KUBURLAH KAMI HIDUP-HIDUP DAN ANICK HT

141 dibaca

• Denny JA

Bulan Febuari 2014 di Pisa Kafe Mahakam, Jakarta. Hari itu ada pementasan seni yang tak biasa. Lima isu diskriminasi atas kaum minoritas dibukukan dalam Puisi Esai. Puisi itu dibacakan dengan pertunjukkan teater.

Penulis buku itu Anick HT.

Satu puisi esainya dijadikan judul. “Kuburlah Kami Hidup-Hidup.” Itu potongan dari surat warga Ahmadiyah yang hidup terusir dari tanahnya.

Lebih lengkap kutipannya:

“Jika sama sekali tidak ada tempat bagi kami,
di bui tidak ada tempat bagi kami,
di pembuangan sampah tidak ada,
di pekuburan-pekuburan juga tidak ada,
maka galikanlah bagi kami, Tuan Penguasa,
kuburan kami seluruh warga pengungsi, laki-laki, perempuan, tua, muda maupun anak-anak,
siap dan ikhlas dikubur hidup-hidup

Itu isi surat warga Ahmadiyah. Sejak tahun 2006, mereka ttinggal di Asrama Transito, Mataram.

Saya duduk di belakang. Ketika kalimat d atas dibacakan oleh kelompok teater, lama saya terdiam. Tersentak. Tergugah. Merenung.

Warga negara Indonesia, hanya karena keyakinannya, Ahmadiyah, yang dijamin konstitusi UUD 45, saat itu diusir dari tanahnya sendiri. Lama hidup di pengasingan.

Terdengar kabar, mereka akan lebih nyaman jika mereka bersedia pindah keyakinan. Mereka dibujuk memeluk agama mayoritas saja.

Tapi satu tokoh di sana tak gentar. “Ini keyakinan kami. Jika gara gara keyakinan ini, kami tak boleh hidup di negeri tempat kami dilahirkan, kuburlah kami hidup-hidup.

-000-

Narasi ini kuat juga karena lahir dari endapan batin Anick HT.

Saya mengenal Anick cukup lama. Ia aktif sejak dulu merawat keberagaman di Indonesia.

Tak hanya sebagai pemikir, penulis, Anick juga aktif dalam demonstrasi di jalan, memprotes dan sosialisasi keberagaman itu.

Satu hari, di tahun 2008, Anick memimpin Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). Dalam salah satu demonya, mereka bentrok dan dianiaya dengan kekerasan oleh ormas garis keras.

Anggotanya memar dipukul oleh barisan ormas garis keras itu.

Peristiwa kekerasan yang dialaminya justru menambah api perjuangannya. Negeri ini pernah aman aman saja dengan keberagaman. Mengapa justru di era reformasi, ada kelompok sipil yang merasa paling berhak soal tafsir agama, dan berhak pula melakukan kekerasan.”

Anick menuliskan pengalamannya beradvokasi perjuangan keberagaman dalam buku puisi esai, terbit tahun 2014.

Saya melihat kembali facebook yang menyimpan aneka buku puisi esai. Dari sekitar 100 buku puisi esai yang sudah terbit, buku Anick HT termasuk yang sangat kuat pesan sosialnya.

-000-

Namun saya mengenal Anick HT lebih jauh, dan berterima kasih padanya.

Di tahun 2018, saya mencanangkan pendidikan 1000 juru bicara Pancasila di 35 provinsi.

Kegiatan ini bermula dari hasil survei LSI Denny JA, tahun 2005-2018. Trend menunjukkan pro kepada Negara Islam menaik, walau di bawah 15 persen.

Trend kepada Pancasila menurun, walau masih di atas 80 persen.

Pancasila harus dikembangkan kembali. Untuk Indonesia masa kini, Pancasila bisa menjaga keseimbangan antara kelompok yang beragam di Indonesia.

Tak nanggung, saat itu kami pecahkan rekor dunia Guiness Book of World Record bidang pendidikan politik.

Tapi siapakah yang harus memimpin gerakan 1000 Juru Bicara Pancasila ini? Ia tak hanya punya komitmen yang mendalam soal keberagaman. Tapi ia harus pula pernah memimpin organisasi skala nasional, dan punya managerial skill.

Anick HT yang dipilih. Ia memiliki kombinasi kemampuan itu.

Berikutnya saya lebih mengenal Anick, ketika membaca esainya. Anick meringkas 25 buku saya dari 102 buku yang pernah saya tulis, selama 40 tahun berkarya (1981-2021).

Hanya dalam esai 3-4 halaman, Ia dapat memilihkan gagasan yang tepat. Kadang buku yang Ia ringkas itu tebalnya lebih dari 500 halaman.

Setiap buku, Ia sarikan lima gagasan utama. Alhasil, ketika satu tim membuat buku khusus untuk merayakan 40 tahun saya berkarya, 25 esai ringkasan Anick HT atas 25 buku saya menjadi menu utama.

Ia tak hanya jitu dalam menangkap gagasan utama 25 buku itu. Padahal itu buku yang topiknya meluas, mulai dari soal demokrasi, marketing politik, agama, psikologi positif dan happiness, renungan perjalanan ke lima benua, catatan review film, hingga sastra.

Anick juga mampu menuliskannya dengan mendalam dan nyaman dibaca.

Itu pastilah karena Anick sendiri mengkombinasikan kecerdasan, keahlian menulis dan bara seorang aktivis.

-000-

Kini di samping kegiatannya yang lain, Anick HT juga dengan tekun, ikut menjadi admin Facebook Esoterika. Ini juga forum untuk menjaga keberagaman. Ia semacam kelompok studi di era digital.

Semua diskusi terjadi di laman Facebook.

Setiap bulan, Anick HT mengoperasikan teknis Zoom Meeting untuk diskusi buku. Nyaris selama masa pandemik, sudah 14 bulan, dan sudah 14 buku didiskusikan secara online. Anick HT setia menjaga diskusi itu, bersama rekan lain, menjaga dengan hati.

Member Facebook untuk keberagaman ini sudah 14 ribu, dari seluruh Indonesia.

Semua buku yang didiskusikan juga berhubungan dengan isu keberagaman.

Hari ini, 30 Juni 2021, Anick HT berulang tahun. Saya pun menyempatkan diri membuat meme untuknya, berisi pesan yang menggambarkan perjalanan hidupnya:

“Dengan hati, merawat keberagaman. Selamat ulang tahun, Anick HT.”

Juni 2021

CATATAN

1. Buku Puisi Esai karya Anick HT: Kuburlah Kami Hidup- Hidup (2014)

https://www.facebook.com/groups/163866001106512/permalink/174907786669000/