Riachuelo S40, Kandidat Pengganti KRI Nanggala-402

305 dibaca

• Dilengkapi Spesifikasi Lebih Canggih

Setelah kapal selam KRI Nanggala-402 karam di kedalaman 838 meter bersama 53 prajurit gugur pada Rabu (21/4/2021) lalu. Menhan Prabowo Subianto dikabarkan akan membeli kapal selam kelas Riachuelo sebagai pengganti.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto digadang-gadang akan membeli kapal selam jenis Scorpene yang dikembangkan perusahan pembuat kapal milik Prancis DCNS (Naval Group).
Selain kapal selam kelas Scorpene tersebut, Prabowo juga melirik kapal selam buatan Jerman U-214 untuk menggantikan KRI Nanggala-402.

Untuk diketahui, kapal selam Scorpene sendiri adalah kapal selam kelas diesel electric attack yang dilengkapi dengan propulsi diesel dan propulsi udara-independen tambahan (AIP).

Dilansir dari Military Today, kapal selam jenis Scorpene terdiri dari dari empat varian yakni CM-2000 ( kapal selam diesel listrik konvensional 61,7 meter) AM-2000 (70 meter), CA-2000, dan S-BR (75 meter).

Pada Desember 2020, media Janes melaporkan bahwa Indonesia sedang dalam pembicaraan dengan Naval Group untuk varian kapal selam kelas Riachuelo.

“Pejabat dari kementerian pertahanan Indonesia sedang berdiskusi dengan konsorsium yang dipimpin oleh pembuat kapal Prancis Naval Group untuk kemungkinan pesanan kapal selam kelas Riachuelo (Scorpene yang dimodifikasi),” tulis media tersebut, seperti dikutip Sosok.ID.
Kapal selam Riachuelo adalah kapal selam modifikasi dari kelas Scorpene.

Uji tuntas khusus untuk kelas Riachuelo dimulai setelah varian jenis kapal selam tersebut disarankan oleh Naval Group sesuai dengan kebutuhan Indonesia, lapor Janes yang menyebut informasi ini telah dikonfirmasi.

Selain diskusi teknis, pembicaraan dengan Naval Group dan konsorsiumnya juga menyinggung opsi pembiayaan dan peluang perjanjian transfer teknologi antara perusahaan pertahanan Prancis dan Indonesia.

Riachuelo S40 adalah kapal selam Scorpene Angkatan Laut Brasil yang dibangun oleh perusahaan patungan yang didirikan oleh DCNS Prancis (Naval Group) dan Odebrecht dari Brazil.

Kapal selam kelas Riachuelo merupakan jenis kapal selam 1.800 ton, empat di antaranya dipesan untuk Angkatan Laut Brasil pada tahun 2009.

Dikutip Sosok.ID dari Naval Technology, Jumat (30/4/2021), kapal selam Scorpene Brasil diberi nama Riachuelo S40, Humaita S41, Tonelero S42 , dan Ango Stura S43.

Kelas pertama Riachuelo S40 diluncurkan oleh Naval Group pada Desember 2018 dan disebut akan ditugaskan pada tahun 2020, sedangkan kapal terakhir dijadwalkan memasuki air pada 2022.

Janes melaporkan, kapal selam ini memiliki panjang keseluruhan 75 m, lebar keseluruhan 6,2 m, dan dapat menampung 31 awak, termasuk enam perwira.
Riachuelo S40 mampu mengerahkan torpedo kelas berat F21 dan rudal MBDA Exocet SM39 Block 2 Mod 2 melalui tabung peluncur torpedo 533 mm. Kapal selam berbasis Scorpene ini mampu menyelam hingga kedalaman 350 m.

Naval Technology mengatakan Scorpene Brasil memiliki perpindahan permukaan 1.870t dengan otonomi 45 hari. Bentuk lambung, layar dan pelengkap telah dirancang khusus untuk menghasilkan kebisingan hidrodinamik minimum.

Berbagai item peralatan dipasang pada penyangga elastis, yang pada gilirannya dipasang pada blok yang tidak terhubung dan platform yang ditangguhkan. Isolasi juga memberikan perlindungan kejutan yang lebih baik pada peralatan.

Kapal selam kelas Scorpene memiliki dua set pembangkit diesel yang menghasilkan tenaga 1.250kW. Di bagian atas lambung tepat di atas genset diesel adalah palka pengiriman mesin Dutch Breach.

Kapal selam ini memiliki mesin elektronik 2.900kW yang didukung secara elastis. Ada dua varian Scorpene, yakni CM-2000 dengan sistem propulsi konvensional dan AM-2000 yang dilengkapi dengan propulsi air-independent. AM-2000 mampu tetap terendam dalam patroli bawah air tiga kali lebih lama dari CM-2000.

Penggerak Independen Udara

Kapal selam diesel-listrik konvensional yang berlayar di bawah air sulit dideteksi. Namun, kebutuhan untuk datang berulang kali ke kedalaman periskop untuk mengisi ulang baterai menggunakan mesin diesel sangat meningkatkan kerentanan.
Kerentanan ini meliputi deteksi udaranya, karena snorkeling yang diproyeksikan dari air dapat dideteksi oleh radar.

Selanjutnya deteksi bawah airnya karena peningkatan kebisingan yang dipancarkan dari mesin diesel yang berfungsi. Untuk mengurangi kerentanan kapal selam, kapal ini dilengkapi dengan sistem propulsi independen udara seperti mesin Stirling, sel bahan bakar, diesel sirkuit tertutup, dan sistem modul d’energie sous-marine autonomy (MESMA).

Sistem anaerobik MESMA, di mana panas di sirkuit utama dihasilkan dengan membakar etanol dengan oksigen, dapat dengan mudah dipasang baik pada awal konstruksi kapal selam atau dalam modernisasi selanjutnya untuk mengubah CM-2000 menjadi standar pembuatan AM-2000.

Menggunakan sistem MESMA, kapal selam AM-2000 dapat melakukan patroli bawah air tiga kali lebih lama dari CM-2000.
Fitur kinerjanya tetap sama dalam semua hal lainnya, kecuali panjangnya bertambah menjadi 70m dan perpindahannya yang terendam menjadi 1,870t (dibandingkan dengan 61,7m dan 1.565t dari CM2000).

Untuk diketahui, sebelum wacana pembelian kapal selam Scorpene era Prabowo bergaung, isu Indonesia akan membeli kapal selam buatan Prancis ini sudah muncul di tahun 2016 silam.
Ketika itu, Indonesia diiming-imingi Prancis dengan kapal selam Scorpene 1000.** (zi)