Keindahannya Mengundang Kekaguman Raja Majapahit

156 dibaca

Danau yang satu ini memiliki ketinggian sekitar 700 M dari permukaan laut dengan luas danau 25 Ha dan kedalaman 28 meter. Keunikan dari danau ini terletak dari permukaan airnya yang berada jauh di bawah permukaan tanah. Sehingga untuk mencapai daratan tepi danau dibutuhkan tenaga yang prima dan kehati-hatian yang tinggi. Selain keindahan alamnya, danau ini memiliki nilai sejarah tersendiri.

Dalam buku Nagarakertagama Ranu Bedali tercatat dengan nama Padhali. Konon pada jaman kerajaan Majaphit masih Berjaya, mulai dari Mojokerto hingga Banyuwangi. Ranu ini sering dikunjungi oleh Hayam Wuruk, Raja Majapahit saat melakukan kunjungan ke Wilayah Lumajang Tigang Juru. Lantaran di lokasi ranu, selain pemandangannya sangat indah. Udaranya pun terasa sejuk.

Waktu pun telah berlalu, jaman sudah moderen dan perlatatannya sudah serba mesin. Namun keberadaan Ranu Bedali di kaki gunung Lamongan, Lumajang, mempunyai tempat sendiri di hati warganya, khususnya warga desa. Ranuyoso, Kab. Lumajang, Jawa Timur. Pasalnya, selain mempunyai panorama indah, air waduknya sering kali dimanfaatkan untuk irigrasi ladang atau sawah warga disaat musim kemarau. Sebab, air waduk ini tidak pernah kering meskipun kemarau.

Dari informasi yang diperoleh PosmoNews.com, meskipun seringkali dimanfaatkan oleh warga. Namun keberadaan Ranu Bedali ini mempunyai cerita mistik yang sering kali digunakan alasan seseorang untuk mencari kakayaan jalur tol. Maksudnya, seseorang yang datang ke waduk tidak hanya menikmati keindahan yang ditawarkan saja. Tetapi ada juga warga yang datang dengan tujuan dan maksud sendiri. Konon kabarnya, waduk ini bisa dijadikan sebagai salah satu tempat untuk ritual laku kekayaan.

Bukan tanpa sebab, hal ini dikarenakan keberadaan waduk ini dianggap warga sebagai tempat yang keramat dan disakralkan. Jadi tidak heran apabila setiap bulan Suro, warga Ranuyoso selalu menguri-uri waduk ini untuk diberikan tumbal kepala kerbau dan sebagian hasil bumi dari ladang warga, kepada lelembut penunggu waduk.

“Setiap tahun warga selalu memberikan sebagian hasil buminya ke ranu ini untuk dilarung. Bahkan tidak jarang setiap bulan Suro penunggu Gunung Lamong juga melakukan ritual larung sesaji di ranu ini. Bukan tanpa sebab, warga berharap dengan memberikan sebagian hasil panennya ke penunggu waduk, selain untuk, tolak bala warga juga berharap agar panen tahun depan hasilnya bisa berlimpah,” Kata Misnan (62) warga Ranuyoso kepada Posmo. HARIS/CAHYA

**
Ranu Bedali, Lumajang Jawa Timur (2-HABIS)
Dijaga Ular Gaib

kekeramatan Ranu Bedali sepertinya bukan isapan jempol belaka. Pasalnya, setiap tahun, tepatnya di bulan Suro warga Ranuyoso, Lumajang Jawa Timur selalu menguri-uri waduk ini untuk diberikan tumbal kepala kerbau dan hasil bumi, seperti ketela, kentang, nasi tumpeng lengkap dengan ayam ikung, jagung dan hasil bumi lainnya. Dengan harapan, rijeki tahun depan akan berlipat dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga dapat memapankan kehidupan warga.

Tidak hanya indah. Sebab menurut penuturan Misnan waduk ini dijaga oleh ular gaib, berbadan besar dan tanpa ekor. Keberadaan ular gaib penunggu Ranu ini, bukan rahasia lagi dilingkungan warga Ranuyoso dan sekitarnya. Pasalnya, setiap malam Jumat manis, sosok yang disakralkan ini selalu menampakan dirinya. Namun, tidak semua orang bisa melihat, hanya orang-orang yang mempuyai linuwih dan indra keenam saja yang dapat melihat ular gaib tersebut.

Mahluk gaib penunggu ranu ini dipercaya warga sudah ada sejak dahulu kala, dan hingga sekarang warga masih mempercayai ular itu masih menjaga Ranu. Agar tidak dirusak oleh tangan-tangan jail yang tidak bertanggung jawab. Jadi tidak heran apabila datang kelokasi ini, selain panoramanya indah airnya juga masih bersih.

“Jangan macam-macam dengan Ranu ini. Selain kondisi airnya dalam, kawasan ini juga dijaga seekor ular gaib yang tidak punya ekor. Konon penunggu gaib ini akan mencelakai pengunjung yang akan berbuat kerusuhan atau tingkah laku yang merusak,” terangnya.

Dari cerita yang berkembang, penunggu waduk ini seringkali memberikan harta gaibnya. Tetapi, semuanya tidak serta merta diberikan. Seseorang harus ritual berdiam diri di waduk, dan juga memenuhi beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Seperti, menyiapkan ubo rampe yang diinginkan pengununggu waduk, seperti menyan, kembang tuju rupa (kembang, telon, kantil, mawar, kenanga dan lainnya), boreh, telur ayam kampung dan ayam berwarna hitam. Bahkan tidak jarang seseorang yang sekses laku pesugihan di waduk ini dijadikan sebagai abdinya.

“Bukan hal mudah dalam membujuk penunggu gaib waduk untuk memberikan harta kekayaannya. Seseorang harus memenuhi dan menjalani apa yang diinginkan penunggu waduk. Cobaannya juga tidak gampang, hanya orang yang kuat laku saja yang dapat menjalani keinginan. Sebab tidak jarang seseorang menjadi abdi dari penunggu waduk, setelah hajatnya terkabul,” jelasnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, ranu bedali ini tidak hanya di datangi oleh orang-orang laku atau mencari kekayaan dengan jalan singkat. Dari pantauan posmo, waduk ini juga tidak jarang dikunjungi warga untuk wisata. Lantaran di lokasi ini sekarang pun sudah siap dan terlihat beberapa wahana air. HARIS/CAHYA