Penyakit Ditularkan Melalui Hewan

247 dibaca

• Virus Tupai dan Monyet Lebih Bahaya

Otoritas Singapura telah mengonfirmasi kasus monkeypox atau cacar monyet pertama di negara ini. Penyakit tersebut dilaporkan melanda seorang pria berkewarganegaraan Nigeria yang tiba di Singapura pada 28 April 2019.

Sehari setelah kedatangannya di Singapura, laki-laki itu tersebut menghadiri sebuah lokakarya selama dua hari. Lalu pada 30 April, ia menderita demam, nyeri otot, ruam kulit dan tubuhnya menggigil.

Dia kemudian menghabiskan sebagian besar waktunya selama satu minggu di kamar hotelnya, hingga akhirnya pada tanggal 7 Mei, ia harus dibawa dengan ambulans ke RS Tan Tock Seng. Lelaki 38 tahun itu lantas dinyatakan positif terjangkit virus cacar monyet pada 8 Mei.

Setelah menjalani perawatan intensif di ruang isolasi National Centre for Infectious Diseases (NCID), kini kondisinya sudah stabil. Demikian bunyi pernyataan rilis media dari Kementerian Kesehatan Singapura yang dikutip dari DW Indonesia.

Lalu apa penyebab pasien tertular virus cacar monyet? Berbahayakah? Bagaimana obat atau vaksin yang diberikan oleh pihak rumah sakit untuk menyembuhkannya?

Menurut keterangan yang diberikan oleh pria itu, ia mengatakan bahwa sebelum kedatangannya di Singapura, dirinya datang ke sebuah pesta pernikahan di negara asalnya, di mana ia mengonsumsi daging hewan liar di sana. Makanan ini diduga menjadi penyebab atau sumber penularan virus cacar monyet.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), dr. Anung Sugihantono, M.Kes, menyebut bahwa cacar monyet didefinisikan sebagai penyakit akibat virus yang ditularkan ke manusia melalui binatang, seperti monyet, tikus Gambia dan tupai.

Penularan pada manusia dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, lesi pada kulit atau mukosa dari hewan yang tertular virus, atau mengonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi. Namun, sangat jarang ditemukan kasus penularan dari manusia ke manusia.

Wilayah di mana kerap ditemukan penyakit cacar monyet secara global yaitu di Afrika Tengah dan Barat, seperti di Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Gabon dan Sudan Selatan.

Selain cacar monyet, berikut 7 penyakit berbahaya yang ditularkan ke manusia melalui hewan, seperti dilansir dari berbagai sumber.

1. Tikus dan Bajing

Pes atau sampar adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis. Seseorang dapat terkena penyakit ini jika digigit pinjal (sejenis serangga) yang terpapar Y. pestis, setelah serangga tersebut menggigit hewan yang terinfeksi.

Pinjal yang menularkan penyakit pes, hidup dengan mengisap darah hewan pengerat. Pes dapat berkembang secara cepat dan mengakibatkan kematian jika tidak segera diobati.

Pes merupakan penyakit zoonosis (bersumber dari binatang) yang masih memerlukan penanganan intensif. Berdasarkan organ yang terkena infeksi pes, penyakit ini dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pes pada sistem limfatik (bubonic plague), pes pada aliran darah (septicemic plague), serta pes pada paru-paru (pneumonic plague).

Gejala awal pes ditunjukkan dengan gejala mirip flu, seperti demam, yang biasanya terjadi dua hingga enam hari setelah infeksi terjadi.

Pada tahun 2015, dua pengunjung taman nasional Yosemite ditemukan tertular pes yang kemungkinan besar ditularkan oleh bajing. Pengurus kawasan wisata itu sempat menutup sebuah lokasi camping pada Agustus, setelah dua tupai yang jadi inang bakteri ditemukan mati.

Di seluruh dunia tiap tahun tercatat sekitar 300 kasus pes. Sebagian besar mewabah di Madagaskar, Republik Demokrasi Kongo dan Peru.

Penyakit ini pernah mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia pada tahun 2007, yaitu 82 kasus dengan tingkat kematian sekitar 80%.

2. Kucing dan Anjing

Kucing dan anjing kerap dianggap sebagai kawan paling erat dengan manusia. Namun, kedua hewan ini bisa jadi pembawa bakteri Campylobacter jejuni. Bakteri ini menyebabkan diare.

Selain itu, kucing juga jadi inang bakteri Bartonella, yang menyebabkan demam dan peradangan, dan toksoplasmosis yang dipicu oleh parasit protozoa (organisme bersel satu) Toxoplasma gondii yang bisa menyebabkan komplikasi pada kehamilan.

Parasit ini seringkali terdapat pada kotoran kucing atau daging yang belum matang ketika dimasak. Setelah terjadi toksoplasmosis, parasit T. gondii dapat bertahan dalam tubuh dalam kondisi tidak aktif, sehingga memberi kekebalan seumur hidup terhadap infeksi parasit ini.

