100 Dokter Meninggal karena Corona

119 dibaca

Pandemi wabah Covid-19 telah memakan banyak korban jiwa. Bahkan sekarang ini sudah 100 dokter di Indonesia meninggal dunia karena virus Corona (COVID-19). Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menyampaikan dukacita.

Belasungkawa dari Jokowi itu disampaikan Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman, melalui keterangan tertulis, Rabu (2/9/20). Fadjroel mengatakan Jokowi turut memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada seluruh tenaga medis.

“Presiden Joko Widodo menghaturkan belasungkawa sedalam-dalamnya terhadap tenaga medis yang meninggal dunia (Selasa, 1/9/20) di Istana Bogor. Presiden juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada tenaga medis yang bekerja sangat keras dan sangat baik sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, berjibaku tanpa sekat apapun, dengan penuh dedikasi dan profesional,” kata Fadjroel.

“Presiden sekali lagi mengucapkan dukacita sedalam-dalamnya, termasuk kepada keluarga mereka yang ditinggalkan agar tetap disabarkan-Nya,” imbuhnya.

Fadjroel mengatakan Jokowi tak lelah mengingatkan seluruh masyarakat agar disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Sebab, kata dia, hal itu dapat meringankan pekerjaan para tenaga medis yang berjuang menangani COVID-19.

“Presiden tak lelah-lelahnya mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia agar lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk dapat meringankan pekerjaan tenaga medis. ‘Ayo memakai masker!’ seru Presiden Joko Widodo,” kata Fadjroel.

Saling mengingatkan serta bergotong royong kebangsaan dan kemanusiaan, kata Fadjroel, adalah kunci disiplin penanganan pandemi COVID-19. Selain itu, kunci dalam pemulihan ekonomi nasional untuk keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan hidup seluruh rakyat Indonesia.

“Presiden juga menegaskan tiga strategi pemerintah untuk menyediakan vaksin COVID-19: 1. Mencari vaksin yang diproduksi pihak mana pun di seluruh dunia; 2. Kerja sama riset dan produksi Bio Farma, perguruan tinggi, lembaga dalam dan luar negeri; 3. Riset vaksin Merah-Putih oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman,” tuturnya.

Lebih lanjut, Fadjroel mengatakan, masyarakat menjadi garis depan dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Karena itu, kedisiplinan masyarakat merupakan kunci agar tenaga medis di rumah sakit tak kewalahan.

“Pemerintah mengajak setiap orang untuk disiplin memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak agar rumah sakit dan tenaga medis tidak kewalahan dalam menangani pasien COVID-19, dan berakibat kurang baik kepada tenaga medis. Masyarakat menjadi garis depan memutus rantai penyebaran COVID-19,” ujarnya.

Selain itu, Fadjroel meminta para tenaga medis selalu disiplin dalam menerapkan pembatasan kerja. Sebab, menurutnya, tenaga medis merupakan penolong terakhir saat masyarakat terpapar COVID-19.

“Kepada tenaga medis dan rumah sakit, Pemerintah juga mengharapkan senantiasa disiplin dalam penerapan sistem sistem shift/pembatasan jam kerja, karena tenaga medis penolong terakhir masyarakat bila terdampak COVID-19. Pemerintah menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk melindungi tenaga medis kita, termasuk APD lengkap dan insentif,” kata Fadjroel.

Sebelumnya, diketahui, 100 dokter gugur selama pandemi COVID-19. IDI menyampaikan dukacita yang mendalam terkait petugas kesehatan yang gugur.

“Sejawat sekalian, sejawat dokter yang gugur dalam penanganan COVID-19 sudah mencapai 100. Demikian juga petugas kesehatan lainnya yang gugur juga bertambah,” kata Ketum PB IDI Daeng M Faqih dalam akun Instagram resmi Ikatan Dokter Indonesia, Senin (31/8/20).

IDI pun meminta pemerintah menjamin ketersediaan alat pelindung diri (APD). IDI akan berkoordinasi dengan Kemenkes dan Satgas.

“Kami sudah berkoordinasi dengan Satgas dan Kementerian agar APD tetap dijaga tersedia dengan baik,” kata Daeng. (setneg/alam)