Ditemukan Kuburan Massal, Anak jadi “Tumbal” para Dewa

168 dibaca

• Tradisi Persembahan Kuno, Anak Dikubur Hidup-hidup

Arkeolog di Peru menemukan dua mumi berusia lebih dari 1.000 tahun di daerah pinggiran ibu Kota Lima. Mumi—yang terdiri atas satu dewasa dan anak-anak—ditemukan di sebuah kompleks tempat peribadatan kuno yang telah digali sejak 1981.

Sang anak diyakini dipersembahkan kepada dewa-dewa, dan kemungkinan dikubur dalam keadaan hidup setelah kematian mumi dewasa. Peneliti juga menemukan sejumlah benda lain yang merupakan persembahan bagi dewa, termasuk hewan sejenis marmut dan kendi yang berbentuk seperti kucing.

“Penemuan benda-benda ini sangat penting dalam penggalian yang telah dilakukan selama tiga dekade, karena mumi dalam kondisi utuh,” kata peneliti Gladys Paz kepada kantor berita AFP.

Dikutip dari laman Nationalgeographic.co.id bahwa
kedua mumi berada dalam posisi jongkok dan seluruh tubuhnya dibungkus selendang.

Penemuan ketiga
Penemuan mumi dalam kondisi utuh ini merupakan yang ketiga kalinya di kompleks permakaman Huaca Pucllana. Para peneliti telah menggali lebih dari 70 kuburan di sebuah bangunan berbentuk piramida. Bangunan itu seperti kuil yang dibangun sebelum zaman kebudayaan Wari, antara 100 dan 600 tahun sebelum masehi. Wilayah itu sekarang berada di distrik Miraflores.

Pada 2010, para arkeolog menemukan jenazah seorang perempuan dengan empat anak, dan pada 2008 ditemukan mayat seorang remaja perempuan. Situs itu dibangun di lahan seluas 2,5 hektare dan memiliki menara setinggi 20 meter. Sampai saat ini, baru 40% yang telah digali para peneliti.

Menurut catatan, kebudayaan Wari menyebar di wilayah utara Peru pada 500 sampai 1.000 tahun sebelum masehi. Keberadaan mereka sangat sedikit diketahui karena tak meninggalkan jejak tertulis.

Kuburan Massal

Para ahli menemukan kuburan masal ratusan anak korban pembantaian di Peru abad ke-15. Mungkin anak-anak itu merupakan persembahan dan pengorbanan terhadap para dewa mereka akibat adanya badai El Nino yang sangat besar.

Dilansir dari Daily Mail, lebih dari 140 anak laki-laki dan perempuan berusia 5-14 tahun dibantai dalam pengorbanan masal untuk menenangkan para dewa saat itu.
Banyak anak-anak dan hewan muda dipotong hati mereka selama ritual mengerikan tersebut. Diperkirakan badai El Nino besar menyebabkan banjir besar dan badai yang memicu pengorbanan berdarah.

Berdasarkan analisis dari sisa-sisa lebih dari 200 jasad anak-anak itu diperkirakan terjadi sekitar 1450, selama puncak peradaban Chimu di pesisir utara Peru.

Kerajaan kuno tersebut mengontrol wilayah sepanjang 600 mil di sepanjang pantai Pasifik dan lembah-lembah dari perbatasan modern Peru-Ekuador sebelum kekaisaran Inca mengambil alih.

Temuan studi datang setelah enam tahun pekerjaan penggalian di lokasi dari 2011 hingga 2016.
Penulis studi John Verano, profesor antropologi di Universitas Tulane mengatakan, situs ini membuka bab baru tentang praktik pengorbanan anak-anak di dunia kuno.

Penemuan arkeologis ini merupakan kejutan bagi kita semua, kita belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya, dan tidak ada saran dari sumber etnohistoris atau catatan sejarah tentang pengorbanan anak atau ilama yang dilakukan dalam skala seperti itu di pesisir utara Peru.

“Kami beruntung dapat sepenuhnya menggali situs dan memiliki tim lapangan dan laboratorium multidisiplin untuk melakukan penggalian dan analisis awal bahan,” ujarnya.

Tes anatomi dan genetik, yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One, mengatakan luka pada anak-anak menunjukkan dada mereka dirobek untuk mengambil hati mereka.

Pengorbanan manusia dan hewan dikenal dari berbagai budaya kuno dan sering dilakukan sebagai bagian dari ritual penguburan, arsitektur, atau spiritual. Ada sangat sedikit bukti, sebelum penemuan ini, tentang praktik brutal di wilayah Amerika Selatan ini.**(anis)