Kisah Jerih Payah Perwira Polisi Bangun Pondok Pesantren

272 dibaca

Kisah jerih payah seorang perwira polisi membangun pondok pesantren, memiliki cerita kehidupan inspiratif dan patut ditiru.

Seorang perwira polisi asal Polda Lampung, Agus Runcik, baru-baru ini membagikan ceritanya di depan Brigadir Jenderal Polisi, Mardiaz Kusin. Usut punya usut ia tengah membangun sebuah pesantren.

Lalu seperti apa jerih payah yang sudah dilakukan? Simak lanjutan ulasan berikut ini.

Agus Runcik ternyata juga sempat menjadi seorang kepala sekolah di salah satu sekolah yang dikatakannya hampir tutup dan berhenti beroperasi. Hal ini berawal dari seorang guru yang memanggilnya dan memintanya untuk menjadi kepala sekolah.

Dengan senang hati, Agus menerima tawaran tersebut dan dikatakan selama memimpin sekolah yang hampir tutup itu para tenaga pendidik hampir sering tak mendapat gaji, kecuali jika ada orang tua atau wali murid yang bersedekah.

“Alhamdulillah setelah beberapa tahun jenderal sekolah ini bisa menampung ratusan siswa. Setelah itu kami bersama-sama mencari gaji, kadang ada yang gaji kadang enggak ya jenderal. Namanya transmigrasi kekuatannya masih sangat kurang baik, kadang-kadang ada orang tua yang sodakoh,” paparnya kepada Mardiaz seperti dalam tayangan Youtube Kisah Inspiratif Seputar Setukpa.

Dibangun dari Nol

Lebih lanjut ia membagikan cerita bahwa dirinya juga menjadi salah seorang ketua di pesantren Bahrul Ulum. Agus mengaku bahwa pesantren tersebut tengah dibangun bersama-sama sedari nol.

Semua dilakukan tentu dengan perjuangan. Hingga pada akhirnya kini pesantren tersebut sudah bisa berdiri dan beroperasi.

“Menjadi ketua pesantren Bahrul Ulum yang kami bangun dari nol jenderal. Berawal dari satu gedung, dan alhamdulillah sekarang sudah boarding,” lanjut dia.

Tampung 180 Santri

Dikatakan oleh Agus bahwa kini pesantren yang dibangun olehnya sedari nol tersebut sudah beroperasi dan mulai menerima para santri. Agus begitu bersyukur karena saat ini, pondok pesantren tersebut sudah dapat diduduki oleh sebanyak 180 orang santri.

“Sekarang sudah diduduki oleh seratus delapan puluh orang siswa jenderal. Semuanya itu berasal dari awal jenderal,” lanjut dia menceritakan jerih payahnya.

Berawal dari Agus mendatangkan para guru dari berbagai daerah dan dikumpulkan dalam pondok pesantren tersebut.

Usaha Agus dalam membangun pondok pesantren tersebut benar sungguh-sungguh. Ia sampai mendatangkan para guru dari berbagai daerah di Indonesia.
Mulai dari Papua, Kediri, Jawa dan masih banyak lagi. Semua guru dan guru ngaji tersebut dikumpulkan menjadi satu. Kemudian mereka juga mencari makan bersama-sama.

“Awalnya saya datangkan guru ngaji dari macam-macam, ada dari Papua, Kediri, Jawa. Kami membentuk, cari makan bersama dan alhamdulillah sekarang sudah jadi,” ungkap dia.

Agus Rancik membagikan ragam cerita inspiratifnya dalam tayangan yang diunggah pada laman Youtube Kisah Inspiratif Seputar Setukpa bertajuk ‘Polisi Ustadz Pimpin Pesantren’.
**(mdk/ais)