112 Tenaga Medis Bontang Jalani Rapid Test

190 dibaca

Bocah berusia 8 tahun meninggal dinia di RSUD Taman Husada Bontang. Sebelumnya, pasien dinyatakan positif Covid-19 hasil rapid test. Sebelum dirujuk ke RSUD Taman Husada Bontang, pasien menjalani perawatan di Rumah Sakit Islam Bontang (RSIB) sejak 7 April 2020.
Karena kondisinya terus memburuk kemudian dirujuk ke RSUD Taman Husada pada 23 April 2020. Perawatan rujukan dilakukan karena kondisi pasien alami perburukan yang cepat. Sehari menjalani perawatan, pasien meninggal dunia.
Namun, orang tua pasien diduga berbohong soal riwayat perjalanan. Sebab, saat menjalani perawatan di RSIB, orang tua pasien tak mengaku jika pernah lakukan perjalanan ke Jakarta.
Hal ini membuat pelayanan rumah sakit, baik di RSIB maupun di rumah sakit umum, berjalan seperti biasa. Perawat dan dokter tidak menggunakan pelindung diri yang memadai untuk mengantisipasi penularan Covid-19.
Wali Kota Bontang, Neni Moernaeni menyebutkan, sebanyak 112 tenaga kesehatan dari dua rumah sakit itu jalani rapid test. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dampak penularan dari interaksi dengan pasien itu secepat mungkin.”112 nakes (tenaga kesehatan) sudah menjalani rapid test, masih menunggu hasilnya,” kata Neni saat dikonfirmasi, Sabtu (25/4/2020).
Sementara sejumlah pelayanan di dua rumah sakit itu juga ditutup. Penyemprotan disinfektan juga dilakukan intensif setelah kabar pasien yang sempat mereka rawat ternyata positif Covid-19 hasil rapid test.
Neni menjelaskan, PDP berusia delapan tahun yang meninggal itu punya banyak penyakit bawaan. Dia menyebut ada 11 penyakit bawaan.
“Komorbid-nya antara lain CKD stage failure, Edema paru, ARDS, Sepsis, Anemia, Trombositopenia, Hiperkalemia, Uremia, CMV congenital, Epilepsi, dan Global developmental delay,” sebut Neni.
Seperti dilansir KLIKKALTIM.COM orang tua anak yang meninggal mengaku tidak berbohong.”Saya tidak bohong,” demikian pernyataan yang berkali kali ditegaskan Al, ayah dari anak 8 tahun pasien positif covid-19 yang meninggal dan dimakamkan jumat. (24/4).
Melalui pesan whatsapp, ia membeberkan kronologi dan riwayat medis anaknya hingga dinyatakan positif rapid test oleh tenaga medis RSUD Taman Husada.
Ia mengakui menjalani dinas luar ke Jakarta pada 16 sampai dengan 19 Maret 2020 bersama dengan ketujuh pegawai lainnya. Setiba di Bontang, ia pun melapor pada PSC Covid-19 Kota Bontang via whatsapp.
Atas laporannya, admin call centre menyarankan Al menjalani karantina mandiri selama 14 hari hingga tanggal 2 April 2020.
Selama karantina mandiri, Al mengaku sangat disiplin menerapkan social & phisical distancing di rumah.
“Sebelum tiba di Bontang saya sudah meminta istri saya menyiapkan kamar khusus, alat mandi, alat makan sendiri. Bahkan mandi pun saya menggunakan kamar mandi sendiri, “bebernya.
Selama 14 hari. Al mengaku hanya keluar untuk berjemur di teras rumah. Ia juga tidak pernah berinteraksi dengan istri dan 3 anaknya mesti tinggal satu atap.”Istri dan 3 anak berada di kamar lain. Jadi selama karantina tidak pernah interaksi. Pokoknya saya disiplin. Hanya keluar kamar kalau berjemur. Sampai sampai asam lambung saya kambuh,” tegasnya.
Baru setelah ada pesan whatsapp dari admin PSC, Al berani melanjutkan aktivitas hingga berkantor. Berikut isi pesan whatsapp PSC Covid-19.
“Bapak ibu yang kami hormati, hari ini anda telah melewati masa isolasi mandiri dan dapat beraltifitas seperti semula namun tetap disarankan social distancing, berperilaku hidup bersih dan sehat, mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, istirahat cukup, apabila anda mengalami penurunan kesehatan silahkan hubungi call centre kami kembali.”
Seiring berjalannya waktu, putra kedua Al, harus masuk rumah sakit dan dirawat pada 6 April 2020. Saat mendaftar dan mengambil badge jaga, pihak sekuriti rumah sakit memang menanyakan terkait riwayat perjalanan.
“Securìty bertanya apakah memiliki riwayat perjalanan selama 2 minggu terakhir. Karena saat itu sudah tanggal 6 April (sudah 18 hari sepulang dari Jakarta, red) ya saya jawab tidak ada. Jadi mohon maaf, tidak benar kalo saya dibilangi tidak jujur memberikan keterangan ke pihak rumah sakit,” jelasnya.
Hasil diagnosa dokter anak Al diketahui sakit ginjal dan harus dirujuk ke AW Syaharanie Samarinda namun sebelumnya harus dengan rujukan RSUD Taman Husada. Saat di RSUD, kondisi sang anak sudah kritis. “Di RSUD anak saya melalui rapid test dulu, sampai 3 kali diperiksa baru diketahui positif Covid-19. Kondisinya sudah sangat drop,” paparnya.
Al mengaku sudah sangat ikhlas. Namun ditengah kedukaannya, ia mengaku tetap sabar menghadapi stigma Covid-19, dan banyaknya bully terhadapnya.”Nanti Allah yang memahamkan masyarakat,”kata dia singkat.(za/kk)