Menunggu Kemunculan Bintang Tsurayya

232 dibaca

PANDEMI virus corona (COVID-19) yang melanda dunia mepengaruhi kehidupan banyak orang di berbagai negara, dengan penerapan berbagai kebijakan untuk mencegah penyebaran wabah mematkan tersebut.
Jumlah kasus virus corona (COVID-19) di Indonesia hari ini, Sabtu(25/4/20) mencapai 8.607. Jumlah pasien sembuh corona ada 1.042 orang dan meninggal 720 orang.
Hal tersebut disampaikan juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers yang ditayangkan saluran YouTube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu (25/4/2020).
Sedangkan dikutip dari Worldometer, total pasien terkonfirmasi positif corona atau Vovid-19 di seluruh dunia mencapai 2.827.069 orang per Sabtu 25 April 2020. Dengan rincian 196.948 orang di antaranya meninggal dunia dan 780.083 orang lainnya dinyatakan sembuh.
1,85 juta pasien sisanya masih dalam perawatan rumah sakit maupun karantina mandiri.
Berdasarkan fakta itu, muncul pertanyaan mengenai kapan wabah ini berakhir? Untuk skala nasional di Indonesia, ahli kesehatan masyarakat, Prof. Hasbullah Thabrany memprediksi penyebaran virus corona baru akan berakhir pada Mei 2020. Syaratnya, masyarakat harus disiplin melakukan jaga jarak fisik (physical distancing) sebagaimana imbauan pemerintah.
Namun prediksi itu bisa meleset jauh jika warga mengabaikannya. “Tidak kontak face to face, ada teknologi modern kita bisa ketemu (di situ). Jangan sampai orang lain menjadi korban kalau kita egois,” ujarnya dalam bedah fakta dan mitos seputar virus corona lewat streaming di Facebook pada Jumat (3/4/2020) sebagaimana dikutip dari laman iNews.
Anjuran lainnya untuk mempercepat pengentasan wabah corona adalah mencuci tangan menggunakan air dan sabun, tidak menyentuh area wajah seperti hidung serta mulut, menjaga daya tahan tubuh, rajin beraktivitas fisik, dan istirahat yang cukup.
Sementara Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), dr Syahrizal Syarif mengatakan wabah corona akan berakhir jika tidak ada kasus yang tercatat hingga 28 hari ke depan.
“Jika hari itu sudah tidak ada kasus, kita tunggu hingga 28 hari ke depan. Kalau angkanya tetap nol, berakhir, wabah sudah berakhir,” kata Syahrizal beberapa waktu lalu di Jakarta sebagaimana dikutip dari laman NU online.
Pria yang pernah menjadi Tim Pakar Nasional penanggulangan virus SARS di China pada 2003 silam ini melanjutkan, jika masih ditemukan kasus, maka perhitungan 28 hari dimulai dari ketika kasus tersebut ditemukan lagi dan seterusnya.
Pemerintah Indonesia sendiri memperpanjang masa darurat nasional wabah corona hingga 29 Mei 2020. Berdasarkan tanggal tersebut, Syahrizal memprediksi pucak wabah corona pada akhir April 2020. “Ketika saat itu memuncak, selanjutnya mengalami penurunan hingga kemungkinan berakhir pada akhir Mei 2020,” ujarnya.
Menurut Syahrizal, perkiraan masa puncak sangat dipengaruhi langkah-langkah penanggulangan yang dilakukan pemerintah dan kerja sama masyarakat untuk menanggulanginya. Ia berharap pemerintah dan masyarakat tidak pesimis memerangi penyakit ini.“Saya tetap berharap kasus COVID-19 ini bisa mulai turun di angka kurang dari 40 hari,” tuturnya.

Ilmu Falak
Di sisi lain Pakar Hisab dan Rukyat KH Muhammad Thobary Syadzily memberikan perhitungan berdasarkan ilmu falak (astronomi) dan ilmu hikmat As-Sirrul Jalil.
“Insya Allah wabah virus Corona ini akan berakhir dan akan diangkat oleh Allah ketika muncul Bintang Tsurayya atau Bintang Kartika atau Bintang Tujuh Bersaudari. Yaitu, sekitar pertengahan bulan Juni 2020 waktu shubuh di Buruj Sarathan (سرطان) atau Cancer,” ujarnya. Sebagaimana dilansir dari laman Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (JATMAN) pada Selasa 12 April 2020.
Kiai Thobary juga membagikan prediksinya ini melalui laman akun Facebook pribadinya. Ia menjelaskan bahwa dalam ilmu astronomi, bintang Tsurayya atau Bintang Kartika adalah gugusan bintang-bintang yang paling kaya dengan kandungan logam.
Dalam piringan galaksi spiral, bintang itu hanya terdapat dalam lengan-lengan spiral. Mereka adalah bintang-bintang termuda Bimasakti.
Adapun bintang-bintang Cepheid klasik masuk ke dalam golongan bintang muda itu. Chepeid bintang yang mengembang dan mengempis secara periodis sehingga kecemerlangannya berubah-rubah.
Ketika dalam posisi gugus terbuka (open cluster) muda, maka disebut juga gugus galaktik (galactic cluster). Gugusan ini berupa kumpulan ratusan hingga ribuan bintang di piringan galaksi, misalnya gugus Pleiades di rasi Taurus.
Kepastian tentang pengaruh kemunculan bintang Tsurayya terhadap berakhirnya wabah corona, menurut cicit dari Syekh Nawawi Al Bantani ini, sedikitpun tidak berpengaruh ataupun berdampak (تأثير) karena hakekat yang mempunyai ta’tsir adalah Allah SWT sebagai Muatstsir (مٶثر).
Kiai Thobary menjelaskan lebih lanjut bahwa setiap wabah yang diturunkan Allah SWT ke muka bumi sudah menjadi tradisi zaman. Waktu berakhirnya pun telah ditentukan oleh Sang Penciptanya.
“Oleh karenanya, kita harus ikhlas, ridha dan sabar menerimanya sambil berikhtiar. Ikhtiar dilakukan dengan berbagai cara untuk menangkalnya baik secara lahir maupun batin,” tulis sang kiai.
Lalu bagaimana dengan prediksi akhir wabah corona secara global atau di tingkat dunia?
Kepala Bagian Penyakit Menular di Universitas Maryland Upper Chesapeake Health, Faheem Younus mengatakan sulit untuk memprediksi akhir wabah corona, sebab ini merupakan jenis virus baru.
Dilanisar dari laman Women’s Health, Younus menilai wabah bisa berakhir saat masyarakat memahami cara menghadapinya dan ketika vaksin telah dikembangkan dan didistribusikan.
Para peneliti melihat sejarah wabah penyakit di masa lalu untuk membuat prediksi awal tentang kapan serangan virus corona berakhir. Pada masa lalu, wabah penyakit bisa berlangsung antara 12 hingga 36 bulan.
Contohnya pada 2009 terjadi pandemi flu H1N1. WHO mengumumkan pandemi flu babi tersebut pada Juni, lalu pada pertengahan September 2010, FDA menyetujui empat vaksin untuk virus itu, dan mereka mulai diberikan pada Oktober 2010. Pada akhir Desember, vaksinasi dilakukan untuk siapa saja yang menginginkannya, dan pandemi dianggap berakhir pada Agustus 2010.(za/berbagai sumber)