Makna Lakon Kresno Gugah, Pagelaran Wayang Kulit HJL ke 453

864 dibaca

▪︎LAMONGAN-POSMONEWS.COM,-
Masih dalam rangkaian kegiatan merayakan Hari Jadi Lamongan (HJL) ke 453, Pemkab Lamongan menggelar pertunjukan wayang kulit dengan dalang Ki Sinarto, S.Kar, MM,  Jumat (3/6/2022) malam ini dengan lakon Kresno Gugah.

Lakon yang cukup terkenal sebagai jargon ajaran dan filosofi kepemimpinan ini memang pantas sebagai moment di setiap peringatan hari jadi suatu daerah.

Bagi para pemimpin Pemkab Lamongan dalam hal ini Bupati H. Yuhrohnur Efendi (Pak YES),  tentu ada spirit dan motivasi sehingga pagelaran Ringgit Purwa yang dipentaskan Ki Dalang Sinarto, S.Kar, MM yang juga putra dalang legendaris Ki Tarub (alm), Desa Bean,  Lamongan ini memilih lakon Kresna Gugah.

Bahwa tokoh utama dalam lakon ini adalah Kresna dan Arjuna. Keduanya adalah jatidiri kasatria utama, simbol kebaikan, pemimpin sejati, berbudi bawa laksana, dalam bahasa kekinian amanah, jujur, adil, pembawa kesejahteraan dan kejayaan.

Literatur yang dicuplik posmonews.com dari pandangan RS Subalidinata, bahwa refleksi lakon Kresno Gugah ini  mencerminkan bab Jati Diri Kepemimpinan seorang ksatria utama (Raja), dalam hal ini adalah Sang Kresna.

Raja Dwarawati ini sedang bertapa di Bale Kambang dengan tujuan ingin mendapatkan rahasia dari Kitab Jitabsara atau Pakem Bharatayuda dari para Dewa di Suralaya.

Dari bertapanya Kresna harus melepas badan halusnya (ngraga Sukma) menjadi Sukma Wicara.

Di kahyangan, para pimpinan Dewa yakni Batara Guru dihadap oleh Bathara Narada, Bathara Panyarikan, Bathara Indra, Bathara Brahma dan beberapa dewa lain resah karena di bumi sedang terjadi giro-goro. Ini karena Kresna yang bertapa ingin memiliki kitab Jitabsara, atau Pakem Baratayuda.

Batara Guru tergerak hatinya untuk mengarang kitab Jitabsara. Panyarikan diminta untuk menulis hasil pembicaraan mereka. Bathara Guru dan Bathara Narada merencanakan isi surat Pakem itu. Antara lain menulis tokoh yang gugur dalam perang Baratayuda yang akan terjadi nanti. Dhrestharastra dan Gendari harus mati. Seta gugur melawan Bisma, Bisma gugur melawan Srikandhi, dan seterusnya. Namun sewaktu hendak mencatat Baladewa dan Antareja, tempat tinta tumpah karena ditabrak lebah Lanceng Putih. Lebah hilang, datanglah sukma Kresna yang bernama Sukma Wicara.

Bathara Guru dan Bathara Narada menemui Sukma Wicara. Sukma Wicara ditanya alasannya menumpahkan tinta. Ia menjawab, tidak setuju Baladewa dimusuhkan Antareja. Antareja tidak akan terlawan oleh Baladewa.

Bathara Guru menanyakan kesaktian Antareja dan cara menyingkirkannya. Dijawab bahwa Sukma Wicara telah mempunyai akal dan sanggup melaksanakannya, tetapi ia harus diberi Jitabsara. Bathara Guru menyanggupi permintaan Sukma Wicara, tetapi harus ditukar dengan Sekar Wijayakusuma. Setelah sepakat dengan perjanjian mereka, Sukma Wicara minta pamit sambil membawa kitab rahasia Perang Bharatayuda kelak di kemudian hari.(bersambung) **(DANAR SP)