Potret Megah Astana Giribangun Makam Soeharto

199 dibaca

Astana Giribangun merupakan mausoleum bagi keluarga Presiden Republik Indonesia ke-2, Soeharto. Bangunan megah berdiri kokoh di atas sebuah bukit, wilayah bawah kaki Gunung Lawu.
Jaraknya cukup dekat dengan makam Eyang Samber Nyowo atau Raden Mas Said atau Pangeran Mangkunagara I. Lebih tepatnya berada di Desa Girilayu, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah.

Begitu megah, kompleks Astana Giribangun berada di sekitar pemakaman para penguasa Mangkunegaran. Ingin tahu potret terbaru makam Soeharto dan Ibu Tien?

Dilansir dari channel YouTube Titiek Soeharto bertajuk ‘Ziarah ke Giribangun’. Putri keempat mendiang Presiden RI ke-2 ini menyempatkan diri untuk mengunjungi makam kedua orang tuanya. Perjalanan dari Solo memakan waktu sekitar 45 menit, menuju atas bukit.

“Hari ini saya ingin mengajak teman-teman warganet semuanya untuk ziarah ke makam pak Harto dan bu Tien di Astana Giribangun. Di Kabupaten Karanganyar, kurang lebih 45 menit dari Solo,” kata Titiek Soeharto seperti dikutip dari channel YouTube Titiek Soeharto.

Ruang utama, menjadi lokasi persemayaman Soeharto dan Ibu Tien beserta kakak perempuan dan orangtua dari Ibu Tien sendiri. Sedangkan ruangan melingkar di bagian luar, dipenuhi makam para kerabat yang lain.

“Di dalam sini ada makamnya Pak Harto, Bu Tien, kemudian Eyang Kakung, Eyang Putri orangtuanya dari Bu Tien. Kemudian ada kakaknya Ibu Tien di dalam ruangan ini. Sementara di luar ada kerabat-kerabat kita yang lain juga,” jelas Titiek.

“Ini adalah makam Pak Harto. Jadi kita doa baca AlFatihah untuk beliau,” ujarnya.
“Ini makamnya Bu Tien. Ibuku, ibuku yang tercinta. Itu ibu,” imbuh Titiek sembari menunjuk potret ibu Tien.

Astana Giribangun mulai didirikan sekitar tahun 1974. Kala itu, ayah dari Ibu Tien yang telah tiada segera dipindahkan. Selanjutnya, disusul ibunda dari Ibu Tien yang menghadap Sang Pencipta. Terakhir barulah mendiang Soeharto.

“Jadi di makam utama ini, ada lima makam. Yang pertama dimakamkan di sini, dibangun tahun 74. Dipindahkan makam Eyang Kakung dulu, sama bude. Kemudian Eyang Putri wafat, dimakamkan di sini. Ibu wafat dimakamkan di sini, kemudian terakhir bapak di Astana Giribangun ini,” jelas Titiek.

Bangunan kokoh nan megah di atas bukit tersebut, merupakan inisiatif dari Ibu Tien. Apalagi melihat Karanganyar, merupakan kota kelahirannya. Serta masih garis keturunan Mangkunegoro III. Tersirat keinginan untuk berkumpul bersama keluarga di tempat yang sama.

“Astana Giribangun ini dibangun atas inisiatif Ibu Tien. Jadi supaya kita sekeluarga bisa berkumpul di sini. Di Astana Giribangun, di Kabupaten Karanganyar, di kaki Gunung Lawu,” ujar Titiek.

Selain sebagai kota kelahiran, Karanganyar memiliki Gunung Lawu sebagai lokasi pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram, disebut Astana Mangadeg. Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III.

“Kita kenapa pilih di sini. Karena di sini dekat dengan makam Eyang Samber Nyowo. Raden Mas Said atau Pangeran Mangkunagara Pertama. Itu makamnya ada di atas. Kalau jalan kaki, agak menanjak mungkin 20 menit,” cerita Titiek.(mdk/zi)