Tradisi Kolak Ayam Sanggring, Tak Lekang oleh Waktu

288 dibaca

“Tradisi kolak ayam sanggring di Desa Gumeno, Kecaman Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, tak pernah luntur. Lantas bagaimana rasanya ayam kok dikolak? Bagaimana kisahnya?”

MEMASUKI malam ke-23 Ramadan bertepatan hari Selasa (4/5/2021), warga Kabupaten Gresik, khususnya di Desa Gumeno punya tradisi unik. Konon tradisi ini sudah berlangsung selama lima abad lamanya.

Tradisi “Kolak Ayam Sanggring” di mana para warga Desa Gumeno memasak makanan yang bernama kolak ayam tersebut dilakukan secara massal. Uniknya orang yang memasak adalah kaum Adam. Kaum Hawa tidak diperbolehkan ikut campur dalam memasak kolak ayam.

Mengapa demikian? Memang pembuat kolak ayam harus dilakukan oleh orang laki-laki. Hal itu dikarenakan tradisi kolak ayam merupakan peninggalan anak Sunan Giri tersebut, sejak dulu kala dilakukan oleh orang lelaki sebagai kokiknya.

Kolak Ayam sebagai Obat

Lantas bagaimana bentuk dan rasa kolak ayam tersebut? Jika kita mengenal kolak sebagai makanan yang manis, kolak buatan warga Desa Gumeno ini berbeda. Kolak ayam Desa Gumeno rasanya gurih, legit dengan isian taburan suwiran ayam kampung di dalamnya. Makanan inilah yang menjadi ikon tradisi ini. Awalnya, kolak ayam berfungsi sebagai obat.

Kolak ayam atau ‘Sanggring’ awalnya berfungsi sebagai obat, kini menjadi makanan khas Gresik yang hanya ada setahun sekali yaitu bertepatan dengan malam ke-23 Ramadan.

Menurut kisahnya, tradisi ini bermula ketika Sunan Dalem melakukan dakwah di Desa Gumeno pada tahun 1540 Masehi. Putra pertama dari Sunan Giri ini mendirikan sebuah masjid di desa tersebut. Tak lama usai membangun masjid, Sunan Dalem jatuh sakit. Kabar sakitnya Sang Wali ini cukup membuat para santri dan penduduk terkejut sehingga mereka menandai peristiwa ini dengan sebutan Sanggiring, berasal dari kata ‘Sang’ (raja, pemimpin) dan ‘Gering’ (sakit).

Sakitnya sang Wali selama beberapa waktu membuat para santri dan penduduk bingung mencari obat penyembuhnya. Hingga pada tanggal 22 Ramadan 946 Hijriah, sebuah mimpi menghampiri Sunan Dalem.

Dalam mimpi itu beliau mendapatkan petunjuk tentang obat penyakitnya, yakni ia harus memakan sebuah makanan dengan ayam jago berusia muda sebagai salah satu syarat utama bahan masakan.

Sunan Dalem lantas mengutus para lelaki untuk mempersiapkan bumbu-bumbu masakannya, yakni daun bawang merah, gula jawa, jintan, dan santan kelapa. Sementara itu para santri mencarikan ayam jago muda.

Yang unik dari titah ini adalah para peramu masakan dan juru masak makanan penyembuh Sunan Dalem ini harus laki-laki, dari yang muda sampai tua. Pun memasaknya harus di atas kuali dari tanah liat dengan api dari kayu bakar. Masakan ini pun kemudian disebut dengan ‘kolak ayam’. Namun sebenarnya sebutan ‘Kolak Ayam’ berasal dari bahasa Arab kholaqul ayyam yang artinya ‘mencari berhati-hari’ merunut dari kisah sakitnya Sunan Dalem tersebut.

Gelaran masak besar kolak ayam ini kemudian menjadi tradisi bagi warga Desa Gumeno sampai sekarang. Tradisi Kolak Ayam selalu dilaksanakan di Masjid Jami’ Sunan Dalem Desa Gumeno yang dimulai pukul 16.00. Berkat tradisi ini pula warga Desa Gumeno dan warga dari kampung lainnya menjadi semakin erat silaturahminya.

Lantaran hanya dilakukan setahun sekali, itu pun pada bulan suci Ramadan, tradisi turun temurun ini makin sering dikunjungi warga di luar Gresik seperti dari Lamongan, Tuban, Bojonegoro, dan Surabaya.

Setiap tradisi ini digelar, porsi Kolak Ayam yang disajikan pun sampai ratusan bahkan ribuan. Terlebih kita tidak akan menemukan sajian ini di desa lain di Kabupaten Gresik karena memang di Desa Gumeno inilah Kolak Ayam mulai dikenal.

Untuk mempersiapkan sajian yang banyak tersebut, warga sudah menyiapkan segala sesuatunya sejak 21 Ramadan atau dua hari sebelum gelaran dilaksanakan.
Tahap pertama, ayam yang sudah dikumpulkan itu disembelih kemudian dimasak pada malam hari.

Keesokan harinya, para pemuda menyuwir ayam dan dipisahkan dari tulang-tulangnya. Sementara itu, laki-laki dewasa menyiapkan bumbunya. Jika sudah siap semua, bahan-bahan siap dimasak dan disajikan pada senja 23 Ramadan.

Cara Buat Kolak Ayam

Resep kolak ayam kedengarannya aneh di telinga kok ada kolak ayam? Nungkin lebih cocok namanya masak gulai ayam kuah santan karena rasanya campur asin dan ada gurih manis dari gula merah makanya disebut kolak.

Memasuki malam ke-23 Ramadan merupakan hari istimewa bagi warga Desa Gumeno, Kec. Manyar, Kab Gresik. Makanan yang hanya dihidangkan pada malam 23 Ramadan sebagai menu takjil ini ternyata mempunyai sejarah panjang mengenai asal-usulnya. Suatu ketika, Sunan Dalem tersebut sakit dan cukup lama tidak kunjung sembuh.

Uniknya yang masak resep warisan Sunan Dalem ini adalah para laki-laki. Tua muda berkumpul di masjid desa kompak memasak kolak ayam. Menurut masyarakat memang syarat yang memasak kolak ayam haruslah lelaki, mulai dari yang menyediakan bahan hingga juru masaknya semua harus lelaki.

Namun warga wanita tidak serta-merta diam di rumah, mereka diberi jatah memarut kelapa di rumahnya masing-masing. Tapi ini resep kolak ayam Gumeno sangat rumit karena dalam jumlah besar.

Berikut kumpulan rahasia aneka kreasi dan variasi olahan resepi kolak ayam sajian sedap istimewa lengkap dengan cara bikin sendiri di rumah ala rumahan (Homemade) yang simple, mudah dan praktis untuk konsumsi sendiri maupun untuk jualan usaha bisnis aneka kolak.

BAHAN :

1. 8 Potong Ayam Jago

2. 100 gram Daun bawang kecil

3. 1 bungkus Masako® Rasa Ayam 11g

4. 2 sdt jinten putih

5. 30 gram gula merah

6. 80 0ml Santan Cair

BAHAN PELENGKAP:

bawang goreng untuk taburan

CARA MEMASAK KOLAK AYAM :

– Sangrai jinten sebentar, tambahkan santan

– Masukkan gula merah dan potongan ayam

– Tambahkan bumbu penyedap Rasa Ayam dan aduk rata

– Masukkan daun bawang, masak hingga matang dan sajikan.
**(zubairi indro)