Mulut Dibuka, Terlihat Lautan

450 dibaca

KH. Hamim Tohari Djazuli  (Gus Miek) selain dikenal sebagai seorang ulama besar juga dikenal sebagai orang “nyeleneh”. Mengapa begitu? Gus Miek, menyukai dakwah dikerumunan orang yang melakukan maksiat. Tak heran jika Gus Miek suka keluar masuk diskotek atau club malam. Berikut kelanjutan catatan zubairi indro dari berbagai sumber.

KALAU dibandingkan dengan menjadi seorang kiai yang tinggal di pesantren yang mengajarkan santrinya kitab kuning. Hampir semua kiai selalu berada di pesantrennya. Tapi apa yang dilakukan Gus Miek sangat berbeda jauh dengan kebanyakan para kiai. Gus Miek hampir tiap malam beliau menyusuri jalan-jalan di Jawa Timur, keluar masuk club malam. Bahkan nimbrung dengan tukang becak, penjual kopi di pinggir jalan hanya untuk memberikan sedikit pencerahan kepada mereka yang sedang dalam “kegelapan”.

Gus Miek juga sangat terkenal dengan ajaran-ajarannya adalah “suluk jalan” atau dalam bahasa Indonesia-nya pemikiran “jalan pintas”. Suatu ketika Gus Miek pergi ke diskotek dan di sana bertemu dengan pengunjung yang sedang asyik menenggak minuman keras, Gus Miek menghampiri mereka dan mengambil sebotol minuman keras lalu memasukkannya ke mulut Gus Miek. Salah satu dari mereka mengenali Gus Miek dan bertanya kepada Gus Miek. ”Gus kenapa sampeyan ikut minum bersama kami? Sampeyan-kan tahu ini minuman keras yang diharamkan oleh agama?”

Lalu Gus Miek menjawab: “Aku tidak meminumnya …..!! Aku hanya membuang minuman itu ke laut…!” Hal ini membuat mereka bertanya-tanya. Padahal sudah jelas, tadi Gus Miek meminum minuman keras tersebut. Diliputi rasa keanehan, Gus Miek angkat bicara: “Sampeyan semua gak percaya kalo Aku tidak meminumnya tapi membuangnya ke laut..?”

Gus Miek membuka lebar mlutnya dan mereka semua terperanjat kaget di dalam mulut Gus Miek terlihat laut yang bergelombang dan ternyata benar minuman keras tersebut dibuang ke laut. Dan saat itu juga mereka (para peminum) diberi hidayah oleh Allah SWT. untuk bertaubat dan meninggalkan minum-minuman keras yang dilarang oleh agama. Itulah salah salah satu karomah “kewalian” yang diberikan Allah kepada Gus Miek.

Hampir setiap hari Gus Miek kalau berjalan-jalan di luar, beliau menggunakan celana jean dan kaos oblong. Tidak lupa, beliau selalu mengenakan kaca mata hitam lantaran Gus Miek sering menangis jika melihat seseorang yang masa depannya “suram” dan tak beruntung di akhirat kelak.

Ketika berdakwah di Semarang, Jawa Tengah, tepatnya di NIAC di Pelabuhan Tanjung Mas. Niac adalah surga perjudian bagi para cukong-cukong besar baik dari pribumi maupun warga keturunan. Gus Miek yang masuk dengan segala kelebihannya mampu memenangi setiap permainan, sehingga para cukong-cukong itu mengalami kekalahan sangat besar. NIAC pun yang semula menjadi surga perjudian menjadi “neraka” yang sangat menakutkan bagi para penjudi dan penikmat maksiat.

Ketika Gus Miek berjalan-jalan ke Surabaya, beliau tiba di sebuah club malam. Gus Miek masuk kedalam club yang dipenuhi dengan perempuan-perempuan nakal. Lalu Gus Miek langsung menuju waitres (pelayan minuman) beliau menepuk pundak perempuan tersebut sambil meniupkan asap rokok tepat di wajah waitres. Perempuan itu pun mundur, tapi terus dikejar oleh Gus Miek sambil tetap meniupkan asap rokok di wajah perempuan tersebut. Perempuan itu mundur hingga terbaring di kamar dengan penuh ketakutan. Setelah kejadian tersebut, perempuan itu tidak tampak lagi di club malam itu.

Gus Farid (putra KH. Ahamad Siddiq) yang sering menemani Gus Miek mengajukan pertanyaan. Hal itu dilontarkan oleh Gus Farid karena dalam hatinya ada ganjalan. Bagaimana perasaan Gus Miek tentang wanita? “Aku setiap kali bertemu wanita walaupun secantik apapun dia dalam pandangan mataku yang terlihat hanya darah dan tulang saja, jadi jalan untuk syahwat tidak ada,” jawab Gus Miek.

Gus Farid juga menayakan tentang kebiasaan Gus Miek memakai kaca mata hitam baik itu di jalan maupun saat bertemu dengan tamu-tamunya? “Apabila aku bertemu orang di jalan atau tamu, aku diberi pengetahuan tentang perjalanan hidup orang sampai mati. Apabila aku bertemu dengan seseorang yang nasibnya buruk, maka aku menangis. Aku memakai kaca mata hitam agar orang tidak tahu bahwa aku sedang menagis,“ terang Gus Miek. (bersambung)