Menunggu 12 Tahun, Mbah Jo, Tukang Pijat Asal Lamongan Berangkat Haji

347 dibaca

▪︎LAMONGAN – POSMONEWS.COM,-
Tahun 2023 ini sebanyak 1.574 Calon Jamaah Haji (CJH) Kabupaten Lamongan siap berangkat ke tanah suci sebagai tamu Allah.

Sebagai bekal pemantapan ibadah haji tahun 1444 H/ 2023 M, sebanyak 1.574 Calon Jamaah Haji (CJH) Kabupaten Lamongan telah mengikuti manasik haji massal yang diselenggarakan Kementerian Agama Kabupaten Lamongan di Masjid Namira, Minggu (14/5).

CJH dari Lamongan terbagi jadi 3 kloter yakni kloter 19,20 dan 21 yang direncanakan masuk asrama haji tanggal 30 Mei 2023 dan berangkat tanggal 1 Juni 2023. Kami juga akan memberangkatkan 28 petugas haji yang terdiri dari nakes, petugas kloter hingga pembimbing ibadah yang akan mendampingi para jamaah selama di tanah suci.

Dari sejumlah jamaah haji yang berangkat ini, ada nana Panijo (Mbah Jo), pria tukang pijat asal Dusun Jagul, Desa Sendangrejo, Kec. Lamongan kota yang akhirnya bisa menunaikan rukun Islam yang ke-5 ini.

Dalam perbincangan dengan posmonews.com, pasca syukuran berangkat haji di rumahnya, Mbah Jo memaparkan kisahnya, bekerja keras, dan menabung demi cita-citanya menuju tanah suci.

Mbah Jo berkisah sejak tahun
1982, dari kota soto ia merantau ke Surabaya. Bekerja dari Kuki bangunan, tukang batu dan tukang becak. Lalu ia mulai belajar memijat secara otodidak, karena ada turunan dari mbahnya yang Ahli Pemijatan, konon bernama Mbah Singorejo.

Pepatah “Sapa temen bakal tinemu”, Mbah Jo menemukan jalan kesuksesannya. Dengan profesinya itu sejak tahun 1994, mulai moncer.

Suatu pengalaman berharganya adalah saat ia memasih jadi kuli bangunan, ada seorang WNI keturunan (Tionghoa) sakit stroke puluhan tahun. Mbah Jo yang bekerja di samping rumah itu pun meminta izin pada keluarga su sakit untuk memijatnya. Dan kuasa Allah, si pasien itu sembuh, sehat dan normal kembali.

Lalu berkabarlah orang itu pada kelurganya, famili, rekan-rekannya sehingga dari gethok tular ini pasien Mbah Jo sangat banyak di kalangan WNI keturunan itu.

Bahkan makin berlanjut kesuksesan itu, setelah ia bersama rekannya membentuk
Jamaah Tauihid di daerah Kapas Madya. Pasien Mbah Jo sangat banyak sehingga ia bisa mengais rezeki yang cukup.

Tahun 1996-1997 bersama 4 orang jamaah yang juga tukang pijat yang ia ajari itu, berhasil mendirikan sebuah Pondok Serbaguna untuk Ngaji juga Pengobatan. Setiap hari ribuan orang datang untuk berobat.

Dari hasil memijat itulah Mbah Jo pun bisa menyekolahkan putra-putrinya hingga sarjana. Membeli tanah, sawah dan membangun rumah. Lalu ia pun mendaftar haji bersama sang istri di tahun 2011.

Sayang saat ia mendapat panggilan haji, istri Mbah Jo yang bernama Nirah dalam keadaan sakit. Sehingga jatah hajinya harus digantikan putri pertamanya, Juma’iyah.

“Saya balik pulang kampung ke Lamongan, saat itu sebelum Covid. kurang 2 Minggu, hingga sekarang sudah tidak ke Surabaya lagi. Namun karena banyak yang sudah kenal baik, pasien itu datang ke rumah. Kalo Surabaya cukup banyak, dan beberapa dari Luar pulau hingga Ternate, dan Papua,” tuturnya.

Di akhir kisahnya, Mbah Jo berharap dengan ibadah haji itu ia bisa makin meningkatkan kehidupan dan ilmu agamanya.

“Ya harapannya, ibadah haji saya bisa lancar. Dan diberi panjang umur, bahagia dunia akhirat,” tegasnya.▪︎[DANAR SP]