Transformasi Perbudakan setelah Jatuhnya Kekaisaran Romawi

412 dibaca

▪︎POSMONEWS.COM,-
Pada abad ke-3 dan ke-6, otoritas politik Kekaisaran Romawi di Barat mulai melemah dan akhirnya jatuh. Setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat, muncul kerajaan-kerajaan kecil di bekas wilayah taklukan Romawi yang dikuasai oleh suku barbar.

Seperti yang sudah diketahui, perbudakan memegang peranan penting di kekaisaran. Lalu apa yang terjadi dengan perbudakan setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi?

▪︎Transformasi Budak

Di zaman Romawi budak dimanfaatkan untuk pertanian, maka setelah kejatuhan Romawi, semuanya pun berubah. Pertanian Romawi bertranformasi menjadi permukiman khas abad Pertengahan.

Sebagian tanah pertanian tetap dipertahankan untuk menghasilkan produk. Hasil pertanian tersebut kemudian diangkut dan dijual ke pasar. Budak tetap mengelola tanah pertanian. Jika di zaman Romawi hak budak dirampas, lain halnya di Abad Pertengahan.

“Secara bertahap mereka memperoleh beberapa hal namun terbatas,” tutur Andrei Tapalaga di laman Medium dan dilansir dari Nationalgeographic.co.id.

Budak pun dibedakan menjadi dua macam. Budak rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga. Jumlah mereka lebih sedikit. Budak ini tinggal di tempat yang lebih baik dan menerima makanan yang lebih baik. Mereka terkadang bisa bepergian dengan keluarga majikan. Dalam banyak kasus, sistem kelas dikembangkan dalam komunitas budak.

Sebagian besar dari mereka bekerja di perkebunan dan pertanian. Seperti di zaman Romawi, budak ini tidak memiliki kebebasan atau hak apa pun. Satu-satunya hal yang akan mereka terima adalah satu kali makan sehari dan air.

▪︎Fenomena Baru Terbentuk

Untuk mendukung produksi, dalam periode penurunan drastis populasi, terjadi fenomena baru: penjajahan. Perkebunan besar tua dipecah menjadi perkebunan-perkebunan kecil yang dikerjakan oleh orang bebas. Mereka dipaksa untuk membayar pajak.

Uskup Spanyol Isidore dari Seville pada abad ketujuh menulis, “para pemukim (budak) dikumpulkan bahkan dari daerah yang jauh. Mereka harus membayar sebagian buah kepada pemiliknya. Namun, mereka dapat pergi dan menetap di tanah lain, untuk mencari kondisi yang lebih baik.”

▪︎Agama Berperan Penting

Fenomena ini sering terjadi pada masa kepausan Gregorius I. Ia mengizinkan para budak bekerja di tanah gereja yang luas dengan kondisi yang sangat menguntungkan. Karena kondisi ini, gereja tidak menyebut mereka sebagai budak tetapi sebagai petani.

“Pasalnya, gereja tidak mengakui perbudakan,” tambah Tapalaga.

Paus Gregorius I pun memaksa pemungut cukai untuk tidak menyentuh produk yang diperoleh petani di kebun mereka sendiri. Hasil pertanian itu dicadangkan untuk kelangsungan hidup atau perdagangan kecil yang menguntungkan petani.

Kejatuhan Romawi berefek pada perdagangan dan menurunnya kualitas barang di Eropa
Karena banyak masalah yang melanda Kekaisaran di tahun-tahun berikutnya, Kekaisaran Romawi dipecah oleh orang-orang barbar. Alhasil, banyak kerajaan-kerajaan kecil bermunculan.

Mungkin efek paling jelas dari kejatuhan Romawi adalah perdagangan. Jalan Romawi tidak lagi dipertahankan dan pergerakan besar barang yang dikoordinasikan dan dikelola oleh Romawi pun jadi berantakan.

Jelas bahwa kualitas barang di seluruh Eropa menurun secara signifikan setelah jatuhnya Romawi. Sebelum runtuh, tembikar berkualitas tinggi dari Afrika dengan mudah ditemukan di atas meja warga Romawi di Italia.

