PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP KURIKULUM

299 dibaca

▪︎Oleh: Dede Fatimah, S.Ag.,
(Mahasiswa Pasca Sarjana Semester 1 STAIS Al-Azhary Cianjur TA 2023/2024)

SIDI Gazalba mengartikan Filsafat Pendidikan Islam sebagai; “berpikir secara mendalam, sistematis, radikal, dan universal megenai segala hal yang berkaitan dengan pendidikan, dengan berlandaskan ajaran Islam tentang hakikat kemampuan dan potensi manusia agar dapat dibina, dibimbing dan dikembangkan untuk menjadi manusia seutuhnya yang dijiwai oleh ajaran Islam.” Sedangkan pengertian kurikulum menurut KBBI adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.

Kurikulum pendidikan Islam memiliki asas-asas sebagai berikut. (1). Asas Dinulloh : bahwa kurikulum pendidikan Islam harus berisi aqidah, syariah dan akhlak dan berdimensi dunia dan akhirat. (2). Asas filosofis: bahwa kurikulum pendidikan Islam harus menjawab pertanyaan mendasar eksistensi manusia di dunia ini seperti dari mana kita berasal, sedang dimana kita berada, dan akan kemana kita setelahnya.

(3). Asas psikologis: bahwa kurikulum pendidikan Islam dalam operasionalnya harus memperhatikan tahap perkembangan peserta didik sehingga kebutuhan pendidikan peserta didik berjalan/berproses sesuai tahapan kebutuhan jiwa dan raganya. (4). Asas sosial budaya: bahwa kurikulum pendidikan Islam memfasilitasi terjadinya interaksi peserta didik dengan sesamanya secara harmonis (berakhlak) dan menjadi manusia yang berbudaya dalam berbagai bidang kehidupan.

Kurikulum pendidikan Islam memiliki komponen pokok sebagai berikut. (1). Komponen tujuan : tujuan pendidikan menuntun kepada hal yang hendak dicapai dan memberikan gambaran tentang hasil akhir dari kegiatan pendidikan. (2). Isi kurikulum pendidikan Islam: sebagai penjabaran dari tujuan pendidikan yang ingin dicapai, maka isinya pun (mata pelajaran) disusun secara sistematis untuk memenuhi tercapainya tujuan pendidikan tersebut.

(3). Organisasi dan metode: bahwa pencapaian tujuan pendidikan harus dicapai melalui proses pembelajaran (pengalaman belajar) dengan berbagai metode dan pendekatan yang cocok dengan tujuan dan karakter isi muatan pembelajaran. (4). Komponen evaluasi: evaluasi harus diadakan untuk melihat dan mengukur tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan/pembelajaran dan sebagai feed back terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan sekaligus melahirkan perbaikan-perbaikan untuk pembejaran ke depannya.

Menurut Al-Syaibany, kurikulum pendidikan Islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut. (1).Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan, kandungan, kaidah, alat dan tekniknya. (2). Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual. (3). Adanya kesimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni, pengalaman dan kegiatan pengalaman yang bermacam – macam.

(4). Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh peserta didik, dan juga meliputi seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, teknik, pertukangan, bahasa asing dll. (5). Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat, bakat, keperluan dan perbedaan individu antar siswa.

Menurut Hamalik (2002), pengembangan kurikulum harus berlandaskan, (1). Tujuan filsafat dan pendidikan nasional. (2). Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat. (3). Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karakteristik perkembangan peserta didik. (4). Keadaan lingkungan, dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal), lingkungan kebudayaan, termasuk iptek dan lingkungan hidup serta lingkungan alam. (5). Kebutuhan pembangunan yang mencakup pembangunan di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum dsb.

Sebagai cabang filsafat, maka kajian dalam bidang filsafat pendidikan Islam mencakup berbagai aspek yang juga menjadi karakteristik kajian filsafat pada umumnya yang meliputi semua realitas yang wujud ataupun mumkinul wujud.

Maka realitas-realitas kependidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan antara lain : (1). Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan. (2). Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir, dan berbuat dalam tatanan hidup suatu masyarakat. (3). Hakikat tujuan pendidikan sebagai arah bangun pengembangan pola dunia pendidikan. (4). Hakikat pendidik dan anak didik sebagai subjek-subjek yang terlihat langsung dalam pelaksanaan proses edukasi. (5). Hakikat pengetahuan dan nilai sebagai aspek penting yang dikembangkan dalam aktivitas pendidikan. (6). Hakikat kurikulum sebagai tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam proses pendidikan menuju pencapaian tujuan-tujuan.

Sebagai kesimpulannya, kurikulum merupakan suatu rancangan tentang seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan sesuai perkembangan jaman.

Filsafat pendidikan Islam memandang bahwa kurikulum merupan suatu objek kajian yang memerlukan renungan filsafat secara logis, kritis, radikal, sistematis, utuh dan menyeluruh dalam memecahkan persoalan pendidikan yang didasarkan pada Al-Quran dan Al-Hadits agar mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat.

Oleh sebab itu pendidikan tak bisa terlepas dari kajian filsafat dan filsafat tak boleh mengabaikan pendidikan, karena keduanya seumpama dua sisi mata uang yang keduanya saling ketergantungan karena objek kajiannya adalah manusia, baik sebagai individu, sosial dan berketuhanan.***