Kekalahan Ganjar dan Hilangnya Mitos Wahyu Keprabon Pilpres 2024 (1)

111 dibaca

▪︎Oleh : Danar S Pangeran
(Jurnalis posmonews.com di Lamongan)

SAAT akan dimulainya gelaran pesta demokrasi Pemilu 2024 khususnya suksesi kepemimpinan Nasional pengganti presiden Joko Widodo, nama Ganjar Pranowo sempat menjadi the rising star dan jargon yang digadang-gadang akan menjadi penerima tongkat estafet Presiden ke-8 RI.

Penulis yang masih banyak memiliki narasumber di kalangan tokoh adat, kasepuhan, budayawan, spiritualis dan supranatural di penjuru tanah air masih sering memberi wacana dan referensinya bahwa mitos pemimpin nusantara yang akan terpilih di Pilpres 2024 itu berkaitan dengan wahyu keprabon alias pulung kekuasaan, semacam legitimasi ghoib dari semesta untuk mendapatkan kesempatan memimpin.

Mitos Wahyu Keprabon atau kadang disebut Pulung Nusantara ini bisa diperoleh seorang tokoh dari jalur pewarisan misalnya dari rasi atau yang masih memiliki hubungan darah dari Trah keraton Mataram, Pajang dan/atau Demak yang bermuara di satu sumber yakni Majapahit.

Misalnya, presiden RI ke-1, Soekarno (BK) diyakini mendapat pewarisan langsung dari ayah kandung beliau, PB X yg merupakan raja Mataram terhebat pasca penjajahan Belanda, dimana Wahyu keprabon itu juga sempat mewaris ke Megawati Soekarnoputri yang menjadi Presiden ke-5 RI. Sedangkan presiden Soeharto, diyakini nendapat wahyu keprabon itu lewat jalur istrinya. Ibu Tien yang disebut “wadah kencono” cucu/cicit dari perkawinan dua trah raja sekaligus: Kasunanan dan Mangkunegaran, adalah pewaris perantara bagi wahyu keprabon yang diemban oleh Soeharto. Lewat sang istrinya yang dinaungi pulung kekuasaan, menjadi kekuatan hingga ia bisa memimpin RI selama 32 tahun atau tiga dekade.

Kepemimpinan dua orang hebat yang konon disebut dalam Liturgi Noto-nagara. No adalah akhiran nama Soekarno sedangkan “To” juga akhiran dari nama Soeharto. Dua pemimpin ini juga sering disebut dalam karya sastra serat, jangka dan ramalan para pujangga agung Jawa yang merinci urutan kelahiran atau kemunculan Satrio Pingit.

Dua presiden pendahulu 2-S ini disebut dalan nubuat itu, yakni pertama adalah, Satrio Murwo Kinunjuro yang artinya kurang lebih Jagad Penjara. Sosok pemimpin yang pertama ini, begitu dikenal hingga penjuru dunia. Bahkan, sebelum dinobatkan sebagai pemimpin, dia kerap keluar masuk penjara. Dan, untuk pemimpin yang ini, cocok jika dikaitkan dengan Presiden Soekarno.

Adalah Soekarno atau Bung Karno (BK), sebelum menjadi Presiden RI yang pertama kerap keluar masuk penjara di zaman penjajahan dan kemudian saat menjadi presiden, BK cukup disegani pemimpin-pemimpin dunia. Namanya sangat dikenal hampir di seluruh negeri di belahan dunia.

Kedua, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar. Artinya pemimpin yang memiliki wibawa karena kekuasaan dan hartanya. Namun, akhirnya jatuh dan tersandung masalah dan diserang oleh orang-orang yang di sekelilingnya. Sosok ini cocok dengan figur Presiden Soeharto, yang lengser saat Reformasi 98.

Ketiga, Satrio Jinumput Sumela Atur yang diidentikan dengan ketokohan BJ Habibie. Lalu, keempat disebut Satrio Lelono Tapa Ngrame, yakni presiden/ pemimpin yang keempat ini orangnya suka mengembara dan disegani oleh dunia. Kereligiusan Sang Maestro, tak diragukan lagi. Dengan sifat dan kearifannya, dia sangat disegani dan dikenang hingga akhir hayat. Dan dialah sosok Gus Dur yang sempat mewarnai Istana Kepresidenan RI.