Namun saat sistem imunitas tubuh melemah karena suatu penyakit atau konsumsi obat tertentu, infeksi T. gondii dapat aktif kembali dan memicu komplikasi yang lebih parah.
Saat T. gondii menyerang orang yang sehat, gejala bisa saja tidak muncul dan penderita dapat pulih sepenuhnya.

Namun pada kasus lainnya, gejala dapat muncul beberapa minggu atau gejala yang dirasakan biasanya ringan dan serupa dengan gejala flu, yaitu demam, nyeri otot, kelelahan, radang tenggorokan, serta pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala tersebut dapat membaik dalam waktu 6 minggu.

3. Sapi

Infeksi virus yang biasanya hanya muncul di kawasan pedesaan adalah cowpox atau cacar sapi. Virus ini menular lewat kotoran sapi kepada tikus yang habitatnya di tempat sapi merumput. Tikus kemudian dimakan kucing, yang lalu bermain dengan manusia. Jika kucing mencakar kita, kita bisa saja tertular virus cacar sapi.

Selain itu, cowpox juga bisa menyebar melalui kontak saat memerah susu. Setelah masa inkubasi 3-7 hari, ketika sapi mengalami demam, papula (ruam berbintik-bintik kecil) muncul di puting susu dan ambing (kelenjar dalam payudara yang mengeluarkan air susu). Orang-orang yang berkontak langsung dengan sapi yang sakit ini, akan tertular virusnya.

Penelitian baru-baru ini di Austria mengungkapkan bahwa sekitar 1 dari 6 tikus membawa virus cacar. Akibatnya, virus dapat ditransmisikan ke kucing kampung (kucing liar yang berburu tikus) dan terbukti bahwa penyakit ini dapat ditularkan ke manusia.

Mayoritas kasus berasal dari Britania Raya sampai ke Eropa, hingga ke Israel. Penyakit ini membuat penderitanya merasa risih akibat lesi dan umumnya tidak berakibat fatal, kecuali pada pasien immunocompromised atau daya tahan tubuh yang lemah.

Gejala pada cowpox biasanya mengakibatkan hanya 1 atau sejumlah kecil lesi (luka melepuh) terjadi di tangan (48%) dan wajah (33%). Mereka yang terinfeksi dapat memiliki lesi merah datar, yang menjadi meningkat dan kemudian melepuh selama 2 minggu.

Lepuh kemudian menjadi berkerak, dengan kulit di sekitarnya menjadi merah dan bengkak, serta cukup menyakitkan. Pada tahap akhir, luka mulai mengelupas dan sembuh, lantas meninggalkan bekas. Secara keseluruhan, penyakit ini akan sembuh dalam waktu kurang dari 12 minggu.

Gejala lain dari cacar sapi yaitu termasuk demam, kelelahan, muntah dan sakit tenggorokan. Keluhan penglihatan pun bisa muncul, seperti konjungtivitis (peradangan selaput lendir pada kelopak mata), pembengkakan periorbital (bengkak atau sembap di sekitar mata) dan gangguan pada kornea.

Karena cacar sapi umumnya merupakan penyakit yang mampu sembuh sendiri, pengobatannya tidak sulit. Kita akan sering merasa tidak enak badan dan membutuhkan istirahat banyak di tempat tidur atau kadang-kadang rawat inap.

4. Hewan Melata

Amfibi dan reptil peliharaan dianggap bertanggungjawab atas sejumlah besar infeksi bakteri salmonella pada pemiliknya. Sekitar 11 persen infeksi pada pasien –dalam usia di bawah 21 tahun– diakibatkan oleh iguana, kura-kura, kadal, ular, kodok dan katak.

Gejala utamanya adalah diare. Gejala bisa saja ringan, seperti mencret 2-3 kali per hari, namun juga dapat disertai dengan diare parah setiap 10 atau 15 menit. Ada pula sejumlah gejala lain seperti tinja yang disertai darah, kram perut, muntah, demam dan sakit kepala.

Kita bisa terjangkit salmonellosis (penyakit akibat salmonella) melalui makanan, terutama telur, daging sapi, daging unggas, buah-buahan, air atau susu yang terkontaminasi. Makanan yang dimasak dapat mengurangi risiko terinfeksi, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan risiko infeksi.

Salmonellosis dapat menular dari satu individu ke individu lain, jika individu ini tidak mencuci tangan setelah dari toilet.

Kebanyakan pasien akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 24 hingga 48 jam. Ia harus dikarantina atau menggunakan kamar mandi yang berbeda. Mencuci tangan sangat penting untuk mencegah penyebaran kuman.

Jika Anda mengalami demam dan infeksi serius (demam tifoid), Anda membutuhkan pengobatan antibiotik dan disarankan untuk minum banyak air demi mencegah dehidrasi.

Setelah itu, Anda bisa secara bertahap mengonsumsi makanan normal kembali. Produk susu dapat membuat diare menjadi lebih buruk, sehingga Anda harus menghindari susu selama beberapa hari.(lpn6/zi)