Mengenal Budaya Betawi Sangat Unik dan Autentik

618 dibaca

▪︎BETAWI-POSMONEWS.COM,-
NAMA BETAWI berasal dari kata BATAVIA lama kelamaan berubah menjadi BATAVI berasal dari kata “Batawi” lalu kemudian berubah menjadi “Betawi” (disesuaikan dengan lidah masyarakat lokal).

Secara historis, Suku Betawi merupakan masyarakat multietnik yang membaur dan membentuk sebuah entitas baru. Suku Betawi terlahir karena adanya percampuran genetik atau akulturasi budaya antara masyarakat mendiami Batavia.

Setelah adanya percampuran budaya, adat-istiadat, tradisi, bahasa, dan yang lainnya, akhirnya dibuat sebuah komunitas besar di Batavia. Komunitas ini lama kelamaan melebur menjadi suku dan identitas baru yang dinamakan Betawi. Penggunaan kata Betawi sebagai sebuah suku diawali dengan pendirian sebuah organisasi bernama Pemoeda Kaoem Betawi yang lahir pada tahun 1923.

Sedangkan menurut penuturan Sejarawan Betawi Ridwan Saidi, ada beberapa acuan mengenai asal mula kata Betawi: “Pitawi” (bahasa Melayu-Polinesia Purba) artinya larangan. Perkataan ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Candi Batujaya.

Sejarahwan Ridwan Saidi mengaitkan, bahwa Kompleks Bangunan Candi Batujaya di Karawang merupakan sebuah kota suci yang tertutup, sementara Karawang merupakan kota terbuka.

“Betawi” (Bahasa Melayu Brunei) digunakan untuk menyebut giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi, yang banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 M.

Flora Guling Betawi (cassia glauca), famili papilionaceae yang merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kukuh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak digunakan pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau.

Tanaman guling Betawi banyak tumbuh di Nusa Kelapa dan beberapa daerah di pulau Jawa dan Kalimantan.

Sementara di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, guling Betawi disebut Kayu Bekawi. Ada perbedaan pengucapan kata “Betawi” dan “Bekawi” pada penggunaan kosakata “k” dan “t” antara Kapuas Hulu dan Betawi Melayu, pergeseran huruf tersebut biasa terjadi dalam bahasa Melayu.

Ada kemungkinan nama Betawi berasal dari jenis tanaman pepohonan benar. Menurut Ridwan Saidi, beberapa nama jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian nama tempat atau daerah yang ada di Jakarta, seperti Gambir, Krukut, Bintaro, Grogol dan banyak lagi.

Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada hubungannya dengan orang Makassar di Sulawesi Selatan, melainkan diambil dari jenis rerumputan.

▪︎Seni dan Budaya

Seni dan Budaya asli Penduduk Jakarta atau Betawi dapat dilihat dari temuan arkeologis, semisal giwang-giwang yang ditemukan dalam penggalian di Babelan, Kabupaten Bekasi  berasal dari abad ke-11 masehi.

Selain itu budaya Betawi juga terjadi dari proses campuran budaya antara suku asli dengan dari beragam etnis pendatang atau yang biasa dikenal dengan istilah Mestizo.

Sejak zaman dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara atau kemudian dikenal dengan “Kalapa” (sekarang Jakarta), merupakan wilayah yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara, Percampuran budaya juga datang pada masa Kepemimpinan Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa di mana Prabu Surawisesa mengadakan perjanjian dengan Portugal dan dari hasil percampuran budaya antara Penduduk asli dan Portugal inilah lahir Keroncong Tugu.

Suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara lain, Jawa, Sunda, Melayu, Minang, Batak, Bugis, dan lainnya. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, Belanda, dan Portugis.

Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.

Lantas apa saja ragam budayanya? Untuk itu, hampiri satu per satu tempat-tempat di Ibu Kota bisa menemukan tradisi unik khas Betawi.

