DAKWAH WALI TINGKAT TINGGI DIMULAI DARI BLAMBANGAN

464 dibaca

▪︎Napak Tilas Situs Tua Syech Maulana Ishaq di Lamongan Utara (1)

LAMONGAN-POSMONEWS.COM,-
Luar biasa Desa Kemantren Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, seiring menggeliatnya perkembangan wilayah Lamongan Pantura.

Di kawasan ini, sekarang mempunyai destinasi wilayah yang patut dibanggakan, yakni sebuah tempat rekreatif sosial, budaya maupun spiritual keagamaan yang mumpuni , begitu luas dan menyenangkan.

Di kawasan ini juga terdapat makam Syekh Maulana Ishaq, diyakini sebagai ayahanda Kanjeng Sunan Giri (Raden Paku) salah satu pilar Wali Songo patut dikunjungi untuk menambah wawasan dalam pengembangan berdakwah dan olah batin (spiritual, rasa, dll, red).

Dari penelurusan posmonews. com, nama Syekh Maulana Ishaq tidak bisa dilepaskan dari sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa, bersama-sama Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Maulana Ahmad Jumadil Kubro, Syekh Maulana Maghribi, Syekh Maulana Malik Israeli, Syekh Maulana Aliyudin dan Syekh Subakir.

Para penyebar Islam ini selain menguasai ilmu agama, juga memiliki Keahlian di bidang yang berbeda. Salah satu keahlian yang dikuasai yaitu bidang pengobatan, bidang ilmu hikmah, sehingga julukan untuk beliau banyak sekali.

Dalam buku Babat Tanah Jawa versi Gresikan dikenal dengan nama Resi Maulana Ishaq, Prabu Anom, Raja Pandito atau Syekh Awalul Islam. Juga di naskah lain disebut sebagai Wali Lanang atau Molana Usalam.

Kedatangan Syekh Maulana Ishaq dkk ke Nusantara sekitar 1433 = 1443 M seperti dalam buku Sejarah dan Perjuangan Syekh Maulana Ishaq yang menetap di Banyuwangi (Blambangan) tempatnya sekitar Muncar sekarang dan bersyiar mengembangkan Islam di daerah Gunung Selangu. Di saat itu wilayah ini disebut kerajaan Blambangan yang dipimpin Prabu Menak Sembuyu yang memeluk agama Hindu dan Budha.

Syahdan di Kerajaan Blambangan terserang Pagebluk atau wabah penyakit, hampir setiap hari ada korban meninggal. Dan salah satu yang menderita penyakit itu puteri Raja sendiri Ni Ratna Sekardadu, sehingga membuat Raja Menak ketakutan dan membuat sayembara karena tabib istana tak mampu mengatasinya.

Melalui Patih Bajul Sengara, Raja mengumumkan sebuah sayembara ke penjuru negeri, ” Lan pada saksinana sami, iya sayembara ningsun. Sopo kang biso marasno maring putri ningsun pan puniko dadi ngarep lan jatikromo. sun palih negara Blambangan, ngadek Prabu Anom”. Jika diartikan, Saksikanlah oleh kalian semua, barang siapa dapat menyembuhkan putriku maka ia akan mernjadi suaminya dan akan kubagi Kerajaan Blambangan menjadi dua, Dan kuangkat dia menjadi Prabu Anom”.

Akhirnya Syekh Maulana Ishaq ikut sayembara setelah syaratnya dijanjikan sang Raja dan bisa menyembuhkan sang Puteri, dan Raja memenuhi janjinya untuk masuk Islam beserta keluarganya dan menikahkan dengan puterinya dan mengembangkan Islam dengan leluasanya. Keberhasilan Syekh Maulana Ishaq ini membuat cemburu Patih Bajul Sengara dan segera merancang siasat buruk dengan menghasut sang Raja. Bahkan tega sekali menyiksa warganya agar kembali ke kepercayan lamanya. Karena itulah Syekh Maulana Ishaq meninggalkan Blambangan menuju utara melalui pantai, serta meninggalkan isterinya yang lagi hamil setelah terlebih dulu pamitan secara sembunyi tak lupa memberi sinyal atau petunjuk bila suatu saat menyusulnya.

Dirasa dakwahnya di Blambangan terganggu Dan dihambat, maka Maulana Iskhaq memutuskan kembali ke Samudera Pasai, namun ia harus mampir dulu ke Ampel Denta (Surabaya) bermaksud menemui sang kakak Ibrahim Asmaraqondi (yang kini makamnya berada di Palang Tuban). Dan dalam perkembangannya, Maulana Ishaq akhirnya memilih menetap di Kemantren Paciran, dan mengembangkan syiar Islam.

Dalam berdakwah Syekh Maulana Ishaq melakukan pendekatan budaya dengan cara membuat kegiatan yang disukai oleh masyarakat pada masa itu. Dengan Batu bayang Gambang. Maulana Ishaq mengumpulkan masyarakat untuk mengajarkan Uslam melalui media musik yang diiringi alunan gambang. Juga berdakwah melalui jalur pengobatan, kearifan dan kesantunan dalam berdakwah membuat disukai masyarakat Yang masih penganut kuat ajaran Hindu Budha yang berpusat Di gunung Petunon barat Kemantren. (bersambung)
**(DANAR/ARIFIN)