Gus Baha Menjadi Imam Berjamaah dengan Bangsa Jin

426 dibaca

Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz LP3IA Narukan Rembang, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengaku pernah memimpin bangsa jin saat melaksanakan ibadah salat. Bukan cuma sekali, Gus Baha mengatakan sudah berkali-kali dirinya menjadi imam salat dari bangsa jin.

Pernyataanya itu disampaikannya melalui kanal YouTube dikutip dari sindonews.com, Kamis, 11 November 2021. Dalam kanal itu, Gus Baha, pernah mengungkapkan bahwa dirinya sering salat berjamaah dengan bangsa jin.

Pernyataan ini jelas mengejutkan, mengingat jin adalah makhluk tak kasat mata gaib, dan hanya orang-orang tertentu yang mampu melihatnya.

Tak tanggung-tanggung, Gus Baha, mengatakan kebiasaan salat dengan jin sudah sering dilakukan, dan menjadi hal lumrah baginya.

“Loh, aku ini anaknya kiai putune kiai, ngerti tenan alam jin. Kamu belum pernah kan salat dimakmumi jin. aku bolak-balik,” kata Gus Baha.

Kendati demikian, Gus Baha menyarankan kepada kita semua untuk tidak bermain-main dengan alam jin, jika tidak mengetahui ilmunya.

Mengingat jin merupakan makhluk cerdas dan tidak bisa dipercaya. Bahkan, sekelas Nabi Sulaiman AS. pernah dipermainkan oleh bangsa jin.

“Nabi Sulaiman pernah diakali sama setan atau bangsa jin. Ketika Nabi Sulaiman bisa menaklukkan hewan, jin, dan angin. Setan membuat mantra dan dikumpulkan dalam satu buku,” terang Gus Baha.

Sekumpulan mantra yang dibukukan oleh setan tersebut, kemudian dikuburkan di bawah singgasana Nabi Sulaiman. Alhasil, setelah Nabi Sulaiman meninggal dunia, bangsa jin jenis setan lalu menciptakan isu bahwa kekuatan Nabi Sulaiman diperoleh dari buku yang ditimbun di bawah singgasananya.

“Akhirnya orang-orang menyebut Sulaiman disebut sebagai tukang sihir,” ujar Gus Baha.

Tersiarnya kabar Nabi Sulaiman, adalah tukang sihir terdengar hingga ke telinga Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Sulaiman A.S benar-benar seorang nabi.

Namun, kaum Yahudi membantah pernyataan tersebut dengan dalih telah menemukan buku yang berisi sekumpulan mantra di bawah kursi putra Nabi Daud itu.

Dengan bukti yang mereka temukan, kaum Yahudi tidak percaya dengan perkataan Rasulullah, sehingga turunlah Q.S Al Baqarah ayat 102-103.

وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ – ١٠٢
Artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut.”

“Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.”

Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya.”

“Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat.”

“Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu.”

وَلَوْ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَمَثُوْبَةٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ خَيْرٌ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Dan jika mereka beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik, sekiranya mereka tahu.”***