▪︎Cagar Buah Condet

Tidak hanya warga luar Ibu Kota, sebagian warga Kota Jakarta mungkin juga belum tahu keberadaan cagar buah legendaris ini, Cagar Buah Condet di Kramat Jati. Area seluas 3,7 hektare ini merupakan lahan milik warga asli Condet bersuku Betawi. Di sinilah buah khas Betawi, salak condet dan duku condet, diproduksi.

Selain kedua buah tersebut, terdapat berbagai tanaman seperti rambutan rapiah, melinjo, nangka, kecapi, aren, dan tanaman buah lainnya. Kini, Cagar Buah Condet diberdayakan oleh Pemprov DKI Jakarta untuk menjadi kawasan pelestarian tanaman khas Betawi sekaligus tempat wisata edukasi.
Alamat:  Jl. Kayu Manis No. 3 Balekambang, Kec. Kramat Jati, Jakarta Timur,  DKI Jakarta.

▪︎Kampung Rawa Belong

Salah satu kampung Betawi yang legendaris adalah Kampung Rawa Belong berada di Palmerah. Di sinilah kabarnya tempat lahirnya sang legenda jawara Betawi, Si Pitung, sekitar tahun 1866.

Selain Si Pitung, jawara Betawi lainnya seperti Mat Item dan sastrawan Betawi, SM Ardan, juga pernah mendiami kampung ini. Kampung ini juga merupakan tempat berkembangnya seni persilatan Betawi bernama Cingkrik.

Kampung Rawa Belong berlokasi di pertigaan menghubungkan Jalan Rawa Belong, Jalan Palmerah, dan Jalan Kebayoran Lama. Alamat: Jl. RW. Belong, Kec. Palmerah, Jakarta Barat, DKI Jakarta.

▪︎Kampung Setu Babakan

Salah satu kampung paling tenar sebagai tempat untuk mencari tahu serba-serbi kebudayaan Betawi, yaitu Kampung Setu Babakan di Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Di kampung wisata ini bisa mencoba beragam wisata budaya, seperti menyaksikan pagelaran seni musik, tari, dan teater tradisional khas Betawi serta melihat langsung aktivitas perkampungan budaya dan prosesi adat, membatik, serta membuat bir pletok.

Kampung ini juga ada wisata agro di perkebunan buah-buahan khas Betawi terletak di pelataran perkampungan dan di halaman rumah-rumah penduduk, serta wisata air seperti sepeda air, kano, dan memancing. Alamat: Jl. RM. Kahfi II, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

▪︎Kampung Si Pitung

Kampung si jawara Betawi, Si Pitung tempat lahirnya di Kampung Rawa Belong. Kampung Si Pitung berada di Cilincing. Rumah panggung yang megah ini terbuat dari ornamen kayu dan bergaya arsitektur Bugis.

Rumah tersebut memiliki ruangan seperti rumah pada umumnya, yaitu ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, ruang makan, dapur, teras, dan serambi belakang. Interiornya pun klasik dan khas zaman dahulu sehingga bisa merasakan vibes rumah Si Pitung sang jawara Betawi. Alamat: Jl. Kampung Marunda Pulo, Marunda, Kec. Cilincing, Jakarta Utara, DKI Jakarta.

▪︎Monumen Ondel-Ondel

Patung sekaligus maskot khas Betawi ukuran raksasa? Berada di Monumen Ondel-Ondel di Kemayoran. Dua buah patung ondel-ondel raksasa ini berdiri tegak di Bundaran Kemayoran, tepatnya di Jalan Benyamin Suaeb. Diresmikan pada tahun 2014, patung ini didirikan sebagai upaya pelestarian budaya Betawi.

Patung setinggi 9 meter, berat 1,5 ton, dan berdiri di atas fondasi setinggi 4 meter ini dinobatkan menjadi ondel-ondel terbesar di Indonesia oleh rekor MURI.

Monumen Ondel-Ondel ini juga ramai pengunjung sebab panorama di sekitarnya merupakan gedung-gedung tinggi menjadi daya tarik yang juga istimewa. Alamat:  Jl. Benyamin Suaeb A No.5, Kb. Kosong, Kec. Kemayoran, Jakarta Pusat, DKI Jakarta.▪︎[ZA/ALAMS]