Disusul, Satrio Piningit Hamong Tuwuh, yang artinya aura kepemimpinan dari karismanya berasal dari keturunan atau titisan. Dialah sosok Megawati Soekarnoputri, anak dari Presiden Soekarno.

Yang ke enam adalah Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, yang artinya pemimpin yang berpindah (boyongan) untuk membuka pintu kesejahteraan dan tidak pernah tinggal di rumahnya sendiri. Dan dialah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tidak pernah tinggal di rumahnya sendiri untuk membuka gerbang keemasan Indonesia.

Dan yang terakhir adalah Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu. Yaitu, pemimpin yang bertakwa dan benar-benar taat pada hukum. Dia sosok pemimpin yang cerdas. Ketaatannya pada hukum, menjadikan kewibawaannya menjadi sangat luar biasa. Dialah Joko Widodo (Jokowi) yang telah memimpin negeri ini selama 2 periode.

Pasca pemerintahan 7 presiden ini, banyak kalangan winasis itu melihat bahwa Wahyu Keprabon yang sebelumnya berada di Joko Widodo, akan sulit dan tidak bisa menemukan wadahnya. Ibarat curiga tidak bisa manjing warangka. Wahyu Keprabon yang seyogyanya akan memasuki salah satu tokoh diantara Capres namun akhirnya oncat dan hanya berada di awang-awang langit Nusantara.

Dikutip penulis dari KRT Nguntoroningrat, budayawan Pati, Jawa Tengah, bahwa ia mendapat bocoran dari salah satu orang dekat keluarga utama Kraton Jogjakarta bahwa dari ketiga Capres 2024 disebutkan tidak ada yg memiliki trah Mataram. Sehingga wahyu keprabon untuk 2024 akan lepas dari trah Mataram, namun bisa juga berpotensi singgah kembali ke utara (trah Pajang-Demak) seperti saat Gus Dur menjadi presiden meski itupun umur kekuasaannya sebentar. Dalam sejarah memang trah ini diyakini akan memerintah tidak akan berlangsung lama, itu sama dengan sejarah transisi Demak ke Mataram.

Hanya satu Paslon Capres-Cawapres 01 Anies – Muhaimin (AMIN), yang disebut masih memiliki trah Pajang-Demak (utara) itu Gus Muhaimin, yang  disebut dan diyakini cicit Kyai Bisyri Syamsuri asli Tayu, Pati yang merupakan keturunan Syech Ahmad Mutammakin (Kyai Cebolek) putra Pangeran Benawa bin Joko Tingkir/ Sultan Hadiwijaya yg juga penerus kesultanan Demak.

Namun sayang,  pasangan Ketua PKB ini,  Anies berada dalam luar magis pakem Nusantara sehingga Wahyu Keprabon yang mengarah kepada Gus Imin ini menjadi tidak berarti dan lepas dari genggamannya. Bahwa Anies Baswedan yang konon disebut memiliki kekuatan fisik, justru menjadi kartu mati atau yang mematikan kekuatan metafisik yang dimiliki Gus Imin.

Hal tersebut seperti dipaparkan oleh seorang Indigo tersohor asal Kecamatan Turi, Kab. Lamongan, Jawa Timur, (Mbak *****) yang kini tinggal di salah desa wilayah Pulau Nusakambangan. Lewat perantara sahabat penulis, yang merupakan keluarga (famili) spiritualis Indigo ini jauh-jauh mengatakan bahwa hanya Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto lah yang sebenarnya akan menjadi Raja Nusantara.

Maka sejak itulah, nama Ganjar Pranowo melejit, mengungguli Prabowo Subianto. Anies Baswedan tetap berada di urutan ketiga. Fase di mana Ganjar dan Prabowo kala itu sebelum mengumumkan pasangan cawapresnya. ( bersambung).***