Terenyuh, Kisah Keluarga Pengawal Pribadi Bung Karno

138 dibaca

• Sentuh Hati Gubernur Ganjar Pranowo

Cerita keluarga Serma R Koesno yang tengah dilanda kesulitan ekonomi menyentuh hati Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Serma R Koesno sendiri adalah seorang pengawal pribadi yang ditunjuk langsung oleh Presiden Soekarno pada masa awal Kemerdekaan Indonesia.

Sepeninggal Serma di tahun 1998, sang istri Elisabeth Koesno dan keluarganya hidup serbakekurangan. Terlebih, wanita keturunan Belanda-Indonesia itu harus mengeluarkan biaya untuk pengobatan setelah terjatuh pada akhir 2019.

Kesulitan demi kesulitan pun dialami mulai dari membayar sewa rumah hingga bayar air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) hingga membayar rumah sewa di Cimanggis, Depok yang akan habis masa kontraknya pada 1 Juni 2021.

Ganjar merasa terpanggil untuk membantu keluarga Serma R Koesno usai mendengar cerita dari cucu R Koesno, Roland Anziano melalui pesan di Instagram.

“Sebenarnya ada cucunya Oma Koesno, kalau tidak salah namanya Roland. Ketika itu ada di media massa, kemudian ada yang cc ke medsos saya. Saya kan tidak tahu awalnya, kemudian saya minta cari. Ternyata, cucunya Oma Koesno ini sudah mengirimkan direct message ke saya, kemudian kami ngobrol di sana,” kata Ganjar di rumah dinasnya, Senin (31/5/21) lalu.

Ketika itu, kata Ganjar, Roland menceritakan bahwa Oma Koesno membutuhkan bantuan karena sudah sakit-sakitan.

“Usianya sudah 80 tahun lebih dan sering keluar masuk rumah sakit. Kemudian saya tanya apa masalahnya, ternyata biaya rumah sakit. Oke, baik nanti saya bantu,” kata dia.

Lantas, selang beberapa bulan kemudian, Ganjar dihubungi lagi oleh keluarga Oma Koesno karena ternyata permasalahan belum selesai. Permasalahan muncul tentang tagihan listrik atau PDAM yang menunggak sehingga akan dicabut.

“Saya lupa, entah listrik atau PDAM. Kemudian saya minta staf saya cek ternyata betul, tiga bulan belum dibayar. Kemudian saya bantu,” ujar dia.

Yang terakhir, Ganjar mengaku sangat terharu karena disampaikan bahwa 1 Juni rumah kontrakannya mau diambil oleh pemiliknya. Padahal, lanjut Ganjar, 1 Juni merupakan hari lahir Pancasila yang pencetusnya adalah Bung Karno.

“Maka saya sampaikan, boleh tidak saya minta nomor telepon pemilik rumahnya. Ternyata benar, rumahnya mau diambil dan direnovasi. Kalau direnovasi, kan Oma Koesno mesti meninggalkan tempat, padahal waktu itu hanya tinggal beberapa hari. Jadi setelah komunikasi dengan pemilik rumahnya, ya sudah saya bayar saja,” kata dia.

Ganjar mengaku tergugah hatinya untuk membantu keluarga Oma Koesno lebih kepada kemanusiaan semata.

“Saya juga ndak tahu ternyata ramai dan diviralkan di medsos. Mungkin tangan Tuhannya begitu, wong saya juga ndak kenal. Ini hanya soal cerita kemanusiaan saja. Dia ajudannya Bung Karno kok, sama seperti saat saya membantu yang di Semarang (Kapten Sanjoto) yang juga pernah mengawal Bung Karno. Setelah ini mudah-mudahan kawan-kawan yang ada di Jabar, Depok dan sekitarnya bisa membantu (Oma Koesno),” ujar dia.

Ganjar menegaskan, negara harus memberikan perhatian dan bantuan kepada orang-orang yang telah berjasa bagi negara. Tak hanya para pejuang, para atlet dan orang-orang berprestasi yang pernah mengharumkan nama bangsa, harus diperhatikan.

“Orang-orang yang telah berjasa atau mengharumkan nama bangsa, kalau nasibnya tidak bagus maka wajib hukumnya kita membantu,” ujar dia.**(kmp/ais)