Khidiran, Ritual Pengawal Haul 125 KH. Sholeh Tsani

147 dibaca

▪︎Disajikan Makanan Khas Bubur Ketan Tujuh Macam

▪︎GRESIK — POSMONEWS.COM,-
Puncak peringatan Haul ke-125 KH. Sholeh Tsani, Pondok Pesantren Qomaruddin (YPPQ), Sampurnan, Bungah, Gresik, Jawa Timur, ada kegiatan “khidiran”. Lantas apa sebenarnya ritual khidiran tersebut?

Dikutip situs resmi YPPQ: Qomaruddin.com, menyebutkan
selama ini masyarakat menyangka bahwa pembuka rangkaian Haul ke-125 KH. Sholeh Tsani atau “Haul Bungah” adalah Lailatul Qira’ah.

Namun, pelaksanaan Haul ke-125 KH. Sholeh Tsani, tahun 2023 ini terjadi perubahan, banyak juga yang mengira bahwa pembuka rangkaian Haul adalah tadarus Alquran bil ghoib. Anggapan ini tidak sepenuhnya salah, namun kurang tepat. Ritual pembuka Haul selama ini sebenarnya adalah ritual internal yang dikenal dengan istilah “Khidiran”.

Lantas dari mana nama istilah ritual “khidiran” tersebut? Apakah ada kaitannya dengan Nabi Khidir?

Dalam sambutan Pengasuh Pondok Pesantren Qomaruddin, KH. M. Ala’uddin, menjelaskan bahwa bacaan-bacaan dalam “Khidiran” adalah ijazah dari Nabi Khidir yang disampaikan kepada Kurz bin Wabrah, salah satu tabi’in dari Kufah yang dikenal luas kewaliannya.

Mengutip Qūt al-Qulūb dan Iḥyā’ ‘Ulūmuddīn, Kiai Ala’uddin menyampaikan lebih lengkap kisah kemunculan wirid ini. Dalam kedua rujukan tersebut, dijelaskan bahwa Imam Kurz didatangi seorang teman beliau dari Syām (sekarang Syiria). Teman tersebut kemudian menghadiahi sebuah wirid yang didapatkannya dari seorang wali besar lainnya, yaitu Ibrāhīm al-Taymī.

Ibrāhīm ini lah yang mendapatkan wirid ini dari Nabi Khidir. Suatu hari ketika beliau beribadah di depan Ka’bah, beliau ditemui seseorang berbaju putih bersih.

Orang asing ini kemudian memberi beliau hadiah berupa bacaan wirid untuk ia baca setiap pagi dan sore. Setelahnya, beliau mengaku diri sebagai Nabi Khidir. Ketika ditanya tentang faidah wirid ini, Nabi Khidir mempersilakan Syaikh Ibrāhīm untuk bertanya langsung kepada Nabi Muhammad SAW.

Kisah berlanjut dengan Syaikh Ibrāhīm yang dipersilakan masuk surga dan bertemu tujuh puluh malaikat dan tujuh puluh nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW.

Saat itulah Syeikh Ibrāhīm mendapatkan jawaban dari Nabi, dan benar saja, itulah faidah wirid yang dihadiahkan Nabi Khidir tersebut: Nikmat masuk surga dan bertemu para nabi kekasih Allah SWT.

Wirid tersebut kemudian dikenal dengan al-musabbi‘āt al-‘asyrah (sepuluh bacaan yang dibaca masing-masing tujuh kali).

Berbeda dengan al-musabbi‘āt yang sering dibaca selepas Salat Jumat, wirid Nabi Khidir ini dimulai dari Surat al-Nās dan bergerak ke depan hingga Surat al-Kāfirūn. Di luar surat-surat ini, hitungan sepuluh dilengkapi dengan shalawat dan beberapa doa.

Namun, berbeda dengan anjuran Nabi Khidir, di Sampurnan pada periode awal, wirid ini dilaksanakan pada tengah malam. Waktu pembacaan wirid ini kemudian digeser menjadi bakda salat Maghrib dan tahun 2023 ini dilakukan bakda salat Isya’.

Ritual Khidiran ini dilakukan di ndalem pengasuh utama dan dihadiri oleh para keluarga dibantu juga warga yang tinggal di sekitar pondok (first circle).

▪︎Bubur Ketan Tujuh Macam

Menariknya saat itu juga terdapat sajian makanan khas masyarakat Sampurnan. Apa itu? Berupa sajian bubur dan ketan terdiri dari tujuh macam.

Menurut KH. Ala’uddin di momen lain, sajian ini terdiri dari bubur putih dengan topping telur dadar, bubur merah dengan topping santan kental, ketan putih dengan topping kelapa merah manis, dan ketan kuning. Lebih menarik lagi, semua masakan ini dimasak tanpa garam.

Lebih menarik lagi, semua hidangan ini harus dimasak oleh kaum perempuan yang setiap hari bisa beribadah tanpa gangguan datang bulan. Tidak hanya itu, Jaum Hawa itu juga harus berpuasa makan dan bicara sebelum memasak semuanya.

Selama tahun-tahun sebelumnya, perempuan terpilih tersebut adalah Ny. Hj. Lilik, istri KH. Abdul Fattah Sholih. Namun, karena kondisi fisik dan kesehatan beliau, kini peran tersebut digantikan oleh Ny. Hj. Ahsanatul Munawwaroh, istri dari KH. Kholil Karim.

Begitu juga berbeda dari tahun sebelumnya, pada Haul tahun 2023, Khidiran dipimpin oleh Gus M. Minanurrohman, putra keempat dari alm. KH. Ahmad Bukhori Hadi, Pengasuh Pondok Pesantren an-Nafi’iyah. Warisan-warisan tradisi semacam ini tetap terjaga lestari.

Menurut keterangan keluarga ndalem (YPPQ, red) ritual Khidiran menjadi penanda resmi (internal) dimulainya kerja para panitia Haul Bungah.

Sebegitu sakralnya Khidiran ini, sampai-sampai beredar ungkapan “nek ga Khidiran, yo gak sido Haul”.

Namun, secara umum, tujuan Khidiran adalah agar mendapatnan barokah bacaan wirid dan Nabi Khidir mengalir pada keluarga besar Pondok Pesantren Qomaruddin. Semoga barokah tersebut juga meluber pada semua santri dan masyarakat yang hadir dalam Haul ke-125 KH. Sholeh Tsani.▪︎[A-6/YPPQ]