Membicarakan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tak akan pernah habis. Ada saja cerita-cerita lucu, konyol, dan kesaktian yang mendadak muncul. Kisah Gus Dur begitu asyik dan inspirasi. Aapalagi sepak terjang beliau dalam dunia politik sangat menginspirasi warga Nahdhatul Ulama (NU) yang kemana-mana sarungan, mulai NU kultural sampai struktural. Berikut catatan zubairi indro tentang “kewalian” Gus Dur dari berbagai sumber.
SEMUA warga NU sudah mengetahui kalau Gus Dur merupakan cucu pendiri Jamiyah NU, sekaligus pendiri NKRI. Gus Dur tidak lepas dari sang kakek Al-Imam Syekh Muhammad Hasyim Asaary santri dari Syekh Mahfudz Al-Tirmizi. Sepeninggal Gus Dur, banyak cerita-cerita lucu yang bermunculan. Bahkan, Gus Dur seakan-akan sudah mengetahui apa yang bakal terjadi sebelum kejadian tersebut benar-benar nyata terjadi.
Dikisahkan, seorang rekan bernama Robert, perintis bisnis ekspor buah tropis ke Eropa dan China, bercerita kalau ibudanya nangis tersedu-sedu saat Gus Dur wafat. Kenapa kok nangis? Padahal ibunya beragama Katolik? Robert menjawab; “Gus Dur itu sangat perhatian kepada kaum minoritas, khususnya warga keturunan Tionghoa. Bagi mereka, Gus Dur itu seperti Dewa penyelamat. Tidaklah berlebihan, jika di setiap klenteng, ternyata ada gambar Gus Dur,” kata Robert.
Pernah, saat diminta seseorang keturunan Tionghoa mengisi pengajian di perusahaan kecantikanya. Padahal orang itu beragama Katolik. Secara tidak terduka, Gus Dur mengajarkan agar kita menjadi pribadi yang baik? Rupanya, pengajian rutin yang dilakukan di kantornya itu terinspirasi pada Gus Dur yang mengajarkan hidup damai bersama warga Negara walaupun berbeda agama. Pengajian itu akan menjadikan pemeluk agama Islam semakin kokoh akidahnya, dan Katolik-pun semakin yakin dengan keyakinannya. Sehingga akan tercipta rasa saling menghormati antarpemeluk agama masing-masing.
Membeli Durian
Di Fakultas Sastra jurusan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang, Dr. Syafaat Al-Hafidz (alm) pernah bercerita tentang kewalian Gus Dur. Suatu ketika Gus Dur berkunjung ke Kota Malang. Sepulang dari Malang menuju Jombang. Tepatnya di daerah Batu hingga Ngantang terdapat deretan orang jual durian. Dari sekian banyak penjual durian, tiba-tiba Gus Dur meminta kepada sopir berhenti. Lalu Gus Dur bilang kepada rekannya; “Tolong belikan durian?”
Turunlah sang sopir, menawar durian yang di pingir yang jumlahnya 3-5 biji. Kemudian Gus Dur berkata pada sopir; “Tolong ambil kan aplob yang dibagasi,” Sang sopir mengambilnya. Dibukalah ampob tersebut. Rupanya, dalam amplob itu isinya uang Rp. 10 juta.
Sang sopir berkata; “Uangnya Rp. 10 juta Gus?” Gus Dur menjawab; “Bayarkan semuanya,”. Dalam pikiran sang sopir; “Apa keistimewaan orang ini, kok Gus Dur membeli durian 5 biji dengan uang Rp. 10 juta?”
Orang tersebut tak henti-hentinya berfikir heran. Rupanya, setelah membayarkan durian seharga Rp. 10 juta. Dia bertanya alamat lengkapnya di Malang. Setelah ngantongi alamatnya. Sang sopir melanjutkan perjalanan ke Jombang. Usai mengantarkan Gus Dur di Jombang. Orang yang bayar durian seharga Rp. 10 juta mencari alamat pemilik durian tersebut. Setelah ketemu. Apa gerangan yang terjadi, sehingga Gus Dur membeli durian dengan harga Rp. 10 juta.
Penjual durian itu menjawab; “Saya ini sedang kena musibah, keluarga saya sakit keras dan harus oprasi dengan biaya Rp. 10 juta. Saya tidak tahu, kemana saya harus mencari duit untuk biaya rumah sakit. Rupanya, Allah SWT, memberikan rezeki yang cukup untuk biaya rumah sakit melalui jualan durian 5 biji. Setelah mendengar penuturan penjual durian. Semakin yakin atas ke-walian Gus Dur.(bersambung)