Menguak Sejarah Dinoyo Kabupaten Malang

574 dibaca

• Permukiman Prasejarah Maju pada Zamannya

Wilayah Dinoyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, dikenal sebagai kawasan permukiman zaman prasejarah. Ini dibuktikan dengan ditemukannya Prasasti Dinoyo, prasasti pertama berhuruf Jawa Kuno yang dipadu dengan bahasa Sanskerta.

Prasasti ini merupakan bukti keberadaan pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan. Prasasti ini menceritakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan yang ditandai dengan penulisan tahun berwujud condro sangkala berbunyi Nayana Vasurasa (tahun 682 Saka) atau tahun 760 Masehi.

Prasasti Dinoyo menjelaskan bahwa pada pertengahan abad ke-8 ada kerajaan yang berpusat di Kanjuruan di bawah pimpinan Raja Dewa Simha. Pada masa pemerintahannya, Dewasimha pernah mendirikan tempat pemujaan untuk penghormatan Dewa Siwa, yakni berupa arca Maharsi Agastya yang terdapat di Candi Badut.

Dinoyo sebagai kawasan permukiman prasejarah di antaranya dibuktikan dengan ditemukannya prasasti, bangunan percandian dan arca-arca, bekas pondasi batu-bata, bekas aliran drainase, serta berbagai macam gerabah.

Di Desa Dinoyo (barat laut Malang) ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 760 yang menggunakan huruf Kawi dan bahasa Sanskerta. Prasasti tersebut menceritakan tentang keberadaan Kerajaan Kanjuruan yang dipimpin Raja Dewasimha. Sang raja dikisahkan memiliki anak bernama Limwa, yang saat naik takhta menggantikan ayahnya bergelar Gajayana.

Isi Prasasti Dinoyo

Prasasti Dinoyo menjadi salah satu bukti sejarah masa lalu Malang. Mengutip dari p2k.itbu.ac.id, isi Prasasti Dinoyo dapat ditafsirkan sebagai berikut:

Berdiri Kerajaan Kanjuruan

Kerajaan Kanjuruan dipimpin oleh raja bijaksana bernama Dewasimha. Ia memiliki putra bernama Liswa yang kelak saat naik takhta menjadi raja bergelar Gajayana.

Gajayana Muliakan Resi Agastya

Gajayana memiliki seorang putri bernama Uttejana, yang kelak menikah dengan klan dari kerajaan di kawasan Barat

Terjemahan Lengkap

Lebih lanjut, berikut terjemahan lengkap isi Prasasti Dinoyo menurut Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka.

1. Telah tersedia seorang raja bijaksana dan berkuasa, (namanya) Dewasimha, di bawah lindungannya api Putikeswara yang menyebarkan sinar di sekelilingnya.

2. Juga Limwa, putranya, yang bernama Gajayana, melindungi manusia bagaikan anaknya, ketika ayahnya marak ke langit.

3. Limwa melahirkan anak perempuan, namanya Uttejana dan dia adalah permaisuri raja Pradaputra.

4. Dia juga ibu A-nana yang bijaksana, cucu Gajayana, orang yang selalu berbuat patut terhadap kaum brahma, dan pemuja Agastya, tuan yang dilahirkan dari tempayan.

5. (A-nanah) (yah) yang menyuruh penduduk dan banyak orang penting untuk mendirikan kediaman yang indah untuk Agastya yang agung dan suci, untuk menghancurkan kekuatan musuh (atau: wabah penyakit disentri).

6. Sesudah dia melihat patung Kalasaja dari kayu cendana yang dihasilkan oleh nenek moyangnya, dan tak boleh dipandangnya semakin lama, diapun dengan segera memerintahkan untuk seorang seniman untuk membuat arca resi yang sama dari batu hitam yang keindahannya sangat menakjubkan.

7. Pada tahun Saka 682, di bulan Margasira, pada Jumat, Ahad dari pertengahan bulan baru, pada kumpulan bagian-bagian bulan yang gelap dan yang terang, di Ardranaksatra, sementara horoskop menunjukkan Aquarius, maka raja yang bersemangat memerintahkan para pendeta, para ahli Weda, para pertapa, pedanda yang menyiramkan air, pertapa dan ahli-ahli, untuk mendirikan patung Kumbhayoni.

8. Pada kesempatan itu raja menghadiahkan untuk Ksrtra sapi dan sekumpulan kerbau gemuk, budak-budak lelaki dan perempuan, yang diperuntukkan untuk pemandian suci, upacara pembakaran dan persembahan kurban padi, untuk menghormati tokoh resi yang hebat dan agung.

Didirikan juga tempat tinggal kaum Brahmana, serta rumah tinggi dan indah, lengkap dengan pakaian, tempat tidur, gandum, dan padi, untuk peristirahatan untuk para tamu.

9. Apabila sanak keluarga, para putra raja dan para perdana menteri bermaksud merintangi argumen raja ini, maka mereka akan cacat karena berada di jalan yang sesat dan penuh dosa, mereka akan terjerumus ke dalam neraka dan patut di sini maupun di akhirat mereka tidak akan menginjakkan kaki di jalan pembebasan.

Jika keturunan raja dalam hal meningkatkan argumen itu dihalang-halangi, semogalah pikiran-pikiran suci bersih, pernyataan-pernyataan hormat, hadiah-hadiah dan afal patut, kurban-kurban, pelajaran Weda dan perbuatan-perbuatan patut lainnya melindungi kerajaan. Demikian bunyi perintah raja.
**(mdk/ahmad)