Kisah Hikmah: Mencari Makhluk Paling Hina

444 dibaca

Di sebuah pondok pesantren, terdapat seorang santri yang tengah menuntut ilmu pada seorang kiai. Sudah bertahun-tahun lamanya santri belajar. Hingga tibalah saat dimana dia akan diperbolehkan pulang untuk mengabdi kepada masyarakat.

Sebelum santri pulang, kiai memberikan sebuah ujian padanya. Pak kiai berkata pada santrinya.

“Sebelum kamu pulang, dalam tiga hari ini, aku ingin meminta kamu mencarikan seorang atau pun makhluk yang lebih hina dan buruk dari kamu,” ujar sang kiai.

“Tiga hari itu terlalu lama kiai, hari ini saya bisa menemukan banyak orang atau makhluk yang lebih buruk daripada saya,” jawab santri penuh percaya diri.

Sang kiai tersenyum seraya mempersilakan muridnya membawa seseorang atau pun makhluk itu kehadapannya. Santri keluar dari ruangan kiai dengan semangat, karena menganggap begitu mudah ujian itu.

Hari itu juga si santri berjalan menyusuri jalanan. Di tengah jalan, dia menemukan seorang pemabuk berat. Menurut pemilik warung yang dijumpainya, orang tersebut selalu mabuk-mabukan setiap hari. Pikiran si santri sedikit tenang. Dalam hatinya dia berkata;

“Pasti dia orang yang lebih buruk dariku. Setiap hari dia habiskan hanya untuk mabuk-mabukan, sementara aku selalu rajin beribadah.”

Dalam perjalanan pulang si santri kembali berpikir.

“Sepertinya si pemabuk itu belum tentu lebih buruk dariku. Sekarang dia mabuk-mabukan, tapi siapa yang tahu di akhir hayatnya Allah justru mendatangkan hidayah hingga dia bisa khusnul khotimah? Sedangkan aku yang sekarang rajin ibadah, kalau diakhir hayatku Allah justru menghendaki suúl khotimah, bagaimana? Berarti pemabuk itu belum tentu lebih jelek dariku,” ujarnya bimbang.

Santri itu pun kemudian kembali melanjutkan perjalanannya mencari orang atau makhluk yang lebih buruk darinya.

Di tengah perjalanan, dia menemukan seekor tikus yang menjijikkan. Karena selain bulunya kusut dan bau, tikus tersebut juga menderita kudisan.

“Akhirnya ketemu juga makhluk yang lebih jelek dari aku. Tikus ini tidak hanya bau, tapi juga kudisan dan menjijikkan,” teriak santri dengan girang.

Dengan menggunakan karung beras, si santri kemudian membungkus tikus tersebut untuk dibawa ke pesantren. Namun di tengah jalan, tiba-tiba dia kembali berpikir.

“Tikus ini memang buruk rupa dan kudisan. Namun benarkah dia lebih buruk dari aku? Oh tidak, kalau tikus ini mati, maka dia tidak akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dilakukannya di dunia. Sedangkan aku harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan selama di dunia dan bisa jadi aku akan masuk ke neraka,”

Akhirnya si santri menyadari bahwa dirinya belum tentu lebih baik dari tikus tersebut.

Hari semakin sore. Santri masih mencoba kembali mencari orang atau makluk yang lebih jelek darinya. Namun hingga malam tiba, dia tak jua menemukannya.. Lama sekali dia berpikir, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke pesantren dan menemui sang kiai.

“Bagaimana anakku, apakah kamu sudah menemukannya?” tanya sang kiai.

“Sudah, kiai,” jawabnya seraya tertunduk.

“Ternyata diantara orang atau makluk yang menurut saya sangat buruk, saya tetap paling buruk dari mereka,” ujarnya perlahan.

Mendengar jawaban sang murid, kiai tersenyum lega.

“Alhamdulillah.. kamu dinyatakan lulus dari pondok pesantren ini, anakku,” ujar kiai terharu.

Kemudian kiai berkata;

“Selama kita hidup di dunia, jangan pernah bersikap sombong dan merasa lebih baik atau mulia dari orang ataupun makhluk lain. Kita tidak pernah tahu, bagaimana akhir hidup yang akan kita jalani. Bisa jadi sekarang kita baik dan mulia, tapi diakhir hayat justru menjadi makhluk yang seburuk-buruknya. Bisa jadi pula sekarang kita beriman, tapi di akhir hayat, setan berhasil memalingkan wajah kita hingga melupakanNya,”

Rasulullah SAW bersabda;

“Tidak akan masuk ke dalam surga orang yang di hatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji sawi. (HR. Muslim nomor 91).

Semoga di sisa umur yang Allah berikan, kita dapat mempergunakannya sebaik-baiknya untuk memperbanyak amal saleh dan bukan hanya disibukkan dengan urusan duniawi belaka. Dan semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.**