Pasien COVID-19 di Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi Melonjak

153 dibaca

“Sejumlah personil BPBD Bondowoso mendirikan tenda darurat di RSU. Dr. Koesnadi, Sabtu (26/6/2021).” (Foto:BPBD Kab. Bondowoso)

Kasus wabah pandemi COVID-19 di wilayah Jawa Timur, belum mereda. Bahkan, zona merah Jatim berpindah ke Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi.

Menurut data dari infocovid19.jatimprov.go.id kenaikan kasus virus Corona di tiga wilayah zona merah Jatim tersebut sebagai berikut:

– Virus Corona di Kabupaten Situbondo

Konfirmasi: 2.919 (+55)
Aktif: 168 (+27)
Sembuh: 2.521 (+24)
Meninggal: 240 (+4)

– Virus Corona di Kabupaten Bondowoso

Konfirmasi: 2.834 (+35)
Aktif: 290 (-1)
Sembuh: 2.350 (+31)
Meninggal: 194 (+5)

– Virus Corona di Kabupaten Banyuwangi

Konfirmasi: 7.326 (+44)
Aktif: 487 (+14)
Sembuh: 6.188 (+27)
Meninggal: 721 (+3)

Terkait zona merah di tiga wilayah tersebut. Pasien COVID-19 di Situbondo melonjak.

Bupati Situbondo, Karna Suswandi, mengambil langka kebijakan cepat untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pasien COVID-19 di rumah sakit dalam satu pekan terakhir ini.

Menurut Bupati Situbondo, pihaknya sudah melakukan penambahan berbagai fasilitas di rumah sakit, di antaranya penambahan tempat tidur, ICU, non ventilator maupun ventilator.

“Kami tadi malam sudah rapatkan masalah itu,” ujar Bupati Karna Suswandi, Senin (28/6/2021).

Ia juga mengimbau agar masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan (Prokes).
Saat ditanya wilayah yang masuk zona merah, mantan Kadis PUPR Bondowoso dan Lumajang ini menegaskan, pihaknya telah menerjunkan para nakes dan BPBD ke daerah daerah zona merah.

Sementara itu, Sekretaris Satgas COVID-19 Kabupaten Situbondo, Syaifulah mengatakan, dalam tiga hari ini pasien COVI-19 yang meninggal dunia jumlahnya cukup tinggi.

Tingginya angka kematian tersebut, lanjut Syaifullah, pihaknya mengaku cukup menghawatirkan, karena sampai saat ini sudah tercatat ada sebanyak 9 orang yang meninggal dunia.

“Dua di antaranya nakes dan perawat di rumah sakit,” kata Syaifullah.

Ia menjelaskan, dalam satu bulan terakhir ini, kasus COVID-19 juga cenderung terus meningkat di Kabupaten Situbondo. Bahkan, penyebaran COVID-19 di tiga kecamatan masuk zona merah.

“Kami mengimbau kepada warga agar jangan abai prokes dan tetap patuh terhadap kebijakan PPKM,” pungkasnya.

Data sebaran COVID-19 di Kabupaten Situbondo per 27 Juni 2021, terkofirmasi mencapai sebanyak 2864 orang dan yang sembuh sebanyak 2497. Sedangkan yang meninggal dunia mencapai sebanyak 226 orang serta yang aktif sebanyak 141 orang.

Keterisian tempat tidur di ruang ICU RSU. Dr. Koesnadi Bondowoso telah mencapai 100 persen oleh pasien COVID-19.

Dinas Kesehatan Provinsi Jatim pun mengklasifikasikan Bed Occupancy Rate (BOR) ICU RSU. Dr. Koesnadi Bondowoso masuk zona hitam.

Plt. Direktur RSU. Dr. Koesnadi Bondowoso, dr. Yus Priyatna membenarkan bila sebanyak lima unit tempat tidur yang disediakan di ruang ICU kini terisi penuh.

“Karena keterbatasan tenaga kesehatan dan peralatan, kami tidak bisa menambah tempat tidur di ruang ICU,” katanya, Senin (28/6).

Selain ICU, lanjut Yus, ruangan isolasi pasien Covid-19, yakni paviliun Krisan dan Rengganis, juga terisi penuh. Bahkan, pihaknya harus menyediakan tempat tidur ekstra di dua ruangan tersebut.

Saat ini, persentase okupansi paviliun Krisan mencapai 111 persen. Sedangkan paviliun Rengganis menyentuh angka 130 persen.

“Kami menambah tempat tidur ekstra di ruang Krisan sebanyak dua unit dan di ruang Rengganis 12 unit. Sementara, ada 20 pasien yang dirawat di ruang Krisan dan 52 pasien di ruang Rengganis,” sebutnya.

Yus mengungkapkan, pihaknya kini mengandalkan satu ruang isolasi lain, yakni paviliun Ijen untuk menampung pasien Covid-19.  Di ruang Ijen tersedia 58 unit tempat tidur dengan tingkat okupansi masih 24 persen.

“Pasien yang dirawat di ruang Ijen berjumlah 14 orang. Artinya, ada 44 unit tempat tidur yang belum terisi,” terangnya.

