Setelah Sunan Ampel tinggal untuk sementara waktu di Peneleh dan Kembang Kuning dengan mendirikan masjid. Kemudian pindah ke Ampel Denta dan menetap selamanya. Apa yang dilakukan ditempat yang baru tersebut.
Setelah Sunan Ampel mendapatkan dukungan dari Prabu Brawijaya V untuk menyebarkan agama Islam, maka diberi tanah perdikan di daerah Ampel Denta yang lokasinya mudah dijangkau dengan menaiki perhu melewati sungai atau melewati laut. Bagi Sunan Ampel lokasi tempat tinggal yang baru di Surabaya sangat menyenangkan. Karena berada di dataran tinggi yang lokasinya dikelilingi oleh hamparan rawa-rawa dan sungai. Penduduknya pun masih jarang. Karena penduduk Majapahit sebagian besar masih bertempat tinggal di sekitar keraton yang terletak di Trowulan Mojokerto.
Tidak lama kemudian Sunan Ampel membangun tempat tinggal yang baru dengan mendirikan puluhan rumah bersama santri-santrinya yang dibawa dari Peneleh dan Kembang Kuning Surabaya. Rumah tersebut ditata dengan rapi layaknya perumahan sekarang ini. Hanya saja terbuat adari bahan kayu dan pohon bambu.
Disekitar rumah yang dibangun ditanami pohon-pohon, buah-buahan dan kembang-kembang. Hal itu diilhami ketika masih berada di kerajaan Champa. Mengingat dirinya adalah seorang cucu dari kerajaan tersebut. Para santri merasa kagum dengan arsitektur rumah yang dibangun Sunan Ampel.
Perumahan yang dibangun Sunan Ampel untuk zaman itu merupakan perumahan modern berwawasan lingkungan. Lebih baik dari rumah-rumah yang dibangun pada zaman kerajaan Majapahit. Oleh karena itu, Raja Majapahit dan rakyatnya menyukai bangunan yang diarsitekturi Sunan Ampel.
Setelah pembangunan rumah selesai, maka difungsikan sebagian untuk tempat tinggal, masjid dan tempat mengaji para santri. Juga sebagai tempat menginap orang-orang yang berasal dari jauh untuk mengaji selama beberapa minggu. Peumahan plus masjid yang dibangun Sunan Ampel itu dapat dilihat dari sungai mas tempat berlayar para pedagang-pedagang yang berasal dari luar negri maupun dari kerajaan Majapahit.
Para santri yang tinggal didalamnya pun merasa senang. Karena rumah yang dijadikan tempat tinggal dan sekaligus untuk menuntut ilmu sangat nyaman. Tidak terasa panas. Tapi menyejukkan. Jika musim buah dapat memetik setiap saat. begitupula saat musim bungi dapat melihat keindahan bunga yang berwarna warni.
Konidi tersebut menarik minat pemuda-pemuda yang berada di Desa Peneleh dan Kembang Kuning untuk tinggal di Ampel Denta guna mengaji. Demikian pula dengan para pangeran dari kerajaan Majapahit tertarik untuk belajar dan tinggal di selama bebarapa bulan.
Para pedagang dari Arab pun yang melewati kali emas tertarik pula untuk singgah di Ampel Denta. Lama kelamaan ramailah tempat tinggal Sunan Ampel. Karena pagi hingga sore hari banyak santri-santri yang melakukan aktifitas. Jika malam hari terlihat sinar emas dari jauh yang dipancarkan api obor dari dalam perumahan Ampel Denta. mengingat posisi berada didataran yang cukup tinggi. .
Suara merdu bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an terdengar sampai Wonokromo wilayah Sunan Bungkul. Karena waktu itu masih sedikit rumah-rumah yang ada. Rawa-rawa masih terbentang luas. Posisi Ampel Denta berada didataran tinggi. Orang-orang yang berada diluar dapat melihat dengan jelas keberadaannya.
Bantuan Sunan Bungkul
Setelah berhasil membangun perumahan sebagai pusat kegiatan agama, maka Sunan Ampel mengajak masyarakat Surabaya agar menjadi manusia yang berakhlak mulia. Meninggalkan kegiatan berjudi, mabuk-mabukan, main perempuan dan mencuri. Sebab saat itu kondisi kerajaan Majapahit dalam kondisi kacau balau
Pelan-pelan dakwah yang dilakukan Sunan Ampel dapat diterima masyarakat yang tinggal didaerah rawa-rawa. Perjudian dan pencurian semakin berkurang. Hidup masyarakat Surabaya semakin makmur. Meskipun didaerah lain dilanda kekacauan akibat perang saudara.
Proses mengislamkan masyarakat Surabaya mendapat dukungan Sunan Bungkul yang waktu itu mendapat mandat dari Raja Majapahit sebagai Adipati di Surabaya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Sunan Ampel. Sehingga kondisi masyarakat yang awal mulanya moralnya kurang bagus berubah menjadi manusia muslim yang taat.
Setelah berhasil mengislamkan masyarakat Surabaya, maka Sunan Ampel memberi tugar dua putranya yaitu Sunan Bonang berdakwah ke Tuban. Meskipun Adipatinya beragama Islam. Kemudian menugaskan Sunan Drajad ke Lamngan karena masyarakatnya masih banyak menganut agama Animisme dan Dinamisme. Yaitu menyembah pohon dan binatang.
HUSNU MUFID