Seperangkat Gamelan jadi Alat Dakwah Sunan Bonang

507 dibaca

▪︎Mengenang Maulana Makdum Ibrahim, Tuban, Jawa Timur

▪︎POSKONEWS.COM,-
MAULANA MAKDUM IBRAHIM atau yang dikenal dengan Sunan Bonang, merupakan putra Sunan Ampel, lahir tahun 1466 M dan wafat tahun 1525 M. Beliau penyebar Islam di tanah Jawa dan ikut mendirikan Kerajaan Demak sekaligus Masjid Agung Demak, Jawa Tengah.

Area dakwah Sunan Bonang di Jawa Tengah dan Jawa Timur, khususnya di wilayah Tuban, Lasem dan Pulau Bawean (Gresik). Suatu hari ia bersama Raden Paku (Sunan Giri) sewaktu masih remaja belajar agama Islam di Pasai.

Keduanya bertemu ayah kandung Sunan Giri, Syekh Maulana Ishaq. Di sana beliau juga belajar kepada para ulama tasawuf dari Baghdad, Mesir, Arab, dan Persia di Pasai.
Setelah pulang ke tanah Jawa, ia diperintahkan Sunan Ampel untuk berdakwah di Tuban.

Dalam berdakwah, ia mempergunakan kesenian tradisional berupa seperangkat gamelan untuk menarik simpati rakyat. Peralatan itu dimainkan sendiri, dengan menggunakan peralatan itu, mampu menarik dan simpati masyarakat Tuban.

Setelah rakyat simpati, ia tinggal menyiapkan ajaran Islam dalam berbagi tembang kesukaan rakyat. Seluruh tembang yang diajarkannya berisikan ajaran agama Islam. Tanpa terasa penduduk sudah mempelajari Islam dengan senang hati dan bukan dipaksa.

AJARAN dan KAROMAH

Keenam inti ajaran Sunan Bonang sebagai berikut:

1. Memangun resep teyasing sasomo.
(kita selalu membuat senang hati orang lain).

2. Jroning suko kudu eling Ian waspodo.
(di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada).

3. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah.
(dalam perjalanan mencapai cita–cita luhur, kita tidak peduli bentuk rintangan).

4. Meper hardaning pancadriya.
(kita harus selalu menahan gejolak nafsu).

5. Heneng–hening–henung.
(dalam keadaan diam, akan memperoleh keheningan, dalam keadaan hening akan mencapai cita–cita luhur).

6. Mulyo guno panca waktu.
(suatu kebahagiaan lahir bathin, bisa dicapai dengan sholat lima waktu).

KAROMAH

Dalam syiarnya, ketika berjalan di hutan Sunan Bonang dirampok Raden Said (Sunan Kalijaga). Saat itu, Raden Said masih belum memeluk Islam dan menjadi perampok jalanan. Ketika itu, Raden Said melihat tongkat Sunan Bonang dilapisi emas.

Begitu, Raden Said mulai mendekat, beliau dengan tongkat di tanganya menunjuk buah pohon aren di sekitarnya. Sunan Bonang berkata “lihat pohon itu lebih banyak emasnya.” Atas izin Allah SWT, buah aren berubah menjadi butiran emas. Melihat kejadian itu, akhirnya Raden Said memeluk Islam dan berguru kepada Sunan Bonang.

PENINGGALAN SITUS

1. Kentongan ini dipergunakan oleh murid-murid Sunan Bonang sebagai tanda menyambut datangnya adzan.

2. Kitab tafsir Alquran hasil tulisan tangan Sunan Bonang ini dipergunakan untuk mengajar para santri-santrinya.

3. Pasujudan Sunan Bonang di Desa Bonang, Kecamatan Sluké, Rembang. Merupakan tempat bersujud ketika beliau sholat. Pasujudan itu terbuat dari batu sungai.

REKONSTRUKSI SECARA FISIK

1. Pohon Aren:

Setelah Sunan Bonang menunjuk pohon aren dengan tongkatnya, atas izin Allah SWT, buah aren berubah menjadi butiran emas. Melihat kejadian itu, akhirnya Raden Said memeluk Islam dan berguru kepada Sunan Bonang.

2. Tongkat:

Tongkat keramat ini ditancapkan di sungai oleh Sunan Bonang dan dijaga Sunan Kalijaga saat berguru kepada Sunan Bonang.

3. Bedug:

Bedug dan kentongan dipergunakan murid-murid Sunan Bonang sebagai tanda datangnya sholat lima waktu.

4. Kenong:

Kenong berfungsi sebagai penentu batas gatra, menegaskan irama. Kenong dipergunakan Sunan Bonang sebagai media dakwah. Alat ini dipukul menggunakan kayu yang dililitkan kain. Jumlah satu setnya bervariasi tapi biasanya sekitar 10 buah.
**(tim posmo)