Saling Hormati, Meski Beda Agama

235 dibaca

Ditemui di rumahnya, Soetomo/Tomo sesepuh warga Ghedog yang mualaf sejak tahun 1962 mengatakan, hingga saat ini seluruh warga Tengger, khususnya di Desa Argosari menghormati keyakinan kepercayaan masing-masing untuk menjaga kerukunan suku Tengger. Sehingga, tidak pernah menimbulkan konflik.
Desa yang terbagi yang terbagi menjadi empat dusun, antara lain Dusun Ghedog, Argosari, Bakalan, dan Pusung Duwur, toleransi masyarakatnya saling menjaga dan menghormati umat beragama lain sangat besar.
”Warga Tengger di sini memang sebelumnya mayoritas beragama Hindu, tapi sekarang kan sudah ada masyarakat yang masuk Islam. Jadi antara umat Hindu dan Islam saling menghormati, meskipun berbeda keyakinan. Mereka yang beragama Hindu tetap menghargai yang telah berpindah keyakinan ke agama Islam dan begitu pula sebaliknya,” kata Tomo.
Hal senada juga dikatakan Sules, salah seorang mualaf di Dusun Gedog, mengatakan perbedaan keyakinan warga Tengger tidak menyebabkan kebencian antara sesama suku Tengger. ”Kami hidup saling berdampingan dan membantu satu sama lain, meskipun berbeda agama,” ungkapnya.
Hingga saat ini umat muslim di empat dusun yang ada di Desa Argosari sudah merata. Akan tetapi hanya di Dusun Ghedog, umat muslim mualafnya lebih banyak, ketimbang tiga dusun lainnya. Hampir 90% warga Ghedog saat ini adalah muslim. Sampai sekarang lebih dari 227 masyarakat Argosari menyatakan diri masuk agama Islam.
Tempat Ibadah berdiri di empat dusun,
meskipun tempat ibadah di Desa Argosari tidak megah, tetapi tidak mengurangi kekhusuan muslim mualaf Tengger untuk melakukan ibadah. Seperti yang dituturkan Tomo, meskipun musala tidak megah, tapi antusias masyarakatnya dalam melakukan ibadah sangat besar sekali.
”Setiap kali ada azan, masyarakat langsung berbondong-bondong memenuhi masjid atau mushola untuk malakukan ibadah. Apalagi sholat magrib dan isak, biasanya banyak masyarakat yang sholat. Kalau siang kan warga bekerja di ladang,” katanya.
Menurut Tomo, hingga saat ini, jumlah tempat ibadah di Desa Argosari Tengger, sebanyak dua masjid dan sembilan musala yang tersebar di empat dusun di Argosari. Satu masjid di Dusun Ghedok dan satunya di Pusung Duwur. Dan masjid tertua di desanya adalah Masjid Nuril Huda yang berdiri sejak 1979.
”Sebetulnya bangunan masjid ini sudah dimulai tahun 1974, karena lokasi bahan baku untuk pembangunannya jauh dan kurangnya alat transportasi. Jadi bangunan masjid bisa terselesaikan dan bisa digunakan 1979,” terangnya.
“Sedangkan untuk masjid yang kedua di Pusung Duwur. Dibangun mulai 1997 dan bisa terselesaikan tahun 2000. Sembilan musala lainnya tersebar di empat Dusun Argosari Tengger,” jelasnya. HARIS