Tasbihnya Bisa Hancurkan Pesawat

235 dibaca

KH. Abdullah Faqih, adalah salah satu tokoh sentral dari kalangan pesantren menggempur Belanda pada serangan 10 November 1945. Beliau bukan kiai sembarangan. KH. Abdullah Faqih yang berasal dari Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban, Jatim, ini dikenal punya kekuatan magis luar biasa.
Gus Reza Ahmad Zahhid, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, yang merupakan anak dari almarhum KH. Imam Yahya Mahrus, menceritakan soal kesaktian Kiai Faqih. Menurut dia, berdasarkan cerita dari santri yang ditemuinya, Kiai Faqih memiliki tasbih ajaib yang jika butirannya diurai dan dilemparkan ke baling pesawat tempur Belanda, niscaya pesawat itu akan hancur lebur.
Menurut Gus Reza, orang-orang di kalangan pesantren percaya salah satu butiran tasbih kepunyaan Kiai Faqih itu dimiliki presiden keempat Indonesia, KH. Abdurahman Wahid atau yang biasa dipanggil Gus Dur. “Banyak yang meyakini Gus Dur bisa jadi presiden karena memiliki tasbih Kiai Faqih,” kata Gus Reza, saat menceritakan kembali kisah itu pada peringatan Hari Santri, Kamis, 22 Oktober 2015 lalu.
Tak hanya itu, Kiai Faqih juga dipercaya memiliki tongkat sakti. Sejumlah santri binaannya, mengungkapkan jika dipukulkan di atas tanah, tongkat itu bisa mengendalikan gerak pesawat tempur penjajah.
“Begitu kuatnya cerita ini sampai muncul dalam salah satu adegan film perjuangan yang diproduksi era Presiden Soeharto,” kata Gus Reza, saat itu.
Kiai Faqih adalah satu dari tiga orang kiai yang dikenal memiliki ilmu sakti pada zaman penjajahan dulu. Dua kiai lainnya adalah Kiai Mahrus Aly dari Lirboyo, Kediri, dan termasuk Kiai Abbas Djamil Buntet dari Cirebon. Mereka bertiga sepakat untuk menggerakkan para santri ikut mengusir penjajah. Ketiganya berada di bawah komando Kiai Hasyim Asya’ari.
Kesepakatan itu dibuat saat ketiganya berkumpul Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, untuk membahas strategi merebut Kota Surabaya dari penjajah. Dalam rapat kecil yang digelar 22 Oktober 1945 itu, Kiai Abbas ditunjuk sebagai Panglima Angkatan Laut, Kiai Faqih sebagai Panglima Angkatan Udara, dan Kiai Mahrus sebagai Panglima Angkatan Darat.
Mereka rencananya melakukan jihad dengan para santri untuk mengusir penjajah dari Tanah Air dengan menyerbu Surabaya pada 9 November 1945. Namun serangan itu kemudian mundur satu hari setelahnya.ton/zub