Pesan Bijak Gus Baha agar Hidup Bahagia

6,223 dibaca

Nasihat bijak Pengasuh Ponpes Tahfidzul Quran LP3IA, Kragan, Narukan, Rembang, Jateng, ini dapat kita jadikan motivasi agar hidup bahagia.

Ulama ahli tafsir, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, mempunyai nasihat bijak agar hidup bahagia. Pesan ini dapat kita jadikan pedoman sekaligus motivasi meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Gus Baha dikenal sebagai ulama NU yang sederhana namun menguasai banyak bidang keilmuan Islam. Setiap kajiannya selalu sarat dengan hikmah dan pelajaran berharga.

Banyak jamaah menimba ilmu kepada beliau karena kealimannya dalam bidang Tafsir dan Ilmu Al-Qur’an. Gus Baha juga menguasai ilmu Fikih, Ushul Fikih, Tasawuf, Tauhid, Hadis, hingga sejarah peradaban Islam.

Tak jarang setiap kajiannya banyak muncul kata-kata bijak atau quotes tentang hakikat hidup, keluarga, rezeki, jodoh, pendidikan, cinta, dan sebagainya. Pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur’an LP3IA, Kragan, Narukan Rembang ini pun dikenal sebagai ulama yang mencerahkan dan menyentuh hati yang mendengarkannya.

Berikut pesan indah Gus Baha tentang hidup bahagia dikutip dari laman iqra.id. Nasihat bijak Gus Baha ini bersumber dari berbagai kajian dan media sosialnya.

1. Hidup yang keren adalah yang pola pikirannya menunggu waktu ibadah sambil melakukan kemanfaatan.

2. Hidup tidak usah dibuat sulit, tidak usah ruwet. Asal tidak maksiat, bisa menjadi pribadi yang menyenangkan dan bermanfaat bagi banyak orang serta tidak mengusik hidup orang lain, itu sudah cukup.

3. Syukur itu bisa ditandai dengan banyak senyum. Bagi saya, cemberut itu masalah besar, seperti nggak ridho dengan ketentuan Allah.

4. Kamu itu tidak usah khawatir soal rezeki. Sejak Allah menciptakan langit dan bumi telah memberi makan berbagai macam hewan, dan sampai sekarang rezeki itu belum habis. Apalagi sekedar memberi makan kamu.

5. Sekarang orang terbiasa sujud tapi mengeluh. Sudah capek begini, ternyata rezeki masih sulit. Kok masih enak yang tidak sujud? Artinya kamu belum melihat, sujud lebih nikmat daripada dunia dan seisinya.

6. Kayak apa celakanya kita, kalau bahagia menunggu maksiat dulu, harus melakukan hal yang buruk. Allah menyiapkan sekian kesenangan dari hal-hal yang dibolehkan.

7. Berbuat baik pada yang berbuat baik pada kita, itu orang fasik pun seperti itu, maling ya seperti itu: sama. Tapi kalau berbuat baik pada orang yang berbuat jelek pada kamu, itu baru luar biasa.

8. Jangan pernah putus asa saat merasa dalam kesulitan. Sebab Allah menyertakan kemudahan setelah kesulitan.

9. Saat kamu merasa tidak ada orang yang berada di pihakmu, tenanglah, masih ada Allah yang selalu ada bersamamu.

10. Urip rasah digawe susah. Seng penting ora maksiat. Yowis ngono wae (Hidup tidak perlu dibuat susah. Yang penting tidak maksiat. Sudah begitu saja).
**(zub/sind)