Ia menjelaskan, RSU. Dr. Koesnadi telah menyiapkan langkah antisipasi apabila ketiga ruangan isolasi tak dapat lagi mengakomodir pasien COVID-19.
Dua tenda darurat dan ruang Anggrek bakal nantinya bakal menjadi ruang perawatan pasien COVID-19.

“Total ada 50 tempat tidur yang disediakan di dua tenda dan ruang Anggrek. Rinciannya, tenda darurat I ada 10 tempat tidur, tenda darurat II ada 10 tempat tidur dan di ruang Anggrek ada 30 tempat tidur,” sebutnya.

Di sisi lain, RSU. Dr. Koesnadi Bondowoso memerlukan ventilator tambahan. Sebab, rumah sakit yang berada di Jalan Piere Tendean itu hanya memiliki lima unit ventilator.

“Kami berencana menambah ventilator. Namun, diperlukan waktu untuk perencanaan penganggaran,” pungkasnya.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Festiandani berkeliling ke tiga lokasi yang disiapkan menjadi pusat isolasi bagi pasien COVID-19 dan tempat karantina pekerja migran Indoensia (PMI), Minggu (27/6/2021).

Salah satunya, Ipuk mengunjungi Gedung Diklat ASN yang difungsikan sebagai tempat isolasi terpusat bagi pasien positif COVID-19 tak bergejala. Gedung yang bisa menampung hingga 100 orang tersebut asri dan sejuk karena berada di salah satu kaki Gunung Ijen.

“Di sini suasananya sejuk dan asri, semoga mempercepat pemulihan. Lahannya juga luas, harapan kita warga yang diisolasi bisa rajin olahraga ringan, bergerak leluasa, membuat nyaman suasana psikisnya,” papar Ipuk.

Gedung Diklat ASN tersebut sebenarnya telah berfungsi sebagai tempat isolasi terpusat bagi pasien OTG sejak 2020. Karena kasus COVID-19 melandai, Gedung Diklat itu lalu difungsikan sebagai lokasi karantina Pekerja Migran Indonesia yang tiba di Banyuwangi.

“Kini Gedung Diklat ASN ini kami fungsikan kembali sebagai pusat isolasi bagi OTG, maupun mereka yang bergejala ringan. Dengan isolasi terpusat, InsyaAllah memperkecil potensi penyebaran,” kata Ipuk.

Ipuk juga berdialog dengan penghuni yang sedang menjalani isolasi. Terdapat 68 warga yang menjalani isolasi.

“Sehat-sehat ya Bu, terus berdoa, rileks, istirahat, olahraga ringan. Makan yang bergizi, Insya Allah dipasok petugas. Kalau pikiran tenang, imunitas meningkat, ibu-ibu bisa segera bertemu keluarga kembali,” kata Ipuk memberi semangat kepada para penghuni kamar isolasi dari kejauhan.

Ipuk mengacungkan jempol kepada warga yang bersedia menjalani isolasi terpusat, terutama karena di rumah kurang memungkinkan untuk isolasi, seperti jumlah kamar mandi yang terbatas.

“Ini bukan pengucilan, bukan diasingkan. Warga yang bersedia diisolasi terpusat justru sangat layak diapresiasi, karena beliau-beliau tidak ingin anggota keluarga di rumah ikut tertular,” ujarnya.

Selain mengunjungi Gedung Diklat ASN, Ipuk juga mengunjungi pusat karantina Pekerja Migran Indnesia (PMI) di Dormitory Atlet. Di sana dia berbincang dengan para PMI yang menjalani karantina.

“Jadi ini bukan PMI yang positif. Sudah dites swab dan negatif, tetapi tetap harus karantina beberapa hari sesuai prosedur. Sejak sebulan lalu, kami telah melayani 511 PMI. Yang telah pulang ke rumah karena negatif dan selesai karantina ada 488 orang. Ada dua yang positif, dan jalani isolasi di Grdung Diklat. Sisanya menjalani karantina tapi sudah dinyatakan negatif,” imbuh Kepala Dinas Kesehatan dr Widji Lestariono.

Bupati Ipuk juga mengunjungi Gedung Wanita, yang disiapkan sebagai antisipasi jika Gedung Diklat ASN tidak cukup menampung pasien OTG.

“Forkompimda juga telah meminta kecamatan menyiapkan tempat isolasi. Ini untuk mengurangi beban rumah sakit, dan sekaligus menekan penularan terutama untuk warga yang rumahnya tidak memungkinkan untuk isolasi mandiri,” jelas Ipuk.

Widji Lestariono menambahkan tempat isolasi terpusat ini diperuntukkan bagi OTG maupun pasien bergejala klinis ringan. Gedung Diklat ASN dilengkapi sejumlah fasilitas, mulai dari kamar yang bersih, fasilitas olahraga, Wi-FI, dan sebagainya.

“Tempat isolasi dijaga oleh petugas gabungan dari TNI-Polri, BPBD, dan tenaga kesehatan. Pasien tidak boleh keluar dari lokasi, dan sebaliknya masyarakat dilarang masuk ke dalam,” tegasnya.**(sy/luky)