Little Makkah Bakal Dibangun di Kawasan Ampel Surabaya

422 dibaca

Pemkot Surabaya berencana membangun Little Makkah berkonsep destinasi wisata religi. Lokasinya berada di kawasan wisata religi Ampel. Apa saja fasilitasnya?

Kabid Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKPCKTR) Surabaya Iman Krestian mengatakan penamaan Little Makkah berarti tempat wisata religi atau kunjungan umat muslim di Surabaya.

“Untuk rencana pengembangan sekarang sudah berjalan tapi sedikit-sedikit, Sentra Wisata Kuliner Pegirian sudah dibersihkan dan rencana dikembangkan, jalur pedestrian ke Ampel dikembangkan lagi. Yang utama sih baru akan kelihatan mergernya setelah RPH direlokasi,” kata Iman, Senin (5/4/2021).

Fasilitas yang diberikan pun tak jauh berbeda dengan kawasan wisata religi Ampel. Namun ada beberapa yang diperbaiki dan diperindah. Sebab, wisata religi Little Makkah ini bertujuan untuk menggaet wisatawan ke Kota Pahlawan.

Ada pun dua concern yang dikerjakan, pertama pejalan kaki pergerakan kendaraan. Kedua corridor as local urban cultural tourism dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas ruang dan ekonomi lokal kawasan.

Untuk yang pertama, pejalan kaki pergerakan kendaraan menjadi isu tersendiri. Sebelumnya terdapat masalah pada kemacetan tingginya hambatan samping dan gangguan di koridor, keselamatan, crossing pejalan kaki dengan pedestrian.

Kemudian kenyamanan, di mana dimensi ruang trotoar hanya kurang lebih 1,5 meter, kurangnya naungan pejalan kaki, khususnya pada koridor, di Nyamplungan dan Pegirian area trotoar sering dijadikan area bongkar muat barang. Dan keamanan, kegiatan cenderung mati (toko tutup) saat malam, pada koridor Nyamplungan menggurangi pengawasan terhadap pedestrian.

Selain itu, concern kedua pada isu corridor as local urban cultural tourism dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas ruang dan ekonomi lokal kawasan. Ada pun tujuh hal yang menjadi sasaran penataan. Berikut diantaranya:

1. Minimnya fasilitas penunjang kawasan, seiring dengan berkembangnya kegiatan wisata

2. Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang cenderung tidak tertata dan menyebar (sporadis)

3. Fasilitas sentra PKLyang kurang optimal /sepi, terkait alur pergerakan pedestrian

4. Area Parkir Komunal kurang berfungsi sebagai area drop off sebagai titik awal pergerakan pengunjung

5. Keberadaan Rumah Potong Hewan (RPH), sering menimbulkan polusi udara berupa bau

6. Aktivitas kegiatan di koridor Nyamplungan dan Pegirian cenderung bersifat retail grosir yang kurang cocok dengan karakter retail di kawasan wisata

7. Semakin padatnya hunian dan berkembangnya kegiatan wisata, mengakibatkan semakin kecilnya ruang-ruang publik

Lalu, terdapat lima strategi dan ide pengembangannya. Berikut di antaranya:

1. Pencapaian pedestrian dan peningkatan dan kualitas trotoar
– Shared Surface, perlu rekayasa lalu lintas untuk mengalihkan sirkulasi ke sisi timur dan barat, memperkuat identitas koridor sebagai jalur wisata, kurang didukung dengan fungsi eksisting sepanjang jalan aktivitas dan kegiatan.

– Elevated Linkage (JPO), pergerakan pedestrian tidak menganggu kendaraan, pengalaman ruang baru yang tercipta, perluasan ruang komersial di level atas

– Pelebaran trotoar, dengan optimalisasi dan penataan ulang lajur kendaraan, memperkuat karakter/identitas koridor dengan perencanaan street furniture, merencanakan alur pergerakan pedestrian (hirarki lajur pedestrian).

2. Aktivitas dan kegiatan

– Diversifikasi aktivitas, 24 jam aktivitas – vibrant

– Menciptakan event rutin sebagai daya tarik pengunjung

– Relokasi dan re-use RPH, sebagai zona penunjang kawasan

– Relokasi dan penataan PKL diintegrasikan dengan alur pedestrian

– Optimalisasi aset pemkot, Re-development area parkir komunal

3. Sistem sirkulasi dan parkir

– Penataan on street parking, dan penetapan tarif parkir

– Manajemen waktu untuk kegiatan bongkar muat

– Efisiensi lajur kendaraan, dan penambahan kapasitas jalur pejalan kaki

4. Tata Bangunan

– Mempertahankan dan mengembangkan karakter bangunan dengan GSB 0

– Mengalihkan area parkir privat di sisi samping/ belakang persil

5. Ruang terbuka publik

– Re-development area parkir komunal sebagai public space yang juga sebagai titik awal alur pergerakan

– Mengembangkan area Sentra PKL sebagai area publik space yang juga dimanfaatkan untuk kepentingan penghuni.

“Kalau secara kawasan sudah bertahap mulai dikerjakan. Paling merger di area RPH, termasuk lengembangan lingkungannya sekarang sudah mulai diperbaiki pedestriannya, area akses jalan kampungnya sudah dibenahi, termasuk masuk ke Ampel sudah dibenahi,” jelasnya.

Pada intinya, lanjut Iman, pengembangan kawasan tidak bisa dilihat bagaimana projeknya. Sebab, satu kawasan mulai ditata semua.

“Tematiknya kawasan wisata religi Ampel, bukan hanya objeknya tapi lingkungan sekitarnya. Salah satu yang paling menonjol nanti aktivitasnya akan menempati area RPH,” pungkas Iman.(dtk/ris)