Tafakur, Konsepsi Islam Jalan Menuju Tuhan (12)

167 dibaca

Belajar ilmu tasawuf kita kali ini memasuki maqam Al-Qurb. Yaitu maqam diatas As-Sirr. Al-Qurb artinya  kedekatan. Tetapi juga berkonotasi mendekat, pendekatan, berdekatan, berhubungan erat dan berhubungan kekeluargaan, Taqarrub. Seseorang yang berada dalam maqam ini benar-benar akan menikmati suasana kedekatan dengan yang Maha Tinggi, di langit yang tertinggi, yang berisi Arsy, atau singgasana Yang Mahakuasa. Orang yang menempati maqam ini memiliki kedudukan yang tinggi di bumi dan dapat memandang dunia selanjutnya, dunia ciptaan lain.

AL- QURB   
Seseorang yang ketaqwaannya sudah sampai pada tahap maqam Al-Qurb, akan mengalami sedikit ketidakseimbangan. Juga  kesulitan dalam masalah kesehatan serta penyakit. Namun ketidakseimbangan yang terjadi dapat parah sekali. Salah satu kondisi itu adalah perasaan gembira yang berlebihan. Orang yang terpengaruh dengan kondisi ini disebut Majdzub. Ia seperti kehilangan seluruh perhatian dan hubungannya dengan dunia. Mereka dalam keadaan gembira sepanjang waktu, tidak perduli apakah mereka tidur, makan, berpakaian, dll. Dalam pandangan pikiran awam, sudah dianggap gila. Sesungguhnya mereka benar-benar telah “menyatu” dengan Yang Maha Pengasih. Kata-katanya mengandung hikmah tinggi. Hatinya senantiasa menyiratkan nur.
Orang-orang yang sudah sampai pada maqam ini, mampu melihat alam lain, serta berkomunikasi dengan penghuninya. Alam malaikat, binatang, benda-benda mati, seperti batu, angin, api, bumi, langit dan lainnya ia pahami. Mereka mengetahui bagaimana para makhluk-makhluk itu berbicara, bertasbih, bergurau, dan lainnya. Karenanya, terkadang mendapati mereka tersenyum sendiri. Orang awam tidak mengerti, bahwa sebenarnya mereka melihat dan mendengar lelucon makhluk-makhluk lain. Seperti gurauannya burung, serangga, atau lainnya.
Kelembutan yang terpancar dari kalbunya, menyiratkan kasih sayang. Karenanya, burung-burungpun menjadi lulut (menurut). Binatang buaspun menjadi jinak padanya. Binatang-binatang itu bukan takut, tetapi merasa sungkan, segan dan menghormat padanya. Realita itu sangat indah dalam jalannya. Namun semua itu bukanlah kondisi yang diinginkan. Tetapi akan dilalui dengan sendirinya.
Mereka, yang berada di maqam al qurb, kebanyakan memiliki kesulitan berkomunikasi dengan sesama manusia. Juga memiliki sifat pelupa, yang mengesankan seperti orang bodoh. Hal ini disebabkan diamnya. Memilih sikap bungkam, dan menyendiri. Praktik yang dilakukan mengerahkan pikiran dan nafas yang mendalam, sehingga sampai kehilangan ingatan mental. Tetapi, hal itu sangat jarang terjadi.

Cara untuk meraih hakikat qurb (kedekatan dengan) Allah Ta’ala, adalah dengan mengalahkan kehendak hati dan jiwanya. Mengalahkan seluruh keinginan nafs atau jiwanya, dan berusaha membenamkan diri (fana) dalam Zat Allah Ta’ala. Maka hasilnya ia meraih warna dan akhlaq atau sifat-sifat Allah Ta’ala. Setelah banyak  menyerap sifat-sifat Allah Ta’ala, maka ia akan mendapat taufiq untuk mengamalkan hukum-hukum-Nya secara terus-menerus.

WISHAL
Tingkatan perhentian berikutnya adalah maqam al-Wishal. Sebuah terminal jiwa yang tertinggi. Karena sudah sampai pada “penyatuan”. Kadang-kadang disebut “penyatuan” dengan yang Maha Kuasa. Dunia sufi menyebutnya, disini Allah adalah kekasih Anda dan Anda adalah kekasih-Nya. Seseorang yang sudah sampai di maqam ini, “melebur” dalam “Penyatuan Suci” untuk selamanya.
Namun, perlu sekali difahami bahwa maqam ini tidak bisa dicapai dengan usaha. Sebab, mutlak hak prerogatif Allah yang memutuskan, dan memilih siapa yang dikehendaki. Sebab, hanya ada seorang hamba yang bisa menempati maqam ini. Dialah yang disebut sufi. Sedangkan lainnya adalah orang yang menjalankan kehidupan sufistik.
Untuk penentuan maqam-maqam tersebut, menurut hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Mas’ud r.a disebutkan, “Diantara makhluk Allah, ada tiga ratus orang yang memiliki hubungan istimewa dengan Allah, yang hatinya seperti Nabi Adam AS. Dan empat puluh orang yang hatinya sama seperti Nabi Musa AS. Tujuh orang yang hatinya sama seperti Nabi Ibrahim AS. Lima orang yang hatinya sama seperti Malaikat Jibril. Tiga yang hatinya sama seperti malaikat Mikail. Ada seorang hamba Allah diantara makhluk-makhluknya yang hatinya sama seperti malaikat Israfil. Apabila yang satu ini wafat, maka Allah memilih satu diantara yang tiga untuk menggantikannya. Apabila satu diantara yang tiga wafat, maka satu diantara lima yang ditunjuk menggantikannya. Apabila satu diantara lima wafat, maka Allah menyuruh satu diantara tujuh untuk menggantikan posisinya. Apabila ada yang wafat di antara yang tujuh, maka salah seorang dari yang empat puluh untuk menggantikannya. Apabila seorang diantara empat puluh wafat, maka seorang di antara yang tiga ratus untuk menggantikannya. Dan, apabila diantara yang tiga ratus ada seorang yang wafat, maka seorang diantara umat manusia akan dipilih sebagai penggantinya. Demikianlah, karena Allah mengatur kehidupan, kematian, hujan, penciptaan dan membebaskan manusia dari kemalangan”.
Ketiga ratus orang tersebut, semuanya selalu bergembira setiap saat, dan tak lagi memikirkan apapun yang ada di dunia. Mereka, tidak perlu makan, minum, mereka mampu melampaui batas kemampuan manusia. Mereka dapat pergi kemana saja mereka mau, di bumi maupun seantero langit. Hanya sedikit dalam sejarah manusia yang telah mencapai derajat ini. Tidak mungkin untuk digambarkan dengan kata-kata. Inilah tujuan hidup yang sebenarnya dan melibatkan janji yang telah kita ucapkan terhadap sang Pencipta sebelum kita datang dalam kehidupan ini.
Orang-orang seperti ini disebut wali, jamak dari auliya, yang berarti kekasih Allah. Mereka adalah wakil Allah yang sesungguhnya di muka bumi. Pada umumnya, mereka tidak dikenal luas di dunia.  *** Bung Yon N.