Kota Gresik, Jawa Timur, mendapag julukan “Kota Santri”. Tidak heran kalu warga “Kota Pudak” ini selalu memakai sarung. Gresik juga mendapat sebutan sebagai “Kota Wali”. Hal ini tidak terlepas dari adanya jejak para penyebar agama Islam di kota itu.
KOTA GRESIK memiliki kisah sejarah gudangnya penyebar agma Islam. Di antaranya ada Siti Fatimah binti Maimun, Nyai Ageng Pinatih (ibu angkat Sunan Giri). Maulana Malik Ibrahim dan Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri).
Memang Kota Santri ini tidak bisa dijauhkan dari sejarah Walisongo. Itu terbukti dengan banyaknya makam-makam anggota Walisongo di antanranya; Syech Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri.
Taukah Anda bawa salah satu sejarah yang melekat di Gresik adalah Pemerintahan Kerajaan Sunan Giri yang dulunya berawal pesantren di atas Bukit Giri Kedathon? Saat ini tempatnya menjadi warisan cagar budaya.
Giri Kedathon, lokasinya berada di puncak sebuah bukit pada ketinggian 200 mdpl yang masuk wilayah Dusun Kedaton, Desa Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Gresik. Letaknya kira-kira sekitar 1 kilo meter dari makan Sunan Giri (kelihatan dari kompleks makam Sunan Giri).
Untuk menuju situs Giri Kedathon ini peziarah harus berjalan menaiki tangga berundak yang terbuat dari semen (dulu terbuat dari lempengan batu sedimen endisit). Situs Giri Kedathon jauh lebih tinggi dari makam Sunan Giri. Dari tempat ini, para peziarah bisa menyaksikan indahnya pemandangan Kota Gresik, terutama pada malam hari.
Menurut Moehtar, juru kunci Giri Kedathon mengungkapkan bawa dulu Sunan Giri membangun tempat ini untuk pesantren, tapi terus berkembang pesat hingga menjadi sebuah kerajaan.
Seiring pesatnya perkembangan pesantren itu, Sunan Giri mendapat masukan dari Sunan Bonang dan tokoh-tokoh penyebar Islam lain untuk menjadikan pusat pemerintahan. Akhirnya, 9 Maret 1487 berdirilah Giri Kedathon dan saat itu Sunan Giri ditunjuk sebagai kepala pemerintahan.
Bukti keberadaan Kerajaan Giri Kedathon masih tersimpan rapi di komplek situs Giri Kedathon. Peziarah bisa menyaksikan tentang keberadaan kerajaan ini di masa silam itu.
Di kompleks tersebut terdapat makam Raden Supeno (putra pertama Sunan Giri), kolam sebagai tempat berwudhu sunan dan santrinya, makam para kerabat dekat sunan, dan musala di tengah area Giri Kedathon.
Situs Giri Kedathon sendiri merupakan bangunan yang terbuat dari batu andesit bertingkat berundak-undak. Ada sekitar lima undakan di sana. Di bagian paling atas berdiri bangunan masjid yang sudah direnovasi.
Hingga sekarang, banyak warga yang berdatangan untuk berkunjung ke Giri Kedathon. Bukan hanya peziarah daerah Gresik saja melainkan dari luar kota, bahkan luar negeri seperti Malaysia. Menjelang bulan Ramadan biasanya makam Sunan Giri tak pernah sepi dari peziarah.
Sayangnya bangunan Giri Kedathon masih kurang diperhatikan oleh pemerintah setempat, Moehtar menceritakan bahwa pemeliharaan atau renovasi musala masih dari swadaya masyarakat daerah Gresik saja.
Dia berharap pemerintah dapat lebih perhatian terhadap cagar budaya dan masyarakat bisa ikut serta memelihara warisan sejarah leluhur mereka.(zub)