Benda Antik Makin Diburu

266 dibaca

Pepatah mengatakan siapa yang menanam, dia akan menuai hasilnya. Itulah kiranya pantas disematkan kepadan Ali Mardiyono warga Surabaya, Jawa Timur. Bagaimana tidak, berawal dari hobinya ngumpulin benda kuno atau vintage, sejak Desember 2015. Sekarang Dia mempunyai galery sendiri di Rusunawa Ngelom, Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur.
Ali mengisahkan melalui usaha dan kerja keras, bisnis coba-coba yang dirintisnya mulai dari modal 40 ribu rupiah. Kini berkembang pesat dan menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan. Bagaimana tidak satu item barang yang dia beli, bisa dijual lagi dengan harga empat kali lipat dari harga beli.
“Pemasukan perbulan kalau santai nunggu pembeli bisa masuk sekitar 4-5 juta. Kalau kita juga melakukan jemput bola, pemasukan bahkan pernah sampai 10 juta rupiah sebulan,” katanya.
Awalnya, Ali membeli sebuah jam weker lawas. Kemudian dipostingnya di salah satu toko online. Tidak lama kemudian ada yang menghubunginya dan membeli dengan harga yang lumayan tinggi. Dari situlah modal awal hasil di belikan barang-barang vintage dan barang jadul lainnya.
“Setelah jamnya laku, uangnya saya buat beli barang lagi. Sebagian juga ditabung buat keperluan lainnya. Dari situ saya mulai berfikir untuk menjual atau bisnis dari barang antik dan Vintage. Menurut saya salah satu alternatif jenis investasi jangka panjang yang menjanjikan ya usaha ini,” ungkap Ali kepada posmonews.com saat disambangi di galerinya.
Ali mengatakan tidak banyak orang yang tahu nilai atau harga barang-barang lawas atau bekas. Sehingga dianggap barang tersebut tidak ada nilainya dan dibiarkan begitu saja tidak dirawat. Padahal kalau bisa mengolahnya, tidak menutup kemungkinan barang lawas tersebut mempunyai nilai harga yang tinggi.
Sekarang ini para pembeli barang antik bukan dari bentuk barangnya. Namun dari kenangannya untuk mengingatkan kembali di masa kecilnya atau moment tertentu. Menyoal dari mana barang vintage yang dia punya. Ali mengatakan selain memburu di luar kota, dia juga masuk ke dalam komunitas dan perkumpulan group barang lawas dan antik. Sehingga memudahkan untuk mencari referensi barang-barang yang dibutuhkan oleh para pemburu barang antik.
Semakin banyaknya permintaan para pembeli untuk mencarikan barang, seperti telepon putar, TV, kamera lawas, mesin ketik, jam dinding dan barang-barang lainnya yang identik dengan classic, vintage sampai ke retro. Dari situlah Ali mulai mencatat atau melist permintaan pelanggan.
Peminatnya pun, tidak hanya kota-kota di Indonesia, ada juga yang dari manca negara. Mulai Malaysia, Paris dan Belanda pun sangat tertarik dengan benda-benda lawas yang ada di Indonesia.
“Seringkali pembeli dari luar negeri itu menentukan harganya sendiri dengan nilai yang tinggi. Saya sih Terima saja, sembari menjelaskan sejarah benda tersebut (yang diminati) kepada konsumen. Kebanyakan mereka tertarik dan membelinya,” jelasnya.
Tidak hanya benda vintage, Ali berkeinginan mengembangkan bisnisnya dengan sablon kaos. Dengan konsep yang trendi bergambar dan cerita yang isi gambar sambil meng-edukasi masyarakat. Khususnya para kaum milienial yang saat ini belum tahu, ternyata Indonesia mempunyai banyak cerita atau sejarah.
“Dengan konsep yang trendi namun isinya sejarah barang-barang antik atau, barang-barang kuno yang ada di Indonesia yang perlu kita ketahui sejarahnya. Karena sejatinya bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarah,” pungkasnya. Haris