Kemasyuran Syaikhona Kholil Madura, Guru Para Pahlawan Nasional

228 dibaca

▪︎Hikmah Ramadhan dari Mengaji Sejarah para Ulama (1)

▪︎SURABAYA-POSMONEWS.COM,-
Bagi masyarakat di pulau garam Madura, eksestensi ulama dan kiai merupakan tokoh yang sangat dihormati sebagaimana layaknya di seluruh penjuru dunia yang masyarakat adalah orang muslim.

Sebab menurut keyakinan di dalam agama Islam, ulama adalah pewaris para nabi yang menyampaikan risalah alquran dan hadits kepada umat manusia.

Di Madura sendiri, ada sejumlah ulama berpengaruh yang turut andil dalam perkembangan agama Islam. Bahkan di antara mereka telah dikenal hingga ke belahan dunia. Salah satunya adalah Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan atau lebih termasyur disebut Syekh Kholil Bangkalan.

Beliau adalah mahaguru para ulama dan kiai di Indonesia. Dikatakan begitu, sebab Syaikhona Muhammad Kholil sukses mencetak banyak ulama yang berpengaruh di Nusantara.

Tak hanya itu, Syaikhona Muhammad Kholil juga menjadi guru bagi para Pahlawan Nasional.

Beberapa murid Syaikhona Muhammad Kholil yang menjadi ulama masyhur di Indonesia antara lain Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH R As’ad Syamsul Arifin.

Bahkan, ketiga murid Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan ini dianugerahi gelar pahlawan nasional.

Lantas seperti apakah sosok Syaikhona Muhammad Kholil sebenarnya? Data yang dihimpun media ini, sempat ada usulan untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Latif atau kerap dikenal dengan nama Syaikhona Kholil atau Syekh Kholil kembali disampaikan.

Dikutip dari berbagai sumber, Syaikhona Muhammad Kholil adalah ulama yang sangat masyhur di Madura. Dilahirkan pada sekitar 25 Mei 1835, atau pada 9 Shafar 1252 Hijriah, di Kemayoran, Bangkalan.

Sang ayah adalah Kiai Haji Abdul Latif.Beliau adalah anak dari Kiai Hamim yang merupakan anak Kiai Abdul Karim.
Abah beliau ini dilaporkan merupakan anak Kiai Muharram bin Kiai Asror Karomah bin Kiai Abdullah bin Sayyid Sulaiman yang merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati.

Sedangkan ibunya bernama Syarifah Khodijah. Dia putri dari Kiai Abdullah bin Ali Akbar bin Sayyid Sulaiman.

Sejak kecil Syaikhona Muhammad Kholil ditempa oleh ayahnya dengan berbagai ilmu dalam lingkungan pesantren.

Saat itu Syaikhona Muhammad Kholil mendalami ilmu Fikih, yakni salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Allah. Selain itu,

Syaikhona Muhammad Kholil juga mempelajari ilmu Nahwu dari sang ayah. Nahwu merupakan salah satu bagian dasar dari ilmu tata bahasa dalam bahasa Arab untuk mengetahui jabatan kata dalam kalimat dan bentuk huruf atau harakat terakhir dari suatu kata.

Dengan kata lain, ilmu Nahwu mempelajari struktur kalimat bahasa Arab. Ilmu Nahwu kerap dipadukan dengan ilmu Shorof yang membahas tentang kata-kata dengan perubahan-perubahannya (tashrif).

Setelah dianggap punya bekal ilmu yang cukup, Kiai Latif mengirim Syaikhona Muhammad Kholil mengembara ke berbagai pesantren untuk belajar diantaranya ke Pesantren Langitan di Tuban, Jawa Timur.

Setelah dari Tuban, Syaikhona Muhammad Kholil kembali mengembara ke Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Setelah itu Syaikhona Muhammad Kholil kembali belajar di Pesantren Keboncandi, lalu ke Pesantren Sidogiri.

Setelah sekian tahun belajar dari pesantren ke pesantren, Syaikhona Muhammad Kholil memutuskan menikah dengan Nyai Asyik yang merupakan putri Lodra Putih pada usia 24. Namun usai menikah, Syaikhona Muhammad Kholil kemudian melanjutkan pengembaraannya mencari ilmu ke Makkah.

Untuk mencapai Tanah Suci, Syaikhona Muhammad Kholil menumpang kapal laut sambil berpuasa.

Di Tanah Suci, Syaikhona Muhammad Kholil berguru kepada Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syekh Mustafa bin Muhammad Al-Afifi Al-Makki, dan Syekh Abdul Hamid bin Mahmud Asy-Syarwani.
(bersambung). *DANAR SP*