Selatan dulu diyakini sebagai pusat pemerintahan Raja Airlangga dan merupakan bagian Kerajaan Majapahit.

Namun temuan prasasti kuno di Desa Keben yang kemudian disebut Prasasti Keben ini membuktikan bahwa wilayah Lamongan merupakan memiliki peninggalan peradaban (sejarah, red) para leluhur di masa lalu dari selatan, tengah hingga Pantura.

Dikutip dari detik.com, bahwa lokasi penemuan prasasti ini tidak jauh dari balai desa setempat, tepatnya di belakang balai desa dan berdekatan dengan lapangan desa. Sekitar 50 meter dari belakang balai desa, dimana kawasan ini dijuluki oleh warga setempat dengan nama Telogo Watu (telaga batu).

“Dulu kawasan ini dikenal warga sebagai telogo watu dan memang dikeramatkan oleh warga,” kata Kepala Desa Keben H Abdul Kholik, Selasa (12/12/2023) pada awak media.

Berada di sebuah tempat yang dikenal warga dengan sebutan telogo watu, prasasti Keben memang berada di sebuah telaga kecil di belakang balai desa dan dekat dengan lapangan desa. Sebelum terlihat penampakan batu prasasti, kata Kholik, batu prasasti tersebut hanya nampak bagian atasnya saja.

“Kalau musim penghujan terendam air karena memang dikenal sejak dulu sebagai telogo watu,” ujarnya.

Kondisinya yang tertimbun tanah dan kerap kebanjiran memang membuat prasasti ini aman tanpa ada gangguan. Apalagi, warga masyarakat sekitar mengkeramatkan lokasi di mana telogo watu tersebut berada meski bersebelahan dengan tambak. Kholik menyebut, ada beberapa kali penggalian yang dilakukan oleh warga namun karena banjir sehingga batu prasasti tersebut kembali tertimbun tanah.

“Penggalian terakhir ya waktu mau sedekah bumi sekitar bulan Oktober kemarin hingga saat ini masih bisa terlihat,” jelasnya.

Kekeramatan telogo watu ini memang diakui oleh Kholik. Ia menyebut, lokasi dimana prasasti Keben berada ini kerap menjadi lokasi shooting untuk acara TV lokal yang berbau mistis. Batu prasasti yang ditemukan di Desa Keben ini memang sudah tidak utuh dan pecah menjadi beberapa bagian. Bagian atasnya pun sudah hilang dan tidak berada di tempatnya. Banyak pula peneliti yang datang ke Prasasti Keben ini.

“Kalau dulu kabar-kabarnya yang ada di sana itu adalah tumbal milik dari Syeh Subakir,” imbuhnya.

Prasasti Keben saat ini yang baru digali sebagian itu memang menampakkan bentuk sebagai prasasti dengan guratan aksara yang sebagian masih terlihat dan terbaca. Penggalian yang dilakukan warga pada saat sedekah bumi pun, hanya menampakkan sebagian dan belum secara keseluruhan. Sebelum digali, aku Kholik, batu prasasti yang terpendam itu hanya terlihat sebagian saja, yaitu bagian atasnya saja.

“Jadi waktu sedekah bumi itu, kita gali dan menampakkan lempengan batu tersebut. Penggalian itupun karena ada saran untuk merawat telogo watu ini,” lanjutnya.

Pada saat penggalian yang dilakukan warga sebelum sedekah bumi, tutur Kholik, kondisi batu tersebut tidak terlihat apapun karena mungkin masih kotor. Namun, kini kondisi prasasti sudah bersih dan bisa terlihat aksara yang muncul dari prasasti tersebut. Kalau kondisi pecah, Kholik menyebut jika hal itu memang sudah lama terjadi dan ada yang bilang jika sebagian pecahan batu tersebut dibawa entah kemana.

“Saya juga kaget kok ternyata sekarang kondisinya sudah bagus seperti itu, bisa terlihat aksaranya. Padahal dulu saat digali tidak terlihat apa-apa,” ucapnya.

Kholik bersama warga desa lainnya berharap agar batu prasasti yang berada di areal persawahan itu bisa diteliti dan menjadi aset budaya yang bisa dilestarikan. Untuk itu, Kholik pun sudah berkomunikasi dengan dinas instansi terkait untuk kelanjutan terhadap batu prasasti yang saat ini masih diberi nama sesuai desanya tersebut.

“Kami berharap agar prasasti Keben ini bisa diteruskan proses ekskavasinya oleh dinas dan instansi terkait,” tambahnya.
▪︎[DANAR/ARIFIN]