Gus Baha: Keutamaan Baca Surat Toha dengan Istiqamah

381 dibaca

KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjelaskan bahwa bahwa Surat Toha dan Surat Yasin merupakan satu paket.

“2000 tahun sebelum Allah SWT. menciptakan langit dan bumi, yang dibaca adalah dua surat ini,” tuturnya dalam kajian tafsir Tafsir al-Jalalain, Surat Toha di Kanal YouTube Ansor TV.

Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulum ad-Din juga menyebutkan sebuah hadis bahwa Allah membaca surah Yasin dan Thaha seribu tahun sebelum menciptakan makhluk. Ketika para malaikat mendengar Alqur’an, maka mereka berkata:

“beruntung umat Muhammad, karena mereka dianugerahi Alqur’an. Beruntung dada yang menghapalnya dan beruntung lisan yang senantiasa membacanya”.

Menurut Imam al-‘Iraqi, hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam ad-Darimi dari Abu Hurairah dengan sanad yang lemah (dha‘if).

Beberapa ulama lain yang meriwayatkan hadis tersebut adalah: Imam Ibn Khuzaimah, Imam al-‘Uqaili, Imam ath-Thabrani, Imam Ibn ‘Adiy, dan Imam Ibn Murdawaih. Adapun Imam al-Baihaiqi meriwayatkan dengan redaksi berbeda, yaitu:

“dua ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi” (Lihat Imam Murtadha az-Zabidi, Ithaf as-Sadah al-Muttaqin, 1994, IV: 464).

Dalam kesempatan lain, Syekh Hamami Zadah, menyebutkan hadis serupa dengan redaksi berbeda, yaitu: Allah membaca surah Yasin dan Toha dua ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi. Ketika para malaikat mengetahui hal itu, maka mereka berkata:

“beruntung umat Muhammad, karena mereka dianugerahi dua surah ini. Beruntung orang yang menghapal dan mengamalkan keduanya dan beruntung lisan yang senantiasa membaca keduanya”.

Menurut Gus Baha, banyak riwayat hadis yang menyebut tentang keutamaan Surat Toha dan Surat Yasin.

“Ada yang setuju ada yang tidak. Tapi sudah menjadi tradisi para ulama bahwa Yasin dan Toha punya posisi khusus,” tandas Gus Baha.

Pertama, termasuk Al-Ma’in yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai pengganti Zabur.

Kedua, mengandung al-ismul a’dzam (nama Allah yang paling agung), jika berdoa dengannya akan dikabulkan.

Ketiga, diberikan catatan amal perbuatan dengan tangan kanan dan tidak dihisap atas apa yang dilakukannya setelah Islam.

Dari Abi Abdullah telah berkata, “Janganlah kalian bosan membaca Surat Thaha, karena sesungguhnya Allah mencintainya dan mencintai yang membacanya. Barangsiapa yang membacanya dengan istiqamah, maka Allah akan memberikan kitab (catatan amal perbuatan) dengan tangan kanannya di hari kiamat, Allah tidak menghisabnya atas apa yang dilakukannya setelah Islam, dan memberinya pahala di akhirat hingga ia merasa ridha.” (Tsawabul- A’mal: 137)

Keempat, bisa digunakan untuk wasilah doa agar melembutkan hati. Bagi seseorang yang merasa hatinya keras, atau ada seseorang yang saudara atau sahabatnya memiliki hati yang keras, maka dapat dibacakan ayat 1-5 dari Surat Thaha.

Terdapat kisah yang terkenal berkaitan dengan hal ini. Yaitu ketika Nabi Muhammad SAW. mulai menyebarkan Islam secara terang-terangan, sementara Umar bin Khattab masih masih mempertahankan tradisi masyarakat Quraisy.

Umar adalah salah satu yang paling kuat menentang Islam pada masa itu. Menurut ahli sejarah Islam, semasa Umar dalam perjalanan membunuh Rasulullah, beliau bertemu dengan seseorang yang mengatakan bahwa beliau haruslah membunuh adik perempuannya dahulu sebelum membunuh Rasulullah SAW. karena adik Umar sendiri sudah memeluk Islam.

Sayidina Umar pergi ke rumah adiknya dan mendapati adiknya sedang membaca Al-Qur’an. Dalam keadaan yang marah dan kecewa, beliau memukul adiknya sampai berdarah. Kepada adiknya Umar minta dibacakan sedikit ayat Alqur’an.

Beliau merasa terharu ketika mendengar ayat-ayat Alqur’an yang begitu indah sehingga beliau memeluk Islam pada hari itu juga. Itulah kelebihan Surat Thaha yang dibaca oleh beliau. Setelah peristiwa tersebut, beliau berjanji akan melindungi Islam hingga tetes darah terakhir.

Dari Al Aswad bin Yazid, dia berkata; Abdullah berkata, Saya pernah mendengar Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa menjadikan segala macam keinginannya hanya satu, yaitu keinginan tempat kembali (negeri Akhirat), niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan mencukupkan baginya keinginan dunianya. Dan barangsiapa yang keinginannya beraneka ragam pada urusan dunia, maka Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan memperdulikan dimanapun ia binasa.”.**(zi)