Sejarawan Brian Ward-Perkins bahwa tembikar pasca-Romawi memiliki kualitas sangat buruk. Bejana yang dihasilkan berpori dan sangat rapuh. Semua tembikar itu seakan dibuat oleh para peserta kursus tembikar.

▪︎Arsitektur Romawi Perlahan Menghilang

Perhatikan juga bahwa pengambilalihan barbar itu sendiri menyebabkan masalah ekonomi. Jordanes, seorang sejarawan kuno, menyebutkan seberapa sering orang barbar menjarah permukiman.

Runtuhnya ekonomi dan ditambah dengan invasi asing menyebabkan banyak arsitektur Romawi klasik hilang. Sayangnya, bebatuan mewah era Romawi diganti dengan struktur kayu sederhana.

Munculnya feodalisme di Eropa
Jatuhnya Romawi juga membuka jalan bagi bagian besar lain dari sejarah Eropa: feodalisme. Ketika Romawi jatuh, Eropa jatuh ke dalam keadaan perang terus-menerus. Raja-raja baru tidak hanya ingin memajaki penduduknya, tetapi juga ingin mereka berperang selama masa perang. Praktik ini, tentu saja, tidak populer.

Raja-raja baru mengizinkan pemilik tanah untuk membentuk pasukan kecil sendiri yang dapat dipanggil raja untuk mempertahankan kerajaan. Sistem ini juga memberikan perlindungan lokal dari siapa saja mungkin ingin menjarah tanah, seperti Viking atau Magyar. Ini akhirnya berkembang menjadi sistem feodalisme mendominasi Eropa abad pertengahan.

Feodalisme membantu mencegah pemerintah terpusat yang kuat lainnya, seperti Romawi, terbentuk di Eropa selama ratusan tahun. Meskipun bersumpah setia kepada raja, para pemilik tanah itu membagi tanah mereka kepada orang-orang yang bersumpah setia kepada mereka.

Tentu saja hal ini menciptakan pemerintahan terdesentralisasi yang rentan terhadap konflik internal. Feodalisme juga semakin melemahkan perdagangan dan pembangunan ekonomi di Eropa. Budak mengerjakan tanah terikat pada tanah dan dilarang membuat infrastruktur ekonomi tanpa izin tuannya. Budak harus membayar pajak untuk menggunakan infrastruktur dan sumber daya, namun mereka tidak mendapat hak istimewa untuk mengembangkan tanah.

▪︎Agama Menjadi Legal

Ekonomi Eropa abad pertengahan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan era Romawi. Namun, ada peningkatan dan penguatan yang signifikan dari badan-badan keagamaan setelah jatuhnya Romawi.

Pada awalnya, agama Katolik dilarang di Romawi dan penganutnya dianiaya oleh banyak kaisar seperti Nero dan Diocletian. Namun, pada tahun 313 Masehi, Katolik menjadi legal di bawah Pemerintahan Konstantinus Agung, kaisar Kristen pertama.

Menggunakan pengaruhnya sebagai Kaisar, Konstantinus menetapkan proses dan standar yang memberikan stabilitas kepada gereja awal. Di bawah perlindungannya dan pilih kasih, Kekristenan berkembang di bawah Konstantinus.

Sebagai orang ahli dalam bidang politik dan administrasi, Konstantinus juga memengaruhi kerja internal gereja agar lebih stabil.

Ketika hukum dan ketertiban diberikan Romawi menghilang, orang-orang Eropa mulai mencari bimbingan dari gereja. Ini membuka jalan bagi dominasi gereja di Eropa abad pertengahan.
Meskipun kejatuhan Romawi menciptakan banyak masalah bagi Eropa abad pertengahan.

Dibutuhkan waktu hingga satu milenium sebelum peradaban lain dapat menyaingi ukuran, kompleksitas, dan kecanggihan Romawi.

Sampai saat itu, Eropa menderita kekeringan intelektual, kurangnya pertumbuhan dan kemakmuran. Kejatuhan Romawi diperlukan agar dunia menjadi seperti sekarang ini. Namun harus diakui jika kejatuhan Romawi merupakan suatu tragedi.▪︎(ZA/AHM)