Gus Baha Ceramah Berkah Adanya Lonte

285 dibaca

{Dalam video tersebut, Gus Baha mengizinkan penyebutan lonte untuk melabeli perbuatan asusila seseorang dengan tujuan agar pekerjaan tersebut tidak ditiru}

Ulama KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau disapa Gus Baha sedang menjadi buah bibir publik, setelah potongan video khotbahnya tentang ‘Berkah Adanya Lonte’ viral di media-media sosial, Senin (16/11/2020).
Oleh publik, materi khotbah Gus Baha dikaitkan dengan penyebutan lonte yang diucapkan oleh Ustaz Maaher At Thuwailibi kepada artis Nikita Mirzani.

Banyak simpatisan Rizieq Shihab menggunakan potongan ceramah Gus Baha tersebut untuk melegitimasi penyebutan lonte yang menjadi kontroversi di kalangan masyarakat.

Dalam video tersebut, Gus Baha mengizinkan penyebutan lonte untuk melabeli perbuatan asusila seseorang dengan tujuan agar pekerjaan tersebut tidak ditiru.

Alumnus Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah asuhan KH Maimoen Zubair ini memulai ceramahnya dengan sebuah hadis nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Dalam hadis tersebut, Allah tidak akan mencabut keberkahan di bumi sehingga orang-orang zalim tidak dikatakan itu suatu kezaliman.

“Contoh paling mudah semoga kita dapat berkah dari contoh ini. Sebetulnya dalam etika Jawa, berkah kebenaran orang nakal harus dikatakan sundal atau lonte.”

“Itu kelontean dan kesundalan akan tabu terus, selama orang masih ngomong untuk lonte itu sundal, untuk WTS itu lonte atau sundal.”

Menurut Gus Baha, suatu perbuatan yang salah tidak boleh dianggap biasa. Karena hal itu bisa berujung pada pembiaran.

“Artinya apa, orang masih jijik atau merendahkan derajat mereka yang berprofesi sebagai lonte atau sundal. Dan ini baik bagi agama, bagi keberlangsungan moral. Karena masih ada yang menjijikkan proses yang salah.”

“Meskipun kita sebagai ulama, sebagai tokoh masyarakat tentu mereka tetap kita kasih ruang untuk taubat, juga kita kasih hak-hak martabatnya sebagai manusia. Tapi kita akan tetap bilang itu lonte atau apa.”

Belum diketahui kapan dan dimana Gus Baha berceramah mengenai lonte, namun dalam ceramah tersebut istilah lonte tidak dikaitkan dengan seseorang.
Gus Baha hanya menafsirkan hadis sesuai kaidah secara umum.
Menurut Gus Baha, jika suatu perbuatan tercela tak lagi dianggap tabu, maka masyarakat akan acuh. Hal ini bisa berbahaya karena perbuatan asusila akan diabaikan dan dibiarkan tumbuh subur.

“Bayangkan nanti jika dibahasakan itu hak asasi. Sehingga anak generasi cucu kita tidak ada lagi istilah lonte atau sundal, setiap perilaku dikatakan hak asasi. Itu awal dari tidak ada agama, bahaya bagi keberlangsungan agama dan negara,” ungkap Gus Baha.

“Artinya, sebetulnya sifat anarkis masyarakat dalam perkataan itu menolong agama. Dengan dianggap jijik, agama bisa jalan. Karena seseorang dihujat masyarakat, yang lain enggak pernah ingin cita-cita jadi lonte. bahkan seorang anak, karena tahu nasibnya dihujat, tidak akan bercita-cita jadi lonte,” tuturnya.

Gus Baha mengingatkan mengenai bahaya perbuatan asusila yang dibiarkan di tengah masyarakat.

Jika hukuman stigma masyarakat tidak ada, maka perbuatan asusila akan tumbuh subur di kalangan masyarakat dan dianggap tak lagi tabu.

“Coba tidak ada hukuman stigma masyarakat, maka lonte dan sundal akan subur di tengah masyarakat yang sudah tidak peduli dengan nilai-nilai ini. Misalnya di kota besar karena sesama lonte sudah tak saling mengatakan tabu,” ungkapnya.

“Karena itu saya terkenang hadis riwayat Imam Ahmad , bahwa Allah tidak akan mencabut keberkahan di bumi sehingga orang-orang zalim tidak dikatakan zalim, Itu bahaya sekali. Risalah Allah kepada nabi itu yang penting, benar dikatakan benar dan salah dikatakan salah,” tegasnya.
(sumber: www.hops.id)