Sebelum Meninggal, Ki Seno Nugroho Sempat “Guyon”

459 dibaca

Dalang kondang, Ki Seno Nugroho telah tutup usia, Selasa (3/11/2020) malam. Namun, siapa sangka Ki Seno Nugroho rupanya masih sempat ngobrol dan bercanda pada siang harinya. Apa sebenarnya yang dibicarakan Ki Seno?

Dilansir dari suara.com, penyebab meninggalnya Ki Seno Nugroho sampai saat ini masih belum diketahui. Namun ada sebuah fakta yang terungkap menjelang kepulangan dalang legendaris tersebut.

Sinden Oriza lah yang menceritakan secuil kisah mengenai obrolan Ki Seno Nugroho pada Selasa (3/11) siang. Kepada wartawan, Sinden Oriza masih belum mengetahui penyebab meninggalnya Ki Seno Nugroho.

“Saya belum tahu penyebabnya, tapi tadi siang di grup WhatsApp masih gojekan (bercanda),” kata Oriza.

Ki Seno Nugroho sendiri dikenal kerap melempar guyonan atau candaan secara spontan ketika mendalang. Karakter ini begitu melekat pada Ki Seno Nugroho.
Momen kekonyolan dalang kondang asal Yogyakarta tersebut terekam di salah satu tayangan berjudul “LIMBUKAN HUT DALANG SENO CHANNEL ke 1 Wargo Laras & Sinden Lengkap” di kanal YouTube Dalang Seno.

Pada video tersebut, Ki Seno Nugroho mengajak Marilyn asal Prancis dan Misaki asal Jepang untuk berbincang. Penonton langsung tertawa ketika mendengar gaya bicara Ki Seno yang menggelitik saat merespons logat Marilyn.

Ki Seno Mahir Membawakan Bagong dalam Keseharian
Seniman Sudjiwo Tedjo mengunggah karakter wayang Bagong melalui akun Instagram pribadinya. Dalam unggahan tersebut ia membahas mengenai dalang Ki Seno Nugroho yang dikenal berkat karakter Bagong yang diperankan secara lugu dan cerdas.

Sudjiwo menyebutkan jika gabungan sifat lugu dan cerdas dari karakter Bagong yang dibawakan Ki Seno Nugroho membuat protes-protes yang disampaikan justru memiliki dasar. Penggunaan tokoh punakawan itu sebagai karangan bunga untuk mengirim kepergian sang maestro dinilai sesuai.

“Tepat bila perupa @amore_art di akun Twitternya mengunggah foto anggota ponokawan Bagong ini untuk karangan bunga selamat jalan atas kepulangan almarhum,” tulis Sudjiwo dalam unggahannya.

Sudjiwo menjelaskan jika punokawan adalah sekawan atau empat pasangan yang membuat masyarakat menjadi ‘pono’ atau tercerahkan. Keempat serangkai itu sering disalahkaprakan dengan Punakawan. Keempat sekawan ini dinilai Sudjiwo ada pada setiap diri manusia.

Seseorang sedang menjadi karakter Bagong ketika sedang bertingkah lugu dan cerdas. Misalnya saja ketika seseorang tidak lagi bertanya mengapa jawaban dari 1+1=2 melainkan kenapa angka satu memiliki simbol seperti itu dan angka dua dengan simbol demikian.

Seseorang sedang menjadi Gareng ketika ragu-ragu bahkan curiga terhadap segala sesuatu. Kemudian, seseorang tengah menjadi Petruk ketika sedang merasai santai terhadap segala hal. Menjadi lebih baik jika ketiga tokoh tersebut muncul secara simultan dengan takaran dinamis yang berbeda-beda.

“Mem-Bagong terus capek. Meng-Gareng terus akan defisit teman. Mem-Petruk terus pun juga ndak baik, ngambang terus kayak taek. Lebih menyehatkan jiwa bila ketiganya muncul simultan dengan takaran yang dinamis berbeda-beda tergantung situasi kondisi. Siapa penakarnya? Semar!,” tulis Sudjiwo.

Untuk bisa memunculkan Semar dalam diri setiap saat, yakni dengan tadah (tak ada doa selain terima kasih). Pradah, selalu adil pada pekerjaan apapun yang honornya sudah disepakati. Serta ora wegah, yakni selalu konsisten dalam optimisme.

Sudjiwo menyebut mereka yang sudah menyukai karakter Bagong yang dibawakan Ki Seno Nugroho sudah berhasil mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengakui bahwa Ki Seno merupakan dalang maestro dalam membawakan dan meneladankan Bagong dalam keseharian.

“Kini, mari mencampur contoh Bagong Ki Seno itu dengan ke-Gareng-an dan ke-Petruk-an melalui sang penakar Semar dalam dirimu. And be happy (Dan menjadi bahagia-red),” tulis Sudjiwo.

Sejak diunggah Kamis (5/11/2020), potret tokoh Bagong tersebut sudah disukai lebih dari 22 ribu pengguna Instagram. Ada seratus lebih komentar yang diberikan oleh warganet. Beberapa tersentuh dengan tulisan Sudjiwo mengenai tokoh-tokoh pewayangan tersebut.(zi/berbagai sumber)