Mitos Larangan Makan Ikan Lele

1,218 dibaca

Karomah Kiai Boyo Pati (Syeh Abdus Shomad) Desa Medang, Glagah, Lamongan, Jatim (1)

Larangan memakan ikan lele bagi warga Lamongan memang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Khususnya di Desa Medang, Keamatan Glagah, Kabupaten Lamongan, Jatim. Mengapa demikian? Apa hubungannya dengan makam keramat Mbah Boyo Pati atau Syeh Abdus Shomad? Siapakah sosok sakti mandra guna itu?

PANTANGAN memakan dan memelihara ikan lele memang benar terjadi di Desa Medang, Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan, Jatim. Masyarakat setempat sangat sensitif jika berkaitan dengan ikan lele. Mengapa demikian?

Rumor berkembang di masyarakat, apabila ada yang memakan ikan lele maka akan mengalami rasa gatal atau penyakit kulit seperti belang-belang, meskipun kejadian tersebut dialami oleh masyarakat di luar Desa Medang. Dalam arti yang mendapatkan suami atau istri dari Desa Medang, larangan tersebut sudah mendarah daging terutama bagi keturunan Kiai Boyo Pati.

Sampai saat ini mitos tersebut masih sangat kuat diyakini oleh masyarakat Desa Medang, dan ada ritual khusus yang dilakukan peziarah tiap hari Jumat Pon ke makam Mbah Boyo Pati dari berbagai daerah.

Mitos tersebut sebagai semiologi, penanda itu menujukkan rasa gatal atau mengalami kulit belang-belang sebagai bentuk setelah mengkonsumsi ikan lele. Konsepnya agar masyarakat menjauhi ikan lele. Mitos bagi masyarakat Desa Medang adalah ingin menghargai jasa Mbah Boyo Pati, dengan tidak memakan ikan lele.

Larangan memakan atau memelihara didukung beberapa faktor, sejarah Mbah Boyo Pati, adanya makam Mbah Boyo Pati di Desa Medang, dan ritual yang dilakukan tiap hari Jumat Pon. Tak heran bila setiap Jumat Pon, makam murid kesayangan Sunan Giri itu penuh sesak oleh peziarah dari berbagai daerah di wilayah Jatim dan luar Jatim.

Ratusan kendaraan bermotor serta mobil rombongan memadati jalan-jalan setapak menuju lokasi makam murid Sunan Giri tersebut. Para peziarah bertujuan agar mendapatkan berkah setelah “nyekar” di makam keramat tersebut.

Para peziarah tampaknya tidak peduli dengan situasi pandemi wabah Covid-19. Namun pengelola makam Kiai Boyo Pati tetap menggunakan protokol kesehatan yang sudah diterapkan Pemda Kabupaten Lamongan.

Menurut Asman (50) warga setempat, makam Kiai Boyo Pati adalah makam seorang waliullah yang berjasa menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah Lamongan. Makam tersebut terletak di Desa Medang, Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan. Lokasi makam itu tepatnya di tengah persawahan penduduk setempat.

Makam Kiai Boyo Pati sangat dikeramatkan oleh masyarakat Lamongan, khususnya penduduk setempat. Hal itu disebabkan jasa dan karomah sang waliiullah begitu besar. Peziarah biasa melakukan selametan setiap satu bulan sekali. Tradisi itu biasa dilakukan pada hari Jumat Pon dari mulai pagi sampai malam hari.

Hampir setiap Jumat Pon, makam Kiai Boyo Pati sangat ramai para pengunjung baik dari daerah Lamongan, Gresik, Surabaya bahkan dari daerah lain di luar Jawa Timur. Tidak sedikit pejabat datang ke tempat keramat itu untuk ziarah dan berdoa di makam Kiai Boyo Pati. Ritual apa saja yang dilakukan? Ikuti kelanjutan tulisan kisah makam keramat Kiai Boyo Pati atau Syeh Abdus Shomad.
(zubairi indro)