Masyakat Menyebut Gedung “Abang”

293 dibaca

Sekilas Klenteng Hok Siang Kiong dilihat memang kurang menarik, namun siapa sangka bangunan dengan gapura berwarna merah menyala yang terletak diantara pasar tradisional kota Mojokerto memiliki nilai sejarah yang tinggi. Berikut ini kisahnya.

Beberapa orang orang mengenalnya dengan sebutan Klenteng Jl. Niaga, ada pula yang menyebutnya dengan nama Klenteng Pasar. Bahkan ada yang menyebutnya ‘gedong abang’ (bangunan/gedung merah-red). Karena  memiliki warbna  merah menyala. Khas Tiongkok.

Masyarakat  menyebut  klenteng tersebut dengan alasan untuk mempermudah saja. Tujuannya  untuk mempermudah komunikasi dengan orang lokal. Sebab Klenteng yang berada tepat di belokan antara Pasar Tanjung, Jalan Niaga ini merupakan patokan bagi mereka yang kesusahan saat mencari sebuah alamat.

Namun Klenteng ’ tersebut sejatinya bernama Klenteng Hok Siang Kiong. Bangunan berwarna merah hijau dan kuning keemasan mirip dengan warna tempat peribadatan umat Tri Dharma pada umumnya. Sayangnya, tidak banyak warga lokal mengetahui muasal berdirinya klenteng yang saban tahun selalu dibanjiri warga karena terkenal sering bagi-bagi angpao. Terutama pada saat hari besar umat Tri Dharma.

Adapun fungsinya, Klenteng Hok Siang Kiong merupakan tempat ibadah bagi umat beragama Kong Hu Cu. Khususnya bagi masyarakat Mojokerto yang beragama Kong Hu Cu maka akan beribadah di Klenteng Hok Siang Kiong yang  didirikan pada jaman Belanda.

Klenteng yang menjadi tempat ibadah umat Kong Hu Cu kawasan kota Mojokerto, yang berada di Jl. Residen Pamudji kota mojokerto, sekitar 800 meter dari arah alun-alun Mojokerto ini didirikan pada tahun 1823. Ciri khas bangunannya adalah bentuk arsitekturnya bercorak khas Cina. Klenteng ini dicatat sebagai salah satu bangunan yang bersejarah di kota Mojokerto.

Selain umat Kong Hu Cu, klenteng ini juga sering dikunjungi oleh banyak orang yang mengagumi gaya arsitekturnya. Saat pertama memasuki klenteng yang telah berusia 193 tahun cukup menarik. Karena masih memiliki nuansa klasik..

Begitupula dengan suasana religi terasa sekali,  Ketenangan serta kenyamanan dalam menjalankan ibadah, akan merasakan suasana yang benar-benar berbeda. Peninggalan sejarah ini merupakan potensi wisata ziarah dan budaya kota Mojokerto.

Disekitar klenteng Hok Siang Kiong pengunjung juga bisa berjalan-jalan sejenak untuk sekedar menikmati bangunan-bangunan tua dengan cirri khas kota Mojokerto itu sendiri, deretan toko yang berjualan aneka kebutuhan dan disebelah klenteng Hok Siang Kiong juga terdapat pasar Tanjung sebagai pusat belanja kebutuhan rumah tangga, sayur dan buah-buah dan tentunya oleh-oleh khas Mojokerto.

Keberagaman Agama

Tidak bisa dipungkiri, selain ciri khas yang sangat menonjol pada bangunan Klenteng dengan arsitektur yang berkonsep Cina, suasana dalam klenteng juga terasa begitu asri. Mengingat ruangannya cukup tertata rapi.

Oleh karena itu, Klenteng Hok Siang Kiong menjadi bukti/tanda bahwa kota Mojokerto dari dulu maupun sampai sekarang memiliki keragaman agama, budaya bangsa dan tentunya saling menjaga toleransi antar umat beragama yang berada di Mojokerto Sehingga terciptanya keberagaaman dan keharmonisan antar masyarakat atau antar umat beragama sampai saat ini dan harus selalu dijaga.

Apalagi di zaman reformasi, dimana pemerintah memperbolehkan klenteng mengadakan berbagai kegiatan. Bahkan telah diakui sebagai agama  di Indonesia sejak Presiden Gus Dur. Berbagai kegiatan digelah mulai dari  yang bersifat religi  maupun sosial. Cahya