IDI: Waspada Pengendoran PPKM Harus Hati-hati

133 dibaca

Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban, menyatakan ada yang mengkhawatirkan dari penanganan COVID-19 di Tanah Air.

Pasalnya, dengan tes yang tergolong rendah, namun ditemukan banyak kasus positif COVID-19. Ini menunjukkan tingkat penularan COVID-19 di Indonesia masih tergolong sangat tinggi.

“Walaupun testing rendah, Indonesia masih masuk big 5. Nomor 1 AS lalu Inggris. Kita pernah di ranking pertama jadi masih amat serius, itu masih berat dan berbahaya,” ujarnya kepada CNBC Indonesia, Senin (26/7/2021).

Menurutnya, rasio kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate) di atas 10% tergolong risiko tinggi. Namun, Indonesia bukan hanya 10%, namun positivity rate mencapai 40% per hari. Begitu pula Ibukota DKI Jakarta yang mencatat positivity rate di atas 25% per hari.

“Saat ini risiko penularan di masyarakat masih tinggi banget,” ujarnya.

Untuk itu, IDI menyarankan agar semua perubahan kebijakan, termasuk pelonggaran PPKM, harus mengacu kepada data penularan COVID-19. “Kalau ada sedikit kenaikan, apakah positivity rate atau meninggal, maka kebijakan harus diperketat,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama Zubairi Djoerban, angkat bicara mengenai tingginya kasus kematian akibat COVID-19 di Indonesia.

Menurut Zubairi, banyak kasus meninggal terjadi pada saat isolasi mandiri (isoman). Pasien tersebut seharusnya tidak isoman, melainkan dirawat secara intensif di rumah sakit.

“Sebagian dari isoman, harusnya dirawat di RS. Untuk itu perlu lebih banyak tempat tidur buat mengawasi dan mengobati. Bisa dengan menambah bed RS darurat,” ujarnya.

Menurutnya, bila penambahan tempat tidur tidak bisa dilakukan, maka sebaiknya dilakukan isoman secara terpusat sehingga ada pengawasan. Pada saat isoman terpusat bila dilakukan penanganan bila sakitnya memburuk.

“Jika saturasi turun bisa dibantu dengan oksigen, bisa dirujuk RS, dan lain-lain,” ujarnya.

Selain itu, dia menyarakan agar semua orang yang menjalani isoman di tempat yang terpusat seperti Wisma Atlet harus dirontgen walau tanpa gejala.

“Karena sebagian orang tanpa gejala ada pneumonia.
Sebagai informasi, dalam beberapa terakhir Indonesia selalu memimpin kasus kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia. Sepekan terakhir, rata-rata tambahan kasus kematian berada di kisaran 1.385 kasus. Sepekan terakhir tambahan kasus kematian tidak pernah berada di bawah 1.000 kasus,” pungkasnya.
**(cnbc/ram)