Gus Baha Peringatkan Imam Salat

475 dibaca

▪︎POSMONEWS.COM,-

KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), menjelaskan bacaan imam salat jangan terlalu panjang. Mengapa demikian? Hal itu ditegaskan dalam kajian Channel Santri Gayeng melalui kanal YouTube.

Penjelasan Gus Baha tentang imam yang bacaannya terlalu panjang pernah dibahas dalam satu kajian beliau. Menurutnya, memimpin salat jangan kelamaan karena bisa merusak Islam.

Gus Baha menceritakan kisah sahabat Rasulullah yang mengimami salat terlalu lama. Ada sahabat lain mufaraqah (memisahkan diri dari imam) karena salatnya terlalu lama lantaran ingin mengurus unta.

“Sahabat itu kemudian mengadu kepada Nabi: Ya Rasulullah, saya ini mufaroqoh (berpisah) dengan imam karena salatnya terlalu lama. Saya dimarahi, dan dianggap munafik,” ucapnya.

Sahabat yang kala itu menjadi imam adalah Mu’adz radhiyallahu ‘anhu mendapat teguran dari baginda Rasulullah:

“Kamu itu kalau salat jangan kelamaan, bisa merusak Islam! Orang akhirnya tidak menyukai salat disebabkan salatmu terlalu lama.”

Itulah barokahnya hadist tersebut, orang menjadi imam memilih surat Qulhu (Al-Ikhlas) karena khawatir dimarahi Rasulullah (hehehe).

Padahal Nabi sebenarnya waktu itu menegur Mu’adz agar tidak membaca surat Al-Baqarah ketika memimpin salat. Tapi diganti dengan surat Al-A’la (Sabbihis).

Namun, hadistnya diplesetkan jangan Sabbihisma (al-A’la), tapi membaca Qulhu (hehe).

Mua’dz saat menjadi imam membaca Surat Al-Baqarah di rakaat pertama dan Surat Al-Maidah rakaat kedua.

(Ya merianglah… hehe)

Bagaimana pun Islam jangan sampai jadi masalah (biang kerok).

Dikisahkan ada sahabat yang hidup di masa Tabi’in dalam Kitab Al-Bukhari, saat iqomah dikumandangkan, malah untanya kabur. Dia pun lantas berlari mengejar untanya. Takbiratul ihram tak jadi, malah untanya ia kejar.

Padahal statusnya beliau adalah sahabat, bukan Tabi’in lho…. Saat kembali ke masjid, dia dalam keadaan masbuq. Selesai salat beliau dikomentari para Tabi’in.

“Lihatlah orang tua ini, begitu cinta dunia. Dia ini hidup di masa Nabi, tapi lebih mendahulukan unta ketimbang Takbiratul Ihram (salat),” kata si Tabi’in.

Mendengar hal itu, sahabat menangis dan berucap:

“Aku (melakukan ini) di masa Nabi tak pernah jadi masalah. Kok, pada masa sekarang (Tabi’in) malah jadi masalah?”

Hal yang melatarbelakangi sahabat itu menangis karena di masa Nabi Muhammad SAW. Islam itu gampang. Ada orang mengurus unta, ada juga melakukan macam-macam. Tapi semakin ke sini, Islam kok jadi merepotkan. Kemudian dia berkata:

“Aku ini sudah tua, kalau untaku hilang lantas pulangku bagaimana?”

Sekarang saya tanya:
“Bagaimana jika salat dinggap sumber masalah hilangnya unta, lalu salatnya dianggap masalah? Terus kamu ridho jika salat jadi tersangka? Yang benar ya tidak seperti itu (menjadikan salat problem).

Unta dicari dulu hingga ketemu setelah itu menunaikan salat. Kalau tertinggal, bisa salat munfarid. Yang penting salat tidak jadi tersangka. Makanya Nabi Muhammad SAW. menyuruh salat cepat karena ada beberapa alasan.

Misalnya ibu-ibu yang ditunggu bayinya dan urusan-urusan setiap individu setelah salat. Namun, orang Khawarij tidak demikian. Menurut mereka salat harus khusyuk, jangan mengingat selain Tuhan. Lha, dia sendiri malah ingat orang yang tidak khusyuk.

Jadi kesimpulannya, agama itu tidak menyusahkan, namun ia sebenarnya memudahkan.

“Jangan sampai agama membuat repot. Salat Qabloiyah dan Bakdiyah silakan, tapi jangan sampai kedua sunnah itu dijadikan wajib. Sekali (sunnah) mendekati wajib bisa bahaya bagi agama.”

Orang fasik yang ingin salat malah tidak jadi karena menyangka semua ibadah itu wajib. Saat Nabi Muhammad SAW. ditanya sahabat tentang kewajiban salat fardlu, beliau menjawab dengan tegas.

“Apakah Allah mewajibkan salat sehari semalam hanya lima waktu?,” tanya Sahabat.

“Ya,” jawab Nabi.

“Tak ada yang wajib selain itu?” tanya sahabat lagi.

“Tidak, kecuali kamu melakukan salat sunnah,” tegas Nabi. **(zi/ahm)