Kisah Penemuan Candi Borobudur Diselimuti Cerita Angker

602 dibaca

▪︎YOGYAKARTA-POSMONEWS.COM,-
Kisahnya terentang hingga ratusan tahun ke belakang, tentang penemuan Candi Borobudur dari keruntuhan tidak terjadi dalam waktu singkat. Lantas bagaimana kisah penemuan Candi Borobudur yang megah itu?

Ahli Purbakala dari Universitas Indonesia (UI), Soekmono, yang juga pernah menjabat Kepala Proyek Pelita Pemugaran Candi Borobudur, menulis buku berjudul “Candi Borobudur” pada 1976.

Buku tersebut merupakan catatan penemuan dan pemugaran Borobudur yang diterbitkan oleh Unesco dalam bahasa Inggris.
Dalam buku ilmiah namun ditulis dalam bahasa populer itu, Soekmono menjelaskan awal mula Borobudur ditemukan.

Sebelum dipugar, candi ini diselimuti oleh kisah dan cerita angker. Dalam Babad Tanah Jawi, misalnya, disebutkan bukit di sekitar Borobudur sering mendatangkan malapetaka. Salah satunya menimpa seorang pemberontak kerajaan Mataram pada tahun 1709.

“Bukit itu dikepung dan si pemberontak dapat ditumpas. Sebagai tawanan ia diangkut menghadap raja, untuk kemudian menjalani hukuman mati,” begitu yang tercatat dalam buku itu.

Sementara Babad Mataram punya kisah lain lagi. Dalam babad ini diceritakan seorang pangeran dari Keraton Jogjakarta yang tidak mengindahkan larangan untuk mendatangi Borobudur.

Pada tahun 1757 sang pangeran pun pergi dan mengunjungi “Satrya dalam kurungan”, yaitu arca Buddha yang terdapat dalam stupa di puncak Candi. Akibatnya, sekembali dari Borobudur dia sakit dan esoknya meninggal dunia.

Dikutip dari kompas.tv mengungkapkan bahwa ketika Sir Thomas Raffles datang ke Jawa, dia memberi perhatian pada berbagai candi yang ada. Saat Gubernur Jenderal Inggris ini melawat ke Semarang pada 1814, dia diberitahu tentang sebuah candi bernama Borobudur. Namun Raffles tidak sempat melihat, dia pun hanya mengirimkan seorang utusan bernama Cornelius.

Ketika tiba di candi, Cornelius mengerahkan 200 penduduk untuk membersihkan semak-semak sekitar candi dan menyingkirkan batu-batu yang ada.

Kegiatan Cornelius atas perintah Raffles ini, kata Soekmono, memiliki dua dampak besar. Pertama, masyarakat sekitar yang semula memandang Borobudur dengan rasa angker dan selubung tahayul, kini berubah.

Mereka memandang candi itu sebagai sumber batu-batuan bahan bangunan yang melimpah.
Kedua, mulai timbul rasa ingin tahu dari para pejabat setempat. Misalnya Residen Kedu Hartman yang begitu tertarik pada Borobudur sehingga membersihkan dari berbagai penghalang pemandangan.

“Sayang sekali bahwa Hatrman tidak pernah membuat laporan  dari segala kegiatannya itu,” kata Soekmono.

Berkembang cerita di tengah masyarakat bahwa Hartman menemukan arca Buddha dalam stupa induk. Namun karena tidak tercatat, hanya jadi bahan perdebatan para ahli belaka. Berkembang pula cerita bahwa ada stupa yang sengaja ditaruh oleh Bupati Magelang agar Residen Belanda itu dapat merasa puas menemukan sesuatu dalam penyelidikanya.

Kisah Penemuan Borobudur

Salah satu peninggalan nenek moyang yang masih bisa dinikmati sampai saat ini tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari belahan dunia lain yaitu Borobudur. Borobudur sendiri merupakan candi budha terbesar di dunia dan hanya ada di bumi nusantara.

Sama seperti di Candi Borobudur, dilihat dari jauh bentuknya bangunan bersusun seperti  piramida dan sebuah stupa berupa kepunden berundak.

Peradaban dunia telah membuktikan, bila candi yang termasuk salah satu keajaiban dunia ini salah satu saksi sejarah peradapan masa lalu yang sangat luar biasa dan bisa dinikmati hingga saat ini. Sejarah kembali membuktikan nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari peradapan budaya yang sangat  tinggi.

Dikutip dari laman iNews.id bahwa
pada zaman Megalithicum nenek moyang bangsa Indonesia membuat makam leluhurnya sekaligus tempat pemujaan berupa bangunan bersusun.

Penemuan candi Buddha terbesar di dunia dengan ketinggian tinggi 34,5 meter dan luas bangunan 123 x 123 meter dan berada di atas sebuah bukit ini. Berdasaarkan catatan sejarah  Borobudur dibangun masa  Dinasti Syailendra antara tahun 750 dan 842 Masehi pada abad ke 8 dan 9.

Candi Borobudur oleh UNESCO dan diakui sebagai salah satu warisan dunia dan masuk dalam salah satu keajaiban dunia ini sempat menghilang lama karena tertutup lahar akibat letusan gunung Merapi yang sangat dahsyat.

Kemudian tertutup hingga jangka waktu lama dan sudah berubah menjadi bukit dengan ditumbuhi hutan belukar.

Borobudur ditemukan kembali pada masa penjajahan Inggris pada tahun 1811 hingga 1816. Saat itu  Thomas Stamford Raffles menjabat sebagai gubernur Jenderal. Raffles tertarik dangan budaya Jawa dan menuliskan buku The History of Java.

Saat berada di Semarang, sekitar tahun 1814, Gubernur Jenderal mendengar ada bangunan besar kuno yang barada di dalam hutan belantara di dekat desa Bumisegoro. Kemudian  Raffles memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda meneliti bangunan besar tersebut.

Misi  H.C. Cornelius berhasil  menemukan lapisan tanah yang menjadi dasar halaman candi yang terkubur. Penggalian dilanjutkan oleh Hartmann dari  Keresidenan Kedu, sehingga tahun 1835 seluruh bangunan berhasil di gali dan mulai terlihat bentuknya.

Nama Borobudur sendiri seperti yang ada dalam buku The History of Java, Borebudur berarti “Candi Budur di dekat Desa Bore. Penamaan candi sendiri biasanya sesuai dengan lokasi dimana candi itu ditemukan. Seiringnya waktu namanya kemudian berubah menjadi Borobudur untuk mempermudah pengucapan bagi masyarakat Jawa.

Sejak ditemukan kembali tahun 1814 Candi Borobudur sudah mengalami 2 kali pemugaran, yaitu Tahun 1907-1911 kemudian tahun 1973-1983. Tahun 1991 Candi Borobudur kemudian menjadi Warisan Dunia Unesco dengan nama resmi kompleks Candi Borobudur.**(danar sp/aris)