Mumi Kanibal Bersemayam di Museum Kematian Thailand

122 dibaca

Siriraj Medical Museum (Rumah Sakit Siriraj) di Bangkok, Thailand, sering disebut “Museum Kematian”. Ini adalah institut medis tertua di Thailand. Lantas mengapa dijuluki Museum Kematian?

Seperti dikutip dari Bangkok Post,
rumah sakit ini didirikan oleh Raja Rama V pada tahun 1886. Fakultas kedokteran mengumpulkan berbagai peralatan dan dokumen untuk mengisi museum, yang diharapkan bisa menjadi sumber informasi para pelajar dan praktisi di bidang kesehatan Negara Gajah Putih.

Mengutip The Culture Trip, Museum Medis Siriraj sebenarnya terdiri dari enam museum terpisah. Sebagian besar museum terletak di lantai dua Gedung Adulyadejvikrom. Di sinilah pengunjung membayar tiket masuk 200 baht (sekitar Rp 91 ribu). Pengunjung dilarang berfoto di dalam areanya.

Museum Patologi Ellis menjadi museum pertama yang dilintasi pengunjung. Namanya berasal dari Profesor AG Ellis, yang terkenal karena mengemukakan ilmu patologi di Thailand.

Bagi mereka yang tidak bisa membaca atau mengerti bahasa Thailand, Museum Patologi Ellis mungkin kurang menarik, meski ada banyak pameran dan pajangan yang tampaknya informatif di tiga ruangan yang membentuk museum ini.

Selanjutnya pengunjung bisa menyambangi Museum Kedokteran Forensik Songkran Niyomsane. Museum ini memajangan banyak informasi. Di satu sisi, ada foto-foto bencana tsunami 2004 yang meluluhlantakkan selatan Thailand, ditambah lagi foto-foto korbannya.

Museum ini juga memajang beragam perkembangan ilmu kedokteran forensik. Alat-alat yang digunakan untuk melakukan otopsi pada kasus besar, seperti kasus pembunuh berantai dan kanibal Si-Ouey, dipajang di sini.

Mayat mumi-nya berdiri bersebelahan dengan alat-alat ini dalam kotak kaca. Namun, sebelum dipamerkan, dia adalah salah satu pria paling ditakuti di Thailand.

Ia percaya kalau memakan bagian hati dari seorang pria maka ia akan semakin kuat. Museum berikutnya ialah Museum Pameran Sentuh untuk Menghormati Yang Mulia Ratu dan Museum Parasitologi.

Museum ini diperuntukkan untuk mengungkap masalah kesehatan mata. Ruangannya gelap dan memungkinkan pengunjung untuk berinteraksi dengan barang-barang yang dapat mereka sentuh tetapi tidak dapat dilihat.

Lalu ada Museum Parasitologi tepat di sebelahnya. Tampilan organ tubuh manusia yang terinfeksi parasit ditampilkan di sini.

Museum ini didedikasikan untuk sistem organ manusia, meskipun ada beberapa babi, tikus, dan hewan lain yang dibedah dan dipajang.

Setiap set organ dipecah dan memiliki tampilannya sendiri, dari sistem saraf hingga sistem arteri.
Di lantai yang sama ada Museum dan Laboratorium Prasejarah Soon Sangvichien Museum, yang fokus pada evolusi kehidupan di Thailand, dengan artefak dan pajangan tentang sejarah Thailand dari sekitar 70 juta tahun yang lalu.

Jijik dan seram mungkin menjadi hal yang bakal dirasakan saat mengunjungi museum ini. Meski kesannya demikian, museum yang berada di seberang Sungai Chao Praya ini tetap ramai dengan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, yang mungkin penasaran dengan situs-situs dark tourism (wisata kelam) di Thailand.

Sebelum pandemi, tercatat sekitar 20 ribu pengunjung per tahunnya, seperti yang dikutip dari Bangkok Post. Jadi, siapkan nyali sebelum datang ke sini.**(cnn/ika)