Misteri Batu Tak Berujung Ditancapkan Patih Gajah Mada

334 dibaca

▪︎MOJOKÈRTO-POSMONEWS.COM,-
Banyak kisah misterius dan menarik perhatian saat menjelajah daerah-daerah di Nusantara. Kadang kisahnya tidak masuk akal pikiran normal manusia. Ada sebongkah batu tak bisa dicabut walau dengan alat berat. Lantas kekuatan apa yang melindunginya?

Saat menjelajahi tempat wisata di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, saat berkunjung ke suatu daerah. salah satu tempat menyimpan keunikan. Terdapat satu batu aneh yang dianggap tidak memiliki ujung dan tertancap.

Batu tersebut diduga tidak berujung ini berada di Kompleks Pendopo Agung Triwulan, Dusun Ngelinguk, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Batu ini menyimpan kisah sejarah sangat penting pada zaman Kerajaan Majapahit.

Batu itu tidak terlalu besar dan terlihat disakralkan. Sebab, disana akan menemukan dupa di sekitar batu. Masyarakat percaya batu itu ditancapkan oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit, sosok yang dikenal sebagai tokoh yang memiliki kesaktian.

Batu ini sangat sulit dicabut atau dipindahkan. Bahkan, dicabut menggunakan alat berat tidak bisa mengangkat batu yang telah ditancapkan oleh Gajah Mada.

“Memang ini di luar nalar manusia, padahal baru kecil tapi sulit dicabut dengan alat berat,” ujar narasumber dilansir Kanal YouTube Asli Mojokerto.

Ceritanya sangat kental, terlihat dari bangunan Pendopo Agung yang bergaya joglo, dibangun antara 1964-1973 oleh Brawijaya melalui Yayasan Binomo Majapahit.

“Melawati pintu gerbang utama, disambut oleh patung Gajah Mada. Patung Gajah Mada ini diresmikan oleh komando pusat polisi militer tanggal 22 Juni 1986,” katanya.

Selain itu, ada juga patung Raja Brawijaya yang dinaungi payung kerajaan. Dengan struktur bangun Pendopo Agung terlihat di latar belakang. Lingkungan Pendopo Agung Triwulan Diceritakan, lingkungan Pendopo Agung tertutup dan sangat nyaman, sebagai tempat untuk istirahat atau tempat rekreasi bernuansa pendidikan.

Terlihat dalam tayangan, memang ada batu (tonggak) yang kemiringannya sekitar 6 derajat. Dipercaya oleh masyarakat sebagai pengait gajah dan kuda dari kendaraan Gajah Mada masa silam.

“Masih dalam kontek pendopo agung tepatnya di belakang pendopo, kita akan menjumpai tonggak yang menancap di tanah dengan kemiringan kurang lebih 60 derajat. Konon tonggak ini (batu) pernah di gunakan sebagai tonggak pengikat gajah dan kuda kendaraan Gajah Mada, menurut pengakuan warga sekitar kompleks pendopo agung,” katanya.**(aris/danar sp)