Sunan Ampel Terapkan Ajaran Larangan Melakukan “MOLIMO”

285 dibaca

▪︎Mengenang Jasa-jasa Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur

▪︎POSMONEWS.COM,-
RADEN RAHMAT merupakan keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad SAW, lahir di Campa tahun 1401 M. Beliau wafat di Demak Bintoro tahun 1481 M dan dimakamkan di belakang Masjid Ampel, Surabaya, Jawa Timur.

Guna mempererat hubungan, Raja Majapahit mengirim utusan ke Campa dan meminta Sunan Ampel datang ke Majapahit. Tahun 1443 M, ia datang ke Majapahit didampingi Sayyid Ali Murtadho, sang kakak dan orang tuanya, Makdum Ibrahim Asmoroqondi juga ikut menyertainya.

Sebelum sampai, mereka singgah di Palembang tahun 1440 M. Tiga tahun kemudian, ia berlabuh menuju Pelabuhan Gresik, dan dilanjutkan ke Majapahit menemui bibinya, Dwarawati yang dipersunting Raja Brawijaya V.

Meski beragama Hindu, Raja Brawijaya V mengapresiasi ajaran yang dibawa Sunan Ampel. Apresiasi tersebut diwujudkan dalam bentuk pemberian tanah perdikan Ampel dari kata “ngampil” (tanah pinjaman dari Kerajaan Majapahit, red) untuk mengembangkan ajarannya.

Beliau pun senang menerima hadiah tanah itu meski tempatnya masih berupa rawa dan wingit (angker, red). Tanpa mengenal putus asa, ia membangun masjid dan pesantren. Akhirnya, tanah perdikan itu menjadi tempat yang ramai dan dinamakan Ampel Denta.

AJARAN dan KAROMAH

Masyarakatnya sering melakukan tindak kejahatan, dan terjadi kerusakan moral, Raden Rahmat mengeterapkan ajaran “MOLIMO”.

1. Emoh Main:

Masyarakat dilarang berjudi.

2. Emoh Ngombe:

Masyarakat tidak boleh mabuk-mabukan (minuman keras).

3. Emoh Madat:

Dilarang menghisap candu, ganja dan sejenisnya.

4. Emoh Maling:

Larangan mencuri atau korupsi.

5. Emoh Madon:

Larangan main perempuan atau berzina.

KAROMAH

Dalam perjalanan dari Kerajaan Majapahit, rombongan Raden Rahmat melalui Desa Krian, Wonokromo terus memasuki Desa Kembangkuning. Selama dalam perjalanan, ia juga berdakwah kepada penduduk setempat.

Dakwah pertama kali dilakukannya cukup unik. Ia membuat kerajinan berbentuk kipas terbuat dari akar tumbuh-tumbuhan dan anyaman rotan. Kipas-kipas itu dibagikan kepada penduduk setempat secara gratis. Para penduduk hanya cukup menukar dengan kalimah syahadat.

Penduduk sangat senang, karena mereka mengetahui kipas yang dibagikan itu bukan sembarang kipas. Kipas itu bisa dipergunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Melihat kenyataan itu, makin banyak masyarakat berdatangan ke tempatnya. Saat itulah, ia memperkenalkan keindahan dan pendalaman ajaran agama Islam.

Ketika rombongannya memasuki Desa Kembangkuning, ia bertemu dua pimpinan masyarakat setempat yang masih menganut aliran kepercayaan, yakni Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning.

Setelah kedua tokoh ini ditaklukkan Raden Rahmat, akhirnya mereka masuk Islam. Melihat kedua pimpinannya masuk Islam, pengikut Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning juga mengikutinya. Untuk memberikan kemudahan beribadah warga setempat, Raden Rahmat mendirikan Masjid Kembangkuning, Surabaya.

PENINGGALAN SITUS

1.Gapura Paneksan (syahadat):

Gapura itu simbol rukun Islam pertama. Paneksen berarti kesaksian tentang keesaan Allah SWT. Gapuro itu di pintu gerbang masuk ke makam Sunan Ampel.

2. Gapura Madep (salat):

Gapura didekat makam Mbah Sonhaji itu, persis di sebelah barat bangunan induk Masjid Ampel Surabaya. Gapura ini menyimbolkan rukun Islam kedua.

3. Gapura Ngamal (zakat):

Gapura rukun Islam ketiga berada didekat juru kunci makam merupakan simbol masyarakat diminta suka beramal.

4. Gapura Poso (puasa):

Gapura di selatan Masjid Ampel sebagai simbol umat Islam agar senang menjalankan puasa Ramadhan. Dari halaman ini, peziarah bisa melihat menara masjid yang dibangun Sunan Ampel abad 14 yang diarsiteki orang Tionghoa.

5. Gapura Munggah (haji):

Gapura di Jalan Sasak, Surabaya, itu merupakan simbol rukun Islam kelima yaitu menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.

REKONSTRUKSI SECARA FISIK

1. Masjid Ampel:

Memiliki pilar khas kayu jati yang tinggi sebagai penopang atap. Pilar itu semuanya berjumlah 16 buah, berdiameter 60 cm, tinggi 17 m tanpa sambungan. Angka 17 adalah jumlah rakaat dalam sholat lima waktu. Umpak tiang masjid dilapisi keramik dan pilar kayu berhiaskan ornamen kuningan kaligrafi Arab. Masjid yang dibangun Raden Rahmat pada abad 14 itu merupakah hasil karya arsitektur Tionghoa.

2. Lima Gapura:

Sebagai simbol rukun Islam kelima itu, gapura paneksan (syahadat), gapura madep (sholat), gapura ngamal (zakat), gapura poso (puasa), dan gapura munggah (haji).

3. Bedug:

Bedug Masjid Ampel berukuran besar, lengkap dengan kentongan dan pemukulnya. Bedug dan kentongan ini tidak lepas dari peran Walisongo yang melakukan pendekatan kultural dan menghormati tradisi dalam menjalankan dakwahnya.
**(tim posmo)