Empat Tuntutan Demo Banjir Lamongan

155 dibaca

Aksi mahasiswa Lamongan yang melalukan demo di depan Gedung DPRD Lamongan sebenarnya sudah kontraproduktif dengan PPKM yang kini diterapkan untuk mencegah meluasnya pandemi covid 19.

Dalam pantauan posmonews.com, mereka ini berkerumun dan bergerombol di depan gedung wakil rakyat dalam orasi dan demo banjir Bengawan Njero.

Demo yang di gawangi PMII dan beberapa warga Turi yang berdampak, menjadi tontonan sekaligus mengganggu pengguna jalan maupun orang punya kepentingan di pusat kota.

Hujan yang berlanjut selama dua pekan ini selalu siang hari hingga malam hari berdampak amat serius di dataran rendah lamongan di sekitaran Bengawan Njero dari Sekaran, ke timur Pucangro Karanggeneng, daerah Turi, Pujut hingga Lak (pintu air) Kuro.

Peristiwa rutin ini selalu melanda daerah sekitaran Bengawan Njero yang posisinya antara 1-2 dicbawah permukaan air laut.

Banyak faktor yang menyebabkan banjir ini, mari semua saling menyadari bagaimana solusi mengatasi minimal mengurangi efek banjir tahunan.

Menurut investigasi wartawan posmonews.com, ada beberapa faktor penyebab banjir tahunan ini.

1. Waduk yang di mulai dari Rawa semando (dulu di kenal dengan Solo Valey) sebagai tempat resapan penampungan air kini dangkal dan terkapling-kapling), sehingga air langsung ke timur.

Begitu seterusnya waduk penampung ke timur hingga Karang Wedoro, seakan bukan milik Negara untuk kepentingan Rakyat banyak. Tetapi dimiliki/digunakan perseorangan yang tokoh, lembaga perserikatan atau yang lainnya.

2. Saluran air sungai sedang banyak yang disewakan, sungai kecil menghilang akibat keserakahan pemilik lahan untuk sawah maupun tambaknya. Ini merupakan pembiaran atau ada deal-deal tertentu?

3. Peran masyarakat serta kesadaran masyarakat dalam membuang sampah atau bahan rumah tangga seenaknya, serta tak terkendalinya pemakaian zat-zat kimia sehingga memungkinkan meroketnya pertumbuhan gulma atau enceng gondok.

Diperparah lagi peran masyarakan bergotong royong atau kerjabakti membersihkan saluran air semakin memudar.

4. Pompa air di Desa Kuro Kecamatan Glagah harus ditingkatkan yang kini sudah 4000 liter/detik, libih tinggi dari ini. Pemerintah Kabupaten Lamongan harus memikirkannya dengan Pemprov Jatim agar cepat teratasi.

Ini semua, adalah sekelumit penyebab semakin enjoinya air kerasan mendiami tlatah sekitar Bengawan Njero. Walaupun hari senin pemkab Lamongan telah menggunakan Backhoe Amphibi untuk membersihkan enceng gondok di daerah sekitar Kali Watun Karangbinangun ke timurnya.

Ayo perlu kita galakkan kegiatan bersih-bersih sungai bersekala kedepannya di sekitaran Bengawan Njero, seperti di pertengahan tahun lalu oleh Perguruan Pencak Silat berseragam hitam melalukan Baksos bersih bersih sungai. Hal yang juga pernah dimotori Dandim 0812 Lamongan Letkol Sidik Wiyono dan Kapolres Lamongan AKBP Harun dan prajuritnya.

Faktanya hingga saat ini banjir tahunan di wilayah Bengawan Njero atau di Bonorowo ini belum bisa teratasi. Mahasiswa yang menggandeng warga di wilayah terdampak banjir ini untuk menyampaikan aspirasinya.

Dari Gedung Dewan, pendemo pun menuju ke depan Gedung Pemjab. Hingga pukul 13.00 WIB, aksi mahasiswa ini tetap panas namun sebatas orasi, karena belum ada pejabat Ekskutif yang mau menerima tuntutan para pendemo. Yang diminta adalah Bupati, wakil Bupati dan Sekda bisa menemui mereka, sehingga saat Asisten I, M.Nalikan hadir di tengah merekapun ditolak.

“Bapak Bupati sedang Rapat PPKM di Surabaya, ibu Wakil Bupati juga ada kegiatan sedangkan Sekda baru masa transisi karena baru menjabat dan berasal dari Propinsi,” kata Nalikan.

Karena tidak ada titik tenu, akhirnya pendemo mengerek spanduk yang isinya Menyegel Kantor Pemkab itu atas nama warga yang terkena Bencana Banjir di Wilayah Bengawan Njero. Selanjutnya demo ysng dimotori Syaiful Ulum dkk ini membacakan tuntutannya.

“Kami menuntut beberapa hal yang terbagi menjadi tuntutan dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang harus dilaksanakan Pemerintah dan Dinas terkait,” tegasnya.
**DANAR/ ARIFIN**