Dokter Reisa: Pandemi, Anak-anak Hadapi Situasi Sulit

127 dibaca

Pandemi Covid-19 memberi tantangan bagi seluruh masyarakat di dunia. Tidak hanya kelompok usia dewasa dan lanjut usia, pandemi juga memengaruhi kehidupan anak-anak.

Bertepatan dengan Hari Anak Nasional yang jatuh pada Jumat (23/7/2021), Juru Bicara Penanganan Covid-19 dr Reisa Broto Asmoro mengatakan bahwa anak-anak Indonesia mengalami beragam situasi kompleks selama pandemi Covid-19.

“Sebanyak 80 juta anak Indonesia tidak dalam keadaan baik-baik saja,” kata dr Reisa dalam keterangan pers yang diterima NGI, Sabtu (24/7/2021).

Ia menjelaskan, selama pandemi, sekitar 60 juta anak kehilangan memori indah bersekolah. Sementara itu, pembelajaran jarak jauh (PJJ) juga tidak dapat diakses oleh semua anak karena keterbatasan fasilitas, perangkat, atau keuangan.

Menurut dr Reisa, anak-anak juga kehilangan kesempatan bermain, bersosialisasi, dan mengenal alam terbuka. Dunia maya, khususnya media sosial, juga memberi ancaman bagi anak berupa perundungan, diskriminasi, kekerasan verbal, hingga pelecehan.

Tak hanya itu, anak-anak juga mengalami beban mental ketika orangtuanya terkonfirmasi menderita Covid-19.

“Tekanan dan beban mental saat menjalani pandemi pasti tidak mudah bagi anak-anak Indonesia. Hal yang paling membuat sedih, beberapa anak kehilangan orangtuanya yang menderita Covid-19 karena kondisi tidak bisa terselamatkan,” ujar dr Reisa.

Oleh sebab itu, dr Reisa mengajak untuk melindungi anak-anak Indonesia di masa pandemi dengan berbagai upaya yang bisa dilakukan.

“Anak Indonesia harus semakin kita lindungi karena masa depan mereka adalah masa depan kita juga,” imbuh dr Reisa.

Ia berharap penambahan kasus positif harian dapat diturunkan sehingga kapasitas rumah sakit dapat dimaksimalkan untuk merawat pasien bergejala berat. Tak hanya itu, angka kematian akibat Covid-19 yang terus bertambah pun harus dapat ditekan.

Pemerintah, kata dr Reisa, tengah menggencarkan upaya testing, tracing, dan treatment (3T).  Upaya testing, dapat menguji seseorang positif atau negatif Covid-19. Dengan demikian, perawatan dapat segera dilakukan dan kemungkinan menulari orang lain lebih minim.

“Tidak semua orang memiliki kesehatan prima, misalnya orang lanjut usia yang sudah punya penyakit menahun, apabila tanpa sengaja tertular oleh orang yang membawa virus, bisa berakibat fatal,” ujar dr. Reisa.

Ia menambahkan, tracing atau pelacakan orang yang memiliki kontak dekat dengan pasien terkonfirmasi positif juga dapat menjadi langkah untuk mempersempit sebaran virus.

Terakhir, dr Reisa menjelaskan, treatment atau perawatan, dilakukan setelah melakukan testing dan tracing untuk memutuskan apakah pasien dapat dirawat dengan siolasi mandiri atau harus dirawat di rumah sakit.

“Saat ini sudah ada hampir 1.000 rumah sakit rujukan Covid-19 di seluruh Indonesia dan tempat tidur untuk pasien Covid-19 di Indonesia saat ini sudah hampir 125.000. Upaya pemerintah ini semoga membuat pasien sembuh makin banyak, kemarin kasus sembuh kita 36.370, naik dari hari sebelumnya yang berjumlah 32.887,” kata dr Reisa.

Sementara, sebagai langkah melindungi orang terkasih, terutama anak-anak orang dewasa dapat menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin. Dengan demikian, diri sendiri terlindungi dan anak tidak perlu mengalami beban mental atau ekonomi akibat Covid-19.

Selain itu, orangtua pun sebaiknya tidak melibatkan anak pada kegiatan yang membuat risiko terpapar Covid-19 tinggi.
**(kmp/ngp)